1 Dekade Pulse Lab Jakarta: Konsisten Dorong 5 Prinsip Inovasi Data untuk Pembangunan Berkelanjutan

oleh -135 kali dilihat
1 Dekade Pulse Lab Jakarta: Konsisten Dorong 5 Prinsip Inovasi Data guna untuk Pembangunan Berkelanjutan
Dari-kiri-ke-kanan-Rahma-Utami-Founder-and-Knowledge-Director-Suarise-Agung-Indrajit-Kepala-Pusat-Data-dan-Informasi-Kementerian-PPN_Bappenas - Foto: Ist

Klikhijau.com – UN Global Pulse bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas merayakan pencapaian Pulse Lab Jakarta selama lebih dari satu dekade.

Perayaan ini ditandai dengan pertemuan para pakar untuk mendiskusikan pentingnya data inklusif dan memperkenalkan lima prinsip inovasi data “Quintet of Change” untuk membantu pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Diskusi yang digelar pada 22-23 Juni 2023 menampilkan dua topik diskusi utama yaitu “Inovasi Data Inklusif untuk Masa Depan Digital yang Berkeadilan” dan “Katalisasi Inovasi melalui kemampuan lima prinsip perubahan inovasi data ‘Quintet of Change’ di Asia Pasifik”.

Pulse Lab Jakarta didirikan tahun 2012 sebagai hasil dari KTT G20 tahun 2008 yang didorong oleh kebutuhan untuk merespon krisis global, seperti krisis finansial dan krisis yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Kersten Jauer, Deputy Director, Strategic Planning and Monitoring, Executive Office of the UN Secretary-General, mengatakan bahwa Indonesia adalah ketua negara-negara ASEAN dan sekaligus merupakan mitra global pembangunan yang efektif dalam pembangunan. Salah satunya dibuktikan dengan 10 tahun pencapaian Pulse Lab Jakarta.

KLIK INI:  Menyusul Bogor, Tempat Sampah Ilegal Juga Disegel di Tangerang

Dengan prestasinya, Pulse Lab Jakarta kini bertransformasi menjadi UN Global Pulse Asia Pasifik yang ditujukan untuk bisa memfasilitasi akselerasi kemitraan analitik yang lebih masif. Strategi ini berkaitan erat dengan semakin pentingnya peran kawasan Asia Pasifik yang mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat, serta tercatat sebagai pengguna akses digital paling signifikan secara global.

“PBB mengapresiasi Pulse Lab Jakarta yang terus berinovasi dan mengarusutamakan penggunaan data dalam pekerjaan sehari-hari. Data inklusif penting agar pembangunan lebih terarah dan tepat sasaran karena menyertakan semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan. Integrasi data inklusif akan melahirkan inovasi dan tinjauan strategis yang berkontribusi pada pembangunan kawasan Asia Pasifik di masa depan. Investasi terhadap solusi inovatif tersebut perlu terus dikembangkan untuk memastikan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs),” ujar Valerie Julliand, UN Resident Coordinator Indonesia dalam sambutannya saat pembukaan acara.

Penyediaan data inklusif masih terkendala oleh berbagai tantangan di lapangan. Hal ini disampaikan oleh Widaryatmo, Perencana Ahli Madya, Direktorat PKPM, Kementerian PPN Bappenas, yang mengakui bahwa minimnya data justru mempersulit pemerintah dalam menyusun dan mengimplementasikan program bantuan yang tepat sasaran.

“Program perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Insentif Pemerintah (BIP), Program Kartu Sembako, dan lainnya hanya mampu mencapai sebanyak 45,7 persen penerima bantuan, atau lebih rendah dari target program, yaitu 50 persen,” ujarnya.

KLIK INI:  Penanggulangan Pandemi Covid-19 Tergantung Sains dan Upaya Pencegahan

Hal yang sama disampaikan oleh Rahma Utami, Founder and Knowledge Director Suarise yang menyatakan sulitnya mencari data penyandang disabilitas.

“Saat ini ada sekitar 20 juta penyandang disabilitas di Indonesia1. Angka ini termasuk cukup besar. Untuk itu, pemetaan terhadap permasalahan dan tantangan kelompok disabilitas ini perlu ditingkatkan. Data tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk berbagai hal, seperti penelitian, disertasi, social enterprise, bahkan untuk data pemilu tahun depan,” ujar Rahma.

“Pengumpulan data tersebut hanya bisa dilakukan jika ada kolaborasi dari semua pihak, agar terciptalah data inklusif yang lengkap dan mudah diakses,” tambahnya.

Guna mendorong kebermanfaatan data untuk pencapaian SDGs, UN Global Pulse Asia Pasifik akan menerapkan prinsip inovasi data atau disebut dengan “Quintet of Change” (1) Inovasi, (2) Data, (3) Digital, (4) Strategic Foresight, and (5) Ilmu Perilaku Manusia. Lima prinsip ini diterapkan agar bisa menghasilkan tinjauan strategis untuk menghadapi tantangan pembangunan di masa depan. Penerapan prinsip ini akan menciptakan sistem pengumpulan data terstandarisasi agar menghasilkan data secara cepat sekaligus kredibel. Data-data ini juga akan bermanfaat untuk mendukung proses pembuatan kebijakan yang berbasis bukti dan fakta.

Faizal Thamrin, Kepala Inovasi Data dan Kebijakan, United Nations Global Pulse – Pulse Lab Jakarta menambahkan, Pulse Lab Jakarta yang bertransformasi menjadi UN Global Pulse Asia Pasifik akan menerapkan Quintet of Change untuk mempercepat inovasi di kawasan Asia Pasifik.

“Mari kita gunakan kesempatan ini untuk mengeksplorasi mata rantai Quintet of Change dan menetapkan peta jalan kawasan Asia Pasifik yang lebih inovatif dan sejahtera,” tutupnya.

KLIK INI:  Lagi, Gakkum KHLK Menangkap Pelaku Perusakan CA Faruhumpenai di Lutim

Menandai satu dekade berdirinya Pulse Lab Jakarta dan transisi menjadi United Nations Global Pulse Asia Pasifik, pada tanggal 22-23 Juni 2023, Pulse Lab Jakarta akan menyelenggarakan rangkaian acara untuk merayakan capaian dan dampak dari 10 tahun PLJ dan peluncuran United Nations Global Pulse Asia Pasifik untuk menciptakan dampak yang lebih luas di kawasan Asia Pasifik.

Acara ini mengundang berbagai mitra dan pemangku kepentingan, termasuk perwakilan dari Pemerintah Indonesia, perwakilan negara-negara Asia Pasifik, Lembaga PBB, organisasi donor, organisasi masyarakat, akademisi, mitra pembangunan, staf dan alumni PLJ, pemuda, dan masyarakat umum.

Informasi lebih lanjut terkait acara ini: https://pulselabjakarta.org/asiapacificlaunch

Pulse Lab Jakarta adalah fasilitas inovasi data bersama Perserikatan Bangsa Bangsa (Global Pulse) dan Pemerintah Indonesia (melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas). Berfungsi sebagai akselerator kemitraan analitika, PLJ beroperasi didasarkan melalui pendekatan yang berfokus pada tiga aspek: masalah, solusi dan ruang identitas.

Sebagai bagian dari mandatnya, PLJ juga berfungsi sebagai katalisator yang menghubungkan PBB, pemerintah, sektor swasta dan pembangunan, juga masyarakat sipil dalam mendukung kebijakan dan aksi untuk pembangunan dan respon kemanusiaan yang efektif.

KLIK INI:  Tantangan Berat Bagi Indonesia, Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Tidak Berkelanjutan