Pentingnya Peran Agama untuk Perangi Covid-19 dan Selamatkan Bumi

oleh -316 kali dilihat
Pentingnya Peran Agama untuk Perangi Covid-19 dan Selamatkan Bumi
Ilustrasi/foto-akurat.co
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Aktivitas keagamaan tidak seleluasa dulu sebelum datangnya teror Covid-19. Tempat-tempat ibadah banyak yang tutup. Setiap pemeluk agama dianjurkan beribadah di rumah masing-masing.

Tujuan melakukan penutupan tempat ibadah hanya satu, memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang belum juga terbendung.

Meski rumah-rumah ibadah tutup, bukan berarti spirit keagamaan kita memudar. Agama bagi Direktur Program Iklim PBB Inger Andersen dan Sekjend Religions for Peace, Azza Karam membantu banyak orang melewati pandemi.

Bagi banyak orang agama tak hanya perihal ritual saja. Namun, agama hadir menawarkan bantuan praktis dan spiritual terutama di tengah bencana yang melanda dunia sekarang ini.

KLIK INI:  Perdagangan TSL Berbasis Online Kian Marak, RUU KSDAHE Perlu Segera Disahkan

Andersen dan Karam mengakui, gereja, masjid, kuil, rumah ibadah, dan organisasi agama di seluruh dunia menawarkan bantuan, bahan pangan, akomodasi, uang sumbangan atau layanan kesehatan.

Melihat fenomena tersebut, keduanya bersepakat solidaritas semacam itu sangat dibutuhkan jutaan manusai. Apalagi di saat seperti sekarang ini, di mana banyak yang didera derita karena dampak psikologis, ekonomi, dan emosional karena serbuan wabah Covid-19.

Alam mengirim pesan

Keduanya melihat bahwa peran agama sangat penting dalam menghadapi teror Corona yang entah sampai kapan akan usai.
Melansir dari DW, Sabtu, 9 Mei 2020 Andersen dan Karam juga berpendapat, agama dan pemuka agama memainkan peranan yang lebih penting dalam situasa seperti ini.

Pemuka agama dianggap mampu dan harus membantu mencegah krisis serupa ini terjadi di masa depan. Mereka harus memanfaatkan pengaruh mereka yang besar untuk menggandakan perlindungan bagi planet Bumi dan peradaban manusia.

Kedatangan Covid-19 dan penyakit lainnya adalah karena faktor manusia itu sendiri. Manusia enggan puas dan puasa dalam menyalahgunakan kekuasaannya terhadap alam.

Telah diketahui bersama, banyak penyakit berasal dari hewan yang kemudian melompat ke manusia. Semua itu merupakan imbas dari perusakan lingkungan dan segala makhluk di dalamnya dan yang mendapat “celakanya” adalah manusia itu sendiri. (baca  Merusak Hutan Sama Saja Mengundang Penyakit Baru Berdatangan)

Banyak fenomena alam yang sesunggunya mengirim pesan kepada kita semua. Mulai dari kebakaran hutan, kemunculan serangan serangga di Afrika, munculnya fenomena ular kobra dan ribuan cacing di Indonesia, bahkan munculnya Covid-19 adalah pesan alam yang harus direnungkan.

KLIK INI:  Menteri LHK Berduka, Seorang Polhut Teladan Wafat di Gorontalo

Fenomena itu merupakan bukti nyata bahwa di balik itu semua ada campur tangan manusia. Karenanya, kedua srinkandi BB itu berpendapat, bahwa tidak cukup jika hanya mengurus manusia saja, kita juga harus merawat alam.

Andersen dan Karam mencoba menawarkan solusi dalam merawat alam agar manusia bisa terhindari dari pandemi di masa mendatang:

  • Mendukung investasi di sektor energi terbarukan.

Paket stimulus ekonomi harus mendukung investasi di sektor energi terbarukan, teknologi konstruksi dan infrastruktur yang cerdas, dan moda transportasi massal yang ramah lingkungan. Hal ini bisa menyelamatkan Bumi.

  • Mengubah kebiasaan konsumsi atau praktik produksi

Kebiasaan konsumsi atau praktik produksi harus kita ubah. Caranya, kurangi berbelanja, kurangi pemborosan, dan lebih banyak memanfaatkan ulang barang bekas, seperti yang sudah dilakukan oleh banyak selama masa karantina.

  • Menghijaukan ulang hutan-hutan

Langkah selanjutnya, kita harus menghijaukan ulang hutan-hutan dan berinvestasi di kawasan suaka alam. Dan kita harus memerangi perdagangan gelap satwa liar atau sumber daya hutan, serta memperbaiki tingkat kebersihan dan higiene di pasar-pasar.

Tiga langkah di atas bisa terwujud jika pemimpin dan komunitas agama terlibat di dalamnya. Agama terbukti mampu mengawal sebuah perubahan karena institusi ini termasuk yang paling tua dan bertradisi panjang.

KLIK INI:  Generasi Milenial Jadi Tumpuan Penyelamatan Lingkungan

Agama juga mampu menyediakan jenis layanan yang krusial bagi kehidupan miliaran manusia di seluruh dunia. Sebab itu agama menjadi mitra yang tidak bisa dikesampingkan, baik dalam situasi normal ataupun di tengah bencana.

Potensi agama dalam mengawal sebuah perubahan sangat krusial, banyak organisasi keagamaan, semisal Muhammadiyah, dan NU di Indonesia memiliki lembaga pendidikan dalam jumlah besar.

Dengan anggota yang banyak akan mudah bagi komunitas agama ikut menggalang kesadaran, betapa kesehatan manusia dan kondisi planet Bumi terkait satu sama lain.

Organsasi keagamaan pun tak hanya memiliki lembaga pendidikan, tapi juga organisasi agama mengelola pusat-pusat kesehatan yang ikut memerangi pandemi saat ini, dan menawarkan layanan kesehatan kepada kelompok masyarakat yang paling terpencil dan terisolasi.

“Seperti yang terjadi saat ini, manusia dalam keangkuhannya justru merobohkan rumah yang banyak diyakini sebagai anugerah Ilahi. Pemimpin agama harus terus menggunakan pengaruh besarnya untuk mengkampanyekan sebuah planet yang sehat, seperti pula umat beragama harus mengikuti panggilan alam untuk ikut melindungi ciptaan Tuhan seperti yang tercantum di semua kitab suci atau tradisi,” ungkap Andersen dan Karam seperyi yang dikutip dari DW.

Inisiatif yang ditelurkan oleh dua srikandi PBB itu merupakan awal yang baik, tapi kita bisa berbuat lebih banyak lagi dalam tindakan nyata.

KLIK INI:  Kisah 5 Orangutan yang Kembali Berumah ke Hutan