- Di Singapura, Burung Gagak Hidup Merdeka tanpa Mitos - 02/02/2023
- Rumput Dallis, Gulma yang Jadi Berkah bagi Peternak - 31/01/2023
- Menakar Seduhan Kopi untuk Ayah - 29/01/2023
Sungai itu Mengalir ke Mata
sungai balantieng mengalir hingga ke matamu. bawa batu-batu, pasir, dan akar kayu, juga daun-daun tak mengering. di matamulah semua berakhir jadi masa lalu
bukit-bukit tatapi donggia dengan pucat. bambu betung di pinggir jurang itu telah jadi dangau. tempat para petani menjaga jagung, kopi, sayuran, dan juga napasnya.
orang-orang asing beraroma kini, di sabtu sore meraung-raungkan motornya. membawa tenda, karpet, dan buku agenda di kepalanya.
mereka berbondong ke barat, ke donggia, ke sungai balantieng, menghanyutkan apa saja dalam kepalanya, juga isi perutnya.
setelahnya mereka pulang, menuju laut—menikmati apa yang dihanyutkannya dengan rasa lapar dan haus kering
Kindang, Desember 2022
Sarabba di Meja Tamu
segelas sarabba dan pisang goreng diletakkan kenangan di meja tamu
meja yang bersepi-sepi setiap pagi
sejak hujan kadang-kadang mulai tiba dengan pertanyaan-pertanyaan
aku duduk menghadapi meja di ruang tamu itu
bersepi-sepi sendiri
hujan tiba dengan riang, menabuhkan diri di atap seng yang cokelat kehitaman
tak ada tetangga akan bertamu bila hujan
sejak obat flu banyak dijual di kakilima
orang-orang mulai takut pada hujan
hujan pagi selalu membawa segala perihal
sungai yang meluap, kali yang tersumbat
banjir yang merampas tulisan surat cinta para tetua
pohon yang memisahkan diri dari akarnya
dan, rindu yang meliar ke kepala
segelas sarabba itu, kubuat semalam
dari jahe yang mengendap-endap tumbuh di samping rumah
di bawah pohon pisang yang buahnya menemaninya di atas meja tamu pagi ini
pagi kini menghilangkan harapan
dan mendatangkan kecemasan
hujan tetiba menderas
aku menarik selimut
mendengar gemuruh di kali depan rumah
aku menatap sepi di mata sendiri, cemas mencemaskan
Kindang, Desember 2022
Kopi Hilang di Meja Warkop
bunga kopi berguguran sebelum tahu cara menjadi buah
sejak musim lari dari prediksi para tetua
kopi mulai lupa cara berbuah bagaimana
di sebuah warkop di tengah kota
sepasang kekasih berselfie ria
pamerkan dua gelas kopi susu yang belum diaduk
mereka menyelam ke mata masing-masing
memetik kopi dalam pikirannya
ketiadaan kemarau dan panjangnya rintik hujan
meniadakan buah kopi
lebah berdengung-dengung mengenaskan
madu semakin mengering dalam sarangnya
beburung penghisap nektar
berkicau serak di reranting kopi
mata meredup
kopi akan segera menghilang dari meja tamu
dari meja warkop, segera, bahkan sebelum kau sempat membaca puisi ini
Kindang, Desember 2022