Klikhijau.com – Dalam buku kumpulan puisinya Hujan Meminang Badai, Tri Astoto Kodarie banyak bercerita tentang laut.
Lelaki kelahiran 29 Maret 1961 di Jakarta itu, menjadikan laut sebagai ladang inspirasinya. Tri Astoto Kodarie tidak hanya dikenal sebagai penyair, tetapi juga sebagai pendidik. Ia bekerja sebagai pendidik di Parepare, Sulawesi Selatan.
Dalam hal kepenulisan, Tri Astoto Kodarie telah banyak menerima penghargaan dan menulis banyak buku, Hujan Meminang Badai salah satunya.
Dalam buku yang terbit penerbit AKAR Indonesia, Yogyakarta pada tahun 2007 itu, banyak berkisah tentang laut, di antaranya:
Nyanyian Pantai
suara gemuruh yang meluluhkan langkahku
mungkin dapat menghitung belas kasih
dari ranting-ranting angin pantai yang patah
atau jerit camar menggelepar menahan perih
aduh, ibu, kukejar lidah ombak
sambil tak henti-hentinya berteriak
dilecut kemarau panjang
dan hari-hari yang terasa gersang
aduh, ibu, kukejar bayang-bayangmu
dalam beribu jarak yang semu
aduh, ibu, kukejar mimpi-mimpimu
di ruas-ruas nasib yang ngilu
parepare, 1997
Biarkan Layar Berkibar
biarkan layar berkibar bersama angin
melambai-lambai di langit lepas karena kemerdekaan
seperti perahu-perahu yang melesat di laut bebas
layarnya adalah mata hati menjelma menjadi kompas
keringatnya adalah kehidupan yang menetes di buritan
nasibnya menyatu bersama badai berkilatan
biarkan layar berkibar bersama air mata
seperti gelombang yang tergenggam di tangan kita
mengepalkan tangan matahari tanda keberangkatan
membawa mimpi anak-anak di langit kemerahan
biarkan layar berkibar di atas perahu-perahu
yang mengantarkan gelombang pada laut
karena serangkaian kata merdeka yang kita tahu
hanyalah sebatas damai dan maut
parepare, 2003
Eksotisme Ombak
meniti ombak laksana tarian yang penuh gerak
sampan melesat
mengejutkan ikan-ikan
melesatkan kecipaknya
sembunyi di karang-karang
siapa yang menghembuskan angin
dinginnya begitu kukenal
tapi ombak membaca kesetiaan
di pesisir pantai yang dangkal
seperti ombakmu memecah gelora birahi
suaranya melebihi petir siang hari
tapi biarkan kerinduan ini kubangun dengan angin
sebelum gerak sampan membawa pulang bau garam
parepare, 2002
Potret Nelayan Adalah Tembang Jiwa Kami
jauh amat, perahu-perahu pinisi nembus kegelapan
hitam cakrawala hitam nasib hitam ketaktentuan
kelap-kelip lentera berpendar
terangi kecemasan gelombang
kibar-kibar layar dihempas kesiur angin yang bimbang
o, adakah kedamaian memintas cakrawalamu?
menatap hidup menatap nasib keterlanjuran hakekat
saat ditempuhnya usia di dalam hati yang pekat
tapi tak pernah sangsikan keyakinan yang erat
meskipun masa lalu telah tumbang dan sekarat
o, nelayan-nelayan perkasa yang menaklukkan kejemuan
masihkah melagukan gelegar gelombang?
parepare, 1988
Meditasi Batu Karang
kapan kupanggil angin samudera menari-nari
mempermainkan camar, gelombang pasang menabur
isyaratkan senja bakal berbenih malam
o, lapar mengorek luka
merasuk pada gigil tubuh di puncak keheningan
kapan kuraup milyaran ikan yang berloncatan
di sukmaku
lalu berenang dengan sirip menyentuh karang
perjalanan bukan hanya berhenti sampai batas impian
kematian hanya terminal yang tercermin
di dasar samudera
kapan bisa kukunyah-kunyah batu karang
agar dapat kurasakan perihnya
o, angin samudera
jangan kau robek-robek heningnya
parepare, 1987
Sajak Gelombang
di laut ini
gelombang selalu saling mendahului
tak ada yang sama
sementara kita masih saja
sendiri, sendiri
setiap pagi kita di sini
dan tanpa kita sadari
kita menaiki gelombang
yang selalu memecah itu
yang selalu menghantam batu
yang kita pandang itu
tapi setiap hari, setiap waktu
kita masih saja
sendiri
selalu
semarang, 1980
Mata Laut
kuingin gelombang pasang malam ini
dapat berubah menjadi bintang-bintang
menerangi ikan-ikan yang bermain di arus
atau geliat nafasmu yang tak putus-putus
kuingin gelombang pasang malam ini
dapat berubah menjadi tangis
meneteskan air mata, mengalirkan kenangan
dari rahim kegelisahan yang tak sempurna
kuingin gelombang pasang malam ini
bersaksi di pusaran mata laut
atas segala tetes keringat
yang menyatu membasuh malam
parepare, 2004