- Menangisi Kekeringan - 08/02/2025
- Surian, Pendatang Baru yang Jadi Primadona - 30/01/2025
- Bukan karena Hujan, Sabaria - 12/01/2025
Klikhijau. com – Saran dari Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia (BKS PII) agar FT Universitas Tadoloka melakukan Kajian lanjutan bencana alam palu memang perlu. Mengingat para ahli memasukkan bencana yang terjadi 28 September 2018 sebagai fenomena supershear langka.
Peristiwa itu akan tetap basah di ingatan, peristiwa yang membuat 2.000 orang lebih menemui mautnya. Mereka terseret ke lautan, terkubur dalam lumpur, menjadi korban likuifaksi, dan banyak yang dinyatakan hilang.
Data satelit mengungkap bahwa pergesaran kerak bumi bertanggung jawab atas gempa berkekuatan 7,4 yang muncul dengan kecepatan sangat tinggi. Kecepatan itulah yang akhirnya menjelaskan peristiwa seismik dahsyat di Palu.
Data itu menjadi acuan yang dijelaskan itu dijelaskan dalam dua studi berbeda tentang guncangan 2018 yang terbit di Nature Geoscience.
Kedua studi tersebut mengungkapkan secara garis besar bahwa gempa yang melanda Palu tahun lalu merupakan gambaran nyata dari gempa supershear.
Apa itu gempa supershear?
Gempa supershear merupakan gempa yang kecepatannya melebihi kecepatan gelombang geser seismik dan menyebabkan ledakan sonik.
Tekanan tinggi pada keping-keping raksasa terbentuk dan akhirnya melemah sampai akhirnya melakukan pergeseran di sepanjang patahan.
Energi gelombang geser kemudian menyebar melalui kerak bumi ke segala arah, sehingga kita bisa merasakan goncangan gempa.
Namun, kecepatan gempa sebenarnya ditentukan oleh gesekan geologi di sekitarnya. Umumnya kecepatan gempa ada di kisaran 4 sampai 9 kilometer per detik.
Namun, gempa bumi supershear mendobrak teori itu dan bergerak dengan kecepatan super hingga dianalogikan menyebabkan efek ledakan sonik.
Ini adalah jenis gempa bumi langka dan baru diamati kurang dari 15 kali dalam seabad terakhir. Gempa bumi supershear dianggap sebagai biang keladi bencana yang melanda San Francisco pada 1906.
Menurut para ahli, gempa yang terjadi di wilayah Palu dan sekitarnya ini merupakan gambaran dari fenomena gempa supershear langka.
Karena setelah dilakukan penelitian, ahli di Universitas California mengatakan kalau data menunjukkan kecepatan gempa palu adalah 4,1 kilometer per detik.
Selain itu gempa di Palu disebut sebagai gempa supershear karena ada bukti dari gambar satelit. Gambar tersebut menunjukkan kalau gempa bergerak sejauh 150 kilometer hanya dalam waktu 35 detik saja.
Lalu, apakah gempa supershear ini bisa terulang kembali di Palu? Pertanyaan itu masih terus meneror, sebaba para seismolog belum bisa memastikan, karena butuh studi lebih lanjut untuk memprediksi secara akurat ukuran getaran.
Para ahli tidak bisa hanya mengandalkan citra satelit, mereka perlu turun langsung ke lapangan. Namun, setidaknya, dengan studi yang sudah dilakukan tersebut, identifikasi potensi bencana di masa mendatang bisa dilakukan dengan lebih akurat.