Rumah Singgah untuk Antisipasi Kabut Asap Karhutla

oleh -60 kali dilihat
Rumah Singgah untuk Antisipasi Kabut Asap Karhutla
Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Klikhijau.com – Antisipasi terhadap dampak karhutla terus dilakukan. Salah satu yang sedang disiapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta kementerian terkait adalah “Rumah Singgah”.

Rumah singgah disiapkan sebagai antisipasi bagi mereka yang terdampak kabut asap karhutla. Koordinasi terkait pembentukan rumah singgah sudah dilakukan antara Siti Nurbaya selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Nila F Moeloek, Menteri Kesehatan.

Rencananya rumah singgah akan dibangun di sejumlah wilayah yang terdampak kabut asap karhutla.

Seperti yang dimuat pada Mediariau.com, Siti mengatakan kondisi terkini penanganan kabut asap karhutla akan dilaporkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Doni Monardo dan jajaran pemerintahan daerah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

KLIK INI:  Program Bersih Indonesia, Ambisi Menuju Indonesia Nol Sampah Plastik

“Jajaran daerah yaitu gubernur, Panglima TNI dan Kapolda secara terbatas dan akan intens dengan beberapa menteri dan Panglima TNI serta Kapolri dan Kepala BNPB, BMKG, BPPT dan LAPAN,” tutur Menteri LHK ini.

Selain berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan, Siti juga akan melaporkan kondisi terkini sejumlah wilayah yang terdampak kabut asap karhutla kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto pada Jumat, 13 September 2019.

Dilansir dari CNN, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk waspada terhadap sebaran kabut asap karhutla. Wilayah-wilayah yang mengalami dampak cukup serius yaitu Sumatera dan Kalimantan.

Berdasarkan hasil pemantauan citra satelit yaitu Terra, Aqua, Suomi-NPP, NOAA-20 dan Satelit Himawari-8 selama 10 hari terakhir, sejak 1 – 10 September, BMKG telah mengidentifikasi setidaknya terdapat 6.255 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara.

Dwikorita menambahkan dari hasil pantauan, titik panas sempat turun pada 6 September 2019 yaitu 513 titik dan kemudian terjadi kenaikan pada 10 September 2019 sebanyak 829 titik panas.

Sebaran lokasi titik panas berada di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

KLIK INI:  IPCC Soroti Perubahan Iklim dan Tanah Bagi Kelangsungan Hidup Manusia