Penerapan Teknologi Berbantu, Cara Jitu Selamatkan Populasi Badak

oleh -158 kali dilihat
Iman Mati, Spesies Badak Sumatera di Malaysia Berakhir
Badak Sumater -foto/cnnindonesia

Klikhijau.com – Penyelamatan populasi badak dari ancaman kepunahan sangat penting. Maka dari itu Pemerintah Indonesia  menempuh berbagai cara. Agar satwa langka tersebut bisa terhindar dari kepunahannya.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir. Wiratno mengungkapkan, untuk menyelamatkan badak dari kepunahan, ada kerja-kerja yang terbuka dan ada kerja surveillance yang tertutup yang tidak perlu diketahui publik, yang telah, sedang dan akan diupayakan oleh pemerintah untuk melindungi satwa nasional dari kepunahan.

“Pemerintah mempunyai harapan pada penjagaan penuh kawasan untuk melindungi populasi satwa, survey trajectory dan pemanfaatan teknologi,” ungkapnya.

Wiratno mengungkapkan hal tersebut saat Media Briefing Penerapan Teknologi Berbantu dalam Konservasi Badak Sumatra. Kegiatan itu yang diselenggarakan oleh TFCA-Sumatera Yayasan KEHATI bekerja sama dengan SIEJ (Societyof Indonesian Environmental Journalists).

KLIK INI:  BBKSDA Perkenalkan Talaparusi ke Desa Cakura

Kegiatan tersebut digelar melalui media zoom 21 September 2021 di hadapan awak media. Gelaran itu dalam rangka memperingati hari Badak Sedunia yang jatuh besok tanggal 22 September 2021.

Direktur Program TFCA-Sumatera, Samedi, menyampaikan, penerapan teknologi diperlukan untuk membantu menyelamatkan satwa yang terancam punah. Hal itu sebagai bagian dari upaya perlindungan satwa yang dilakukan secara maksimal.

Populasi badak  menyusut

Menurutnya, saat ini populasi badak Sumatra diperkirakan kurang dari 100 ekor yang terdapat di dua kantong yang ada di Aceh dan Lampung.  Kawasan Leuser Aceh, merupakan kantong populasi yang masih viabel, artinya memungkinkan untuk keberlanjutan reproduksi spesies yang sehat.

Sementara di Lampung, jumlah populasi maupun keragaman genetik sangat terbatas (terisolasi).  Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena kemampuan satwa bercula ini untuk bereproduksi sangat terbatas.

Keterbatasan berproduksi itu disebabkan oleh berbagai faktor (termasuk faktor intrinsik pada badak itu sendiri). Karenanya perlu bantuan teknologi.

“Jangan sampai pada peringatan kemerdekaan RI ke-100 duapuluh lima tahun yang akan dating. Kita terpaksa harus mengumumkan kepunahan badak,” ujar Samedi.

Hal ini bukannya tidak mungkin karena kondisi badak Sumatra saat ini mirip dengan kondisi badak Sumatra di Malaysia 25 tahun yang lalu, dan dua tahun yang lalu badak sumatra di Malaysia  dinyatakan punah.

KLIK INI:  2020, Animasi Riko Rhino Tayang dengan Tema Keberagaman Flora dan Fauna Indonesia
Langkah yang harus diambil

Tentunya Indonesia tidak ingin mengulangi sejarah Malaysia. Langkah-langkah preventif saat ini sudah diambil pemerintah antara lain

Membangun suaka badak sebagai zona perlindungan menyeluruh (full protection zone) seperti di Taman Nasional Gunung Leuser.  Saat ini sudah ada satu fasilitas pengembangbiakan Badak Sumatra (Sumatran Rhino Sanctuary) di Taman Nasional Way Kambas.

Cara ini dianggap cukup berhasil dalam mempertahankan dan menghasilkan anakan badak baru. Walaupun dirasakan sangat lambat. Karena hanya menghasilkan dua anakan dalam waktu lebih 10 tahun.

Saat ini, sedang dibangun fasilitas pengembangbiakan badak lainnya di kawasan Leuser Timur, Aceh. Pelaksananya adalah konsorsium Badak Utara yang dipimpin oleh Forum Komunikasi Leuser.

Pendanaan proyek ini berasal dari program TFCA-Sumatera yang merupakan program di bawah perjanjian bilateral pengalihan utang untuk lingkungan antara Amerika Serikat dan  Indonesia. Tujuannya untuk mendukung program konservasi di Indonesia khususnya spesies dan bentang alam penting di Sumatra (tfcasumatera.org).

Koordinator konsorsium Badak Utara, Dedi Yansyah menyampaikan, saat ini proses pembangunan fasilitas pengembangbiakan badak (SRS) telah dimulai. Di mana proses studi kelayakan berikut kajian zoonosis telah dirampungkan sebelumnya.

Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Wali Nanggroe Aceh, Pangdam dan unsur pemerintah Aceh Timur mendukung secara positif pelaksanaan proyek ini.  Bupati Aceh Timur sendiri telah berkomitmen untuk mengalokasikan kawasan seluas 7.302 Ha di Alue Timur, Leuser untuk konservasi badak di Aceh.

“Hal yang menjadi kunci dalam konsep pembangunan SRS adalah pelibatan masyarakat,” ujar Dedi.

Ia berharap  masyarakat dapat ikut  terlibat untuk mengelola dan menjaga kelestarian badak secara berkelanjutan.  Fasilitas ini diharapkan dapat rampung pada akhir Desember 2021.

KLIK INI:  Pagi yang Hujan dan Kisah Penemuan Spesies Baru di Tanah Sulawesi
Pentingnya teknologi berbantu

Sementara itu, Muhammad Agil,  salah satu pakar Teknologi Reproduksi Berbantu, Assisted Reproductive Technology (ART), yang juga merupakan staf pengajar dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB University menyebutkan, teknologi ini diperlukan untuk meningkatkan populasi satwa khususnya badak Sumatra.

Agil juga sependapat dengan Samedi yang menyatakan bahwa bisa jadi kepunahan bukanlah akhir dari segalanya (extinctionis not forever). Karena teknologi ini memungkinkan untuk menyambung kesinambungan hidup populasi yang nyaris atau bahkan telah punah di alam.

Sepanjang  masih ada stok plasma nutfah di dalam apa yang disebut bio-bank (cryo-preservation).  Teknologi ini mulai diaplikasikan di Indonesia sejak 2019 yang juga merupakan pelaksanaan mandat dari dokumen Rencana Aksi Darurat Sumatra yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Menurutnya, selama ini badak Sumatra sulit berkembang di alam karena populasi yang tersebar dalam kantong-kantong kecil bersifat non-viabel dan sangat terisolasi.   Jumlah yang sedikit dan kawasan habitat cukup luas menyebabkan badak di alam sulit untuk bertemu dan kawin (Allee effect).

KLIK INI:  Bagaimana Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman?
Pengembangbiakan alami lambat

Di seluruh dunia keberhasilan pengembangbiakan di lingkungan ex situ (captive) tanpa bantuan teknologi (secara alami) sangat lambat dan baru menghasilkan 5 anak badak selama 40 tahun.

Hal ini sangat mengkhawatirkan jika tidak dibarengi dengan penggunaan teknologi reproduksi yang telah ada. Selain itu, badak yang kita miliki juga mengalami masalahpatologis dan penyakit, seperti adanya kista serta tumor pada rahim dan leher rahim badak betina yang disebabkan oleh alee effect

Untuk itu program darurat berupa pencarian dan penyelamatan (search and rescue) badak pada populasi yang terisolasi dan tidak viable. Perlu dilakukan, di mana badak-badak tersebut akan dipindahkan ke fasilitas pengembang biakan seperti SRS.

Program ini harus mulai dilaksanakan sebelum badak di alam sama sekali musnah.  Di pusat seperti ini, program ART dapat diaplikasikan untuk mengumpulkan materi genetik dan memastikan keragaman genetiknya (heterozygositas) dan dapat dipastikan tidak akan terjadi perkawinan antar kerabat.

Pengumpulan bahan genetik dilakukan dalam bentuk stok semen beku, embrio dan induced-pluripotentstemcell sebagai cadangan untuk menghasilkan anak-anak badak baru.  Aktivitas seperti ini telah termaktub dalam peta jalan ART dan Bio-bank Badak Sumatra tahun 2021-2026 yang disusun oleh KLHK.

Namun tentunya faktor etika tetap harus diperhatikan.  Tidak serta merta  kekayaan hayati dapat dimanipulasi dengan mengumpulkan materi genetik. Lalu dikembangbiakkan hingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan di alam.  Perlu dijaga keanekaragaman genetik agar dapat dipastikan keberlanjutan populasi badak yang sehat.

Badak, aset negara

Sedangkan Indra Eksploitasia, Direktur KKH mengingatkan, badak adalah aset negara yang harus kita jaga dan lestarikan bersama.  Ia menyebutkan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah dalam mengembangkan suaka dan ART adalah program pengembangbiakan di dalam lingkungan terkontrol yang terkoneksi dengan program konservasiin situ.

Konteksnya adalah  bila program pembiakan ini berhasil, anakan badak maupun satwa liar lainnya akan dikembalikan ke alam.  Pemerintahmenyebutnya program “ex-situ linkedto in-situ conservation” sehinggakita harus menjamin perlindungan terhadap habitatnya sehingga aman  pada saat dilepasliarkan kembali. *

KLIK INI:  Macan Tutul Amur Terancam Punah, Ini 3 Penyebab Utamanya!