Lebih Baik Mana, Tidur Siang Lama atau Sebentar bagi Perkembangan Otak Anak?

oleh -249 kali dilihat
Selain Sehat, Rutin Tidur Siang Bisa Tingkatkan Prestasi Anak di Sekolah
Ilustrasi tidur siang/foto-Smart Generation's Blog

Klikhijau.com – Semakin besar seseorang, umumnya frekuensi tidur siangnya semakin berkurang. Berbeda dengan bayi atau anak-anak. Tidur siang bagi mereka dianggap sebagai sebuah keharusan.

Bahkan tidur siang bagi anak, biasanya dikaitkan dengan perkembangan otak. Karena itu, banyak orang tua yang akan “memaksa” anaknya untuk tidur siang.

Durasi tidur siang menurut penelitian dari University of East Anglia bahwa anak atau bayi yang banyak tidur siang memiliki kosakata yang lebih sedikit dan keterampilan kognitif yang lebih buruk.

Namun, benarkah demikian? Menurut studi baru yang  dipimpin oleh UEA bekerja sama dengan para peneliti di Universitas Oxford, Universitas Oxford Brookes, Universitas Leeds, dan Universitas Warwick–yang didanai oleh Dewan Riset Ekonomi dan Sosial (ESRC) menemukan hal yang berbeda.

KLIK INI:  Tidur Siang dapat Meningkatkan Kesehatan Mental, Ini Alasannya!

Dilansir dari Newswesi, studi tersebut yang diterbitkan dalam jurnal  JCPP Advances itu mengungkapkan bahwa beberapa anak lebih efisien dalam mengkonsolidasikan informasi selama tidur. Sehingga mereka lebih jarang tidur siang.

Sementara yang lain, biasanya mereka yang memiliki lebih sedikit kata dan keterampilan kognitif yang lebih buruk, perlu lebih sering tidur siang.

Tim peneliti mengatakan bahwa mengurangi tidur siang untuk anak-anak tidak akan meningkatkan perkembangan otak, dan mereka harus dibiarkan tidur siang sesering dan selama yang mereka butuhkan.

Peneliti utama Dr Teodora Gliga mengatakan bahwa ada banyak kecemasan orang tua seputar tidur. Orang tua khawatir anak-anak mereka tidak tidur siang sebanyak yang diharapkan untuk usia mereka  atau tidur siang terlalu sering dan terlalu lama.

“Tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa seberapa sering seorang anak tidur siang mencerminkan kebutuhan kognitif masing-masing. Beberapa lebih efisien dalam menggabungkan informasi selama tidur, sehingga mereka lebih jarang tidur siang,” ungkapnya.

KLIK INI:  8 Tips Ampuh Melerai Rasa Kantuk Usai Makan Siang

Menurutnya anak-anak dengan kosakata yang lebih sedikit atau skor yang lebih rendah dalam ukuran fungsi eksekutif, lebih sering tidur siang.

“Anak-anak kecil secara alami akan tidur siang selama yang mereka butuhkan dan mereka harus diizinkan melakukan hal itu,” tambahnya.

Indikator perkembangan anak

Tim peneliti mempelajari 463 bayi berusia antara delapan bulan dan tiga tahun selama lockdown pada tahun 2020.

Orang tua disurvei tentang pola tidur anak-anak mereka, kemampuan mereka untuk fokus pada suatu tugas, menyimpan informasi dalam ingatan mereka, dan jumlah kata yang mereka pahami dan dapat ucapkan.

Mereka juga bertanya kepada orang tua tentang status sosial ekonomi mereka. Termasuk kode pos, pendapatan, dan pendidikan mereka  dan tentang jumlah waktu layar dan aktivitas di luar ruangan yang dilakukan anak mereka.

Dr Gliga juga mengungkapkan bahwa penguncian memberi para peneliti kesempatan untuk mempelajari kebutuhan tidur intrinsik anak-anak karena ketika anak-anak berada di penitipan anak. Mereka jarang tidur siang sebanyak yang mereka butuhkan.

“Karena penitipan ditutup, berarti lebih sedikit gangguan pada pola tidur alami anak-anak. Tak satu pun dari anak-anak yang ikut serta menghadiri penitipan anak. Apa yang kami temukan adalah bahwa struktur tidur siang merupakan indikator perkembangan kognitif,” ujarnya.

KLIK INI:  Kemasan Makanan Antimikroba, Sebuah Solusi Merawat Bumi

Lebih lanjut Dr Gliga berpendapat bahwa bayi dengan tidur siang yang lebih sering tetapi lebih pendek dari yang diharapkan untuk usia mereka memiliki kosakata yang lebih sedikit, dan fungsi kognitif yang lebih buruk.

“Kami juga menemukan bahwa hubungan negatif antara kosakata dan frekuensi tidur siang lebih kuat pada anak yang lebih besar. Sementara mayoritas orang tua memberi tahu kami bahwa tidur anak mereka tidak terpengaruh oleh penguncian, orang tua dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah lebih cenderung melaporkan tidur yang memburuk,” tambahnya.

Dr Gliga mengungkapkan pula, screen time meningkat selama lockdown dan aktivitas di luar ruangan menurun tetapi ini tidak menjelaskan perbedaan dalam tidur anak-anak. Pekerjaan sebelumnya menyarankan bahwa pengasuh harus mendorong seringnya tidur siang, pada anak-anak prasekolah.

“Temuan kami menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Beberapa anak mungkin tidak tidur siang lebih awal karena mereka tidak membutuhkannya lagi. Orang lain mungkin masih perlu tidur siang melewati usia tiga tahun.

Menurutnya, di Inggris, prasekolah yang mendaftarkan anak berusia tiga hingga lima tahun tidak memiliki ketentuan untuk tidur siang. Pengasuh sebaiknya menggunakan usia mental anak dan bukan usia kronologis untuk memastikan kebutuhan tidur anak.

KLIK INI:  Meningkatan Kadar CO2, Upaya Pohon Menghemat Air