Mengintip Upaya Malaysia ‘Menghidupkan’ Kembali Badak Sumatra dari Kematian

oleh -349 kali dilihat
Mengintip Upaya Malaysia ‘Menghidupkan’ Kembali Badak Sumatra dari Kematian
Bada sumatra/foto-wikipedia
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Badak sumatra terakhir di Malaysia mati tahun 2019 lalu. Sejak saat itu, tak ada lagi badak sumatra di Malaysia.

Penyebab kematian Iman, nama badak sumatra berjenis kelamin betina itu karena digerogoti kanker. Padahal bukitan harapan diletakkan padanya untuk melanjutkan generasinya.

Sayangnya nasib berpihak lain. Tak ada generasi pelanjut Iman di Malaysia. Ia mati dan siklus badak sumatra berakhir di negeri jiran.

Namun, para ilmuwan Malaysia tak ingin menyerah begitu saja. Mereka yakin bisa menyelamatkan spesies langka dari famili Rhinocerotidae itu.

Cara ilmuwan Malaysia mengembalikan satwa dengan nama latin Dicerorhinus sumatrensis tersebut, yakni dengan menggunakan teknologi sel induk eksperimental yang berasal dari sisa-sisa sel kulit badak yang telah mati.

KLIK INI:  Sexy Killers, Sengkarut Eksploitasi Batu Bara dan Lingkaran Setan Oligarki

Para ilmuwan akan menggunakan sel-sel badak yang mati tahun lalu. Tujuannya untuk menghasilkan sperma dan telur.

Diyakini bisa berhasil

Sperma dan telur itu diyakini  akan menghasilkan bayi tabung untuk ditanamkan ke dalam hewan hidup atau spesies yang memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat seperti kuda.

Rencana ini serupa dengan upaya konservasi badak putih utara di Afrika yang jumlahnya hanya tinggal dua ekor. Hanya saja upaya itu tak mudah, sebab terkendala birokrasi dan diplomasi.

Muhammad Lokman Md Isa, yang merupakan ahli biologi molekuler dari Universitas Islam Internasional Malaysia  sangat yakin usaha tersebut bisa berhasil

“Jika semuanya berfungsi, bekerja dengan baik, dan semua orang mendukung kami, itu bukan hal yang mustahil,” katanya.

Namun menurut Thomas Hildebrandt dan Cesare Galli, ilmuwan yang memimpin penelitian tersebut. Bahkan jika berhasil, kurangnya keanekaragaman genetik pada hewan yang diproduksi dengan cara ini dapat mengancam kelangsungan hidup mereka dalam jangka panjang.

KLIK INI:  Tak Kenal Maka Tak Sayang, Berikut Fakta Badak Sumatra dan Badak Jawa

Sementara itu, Arief Boediono, ilmuwan Indonesia yang terlibat dalam proses ini di Malaysia berharap kesuksesan proses tersebut dapat memberikan pelajaran untuk membantu perkembangbiakan badak di Indonesia.

“Mungkin butuh lima, 10, hingga 20 tahun, saya tidak tahu,” ujar Arief.

Namun Arief melihat ada peluang untuk berhasil, karena sudah ada beberapa keberhasilan yang melibatkan tikus laboratorium di Jepang,

“Jadi, itu berarti ada peluang,” tegasnya.

Keberhasilan usaha seperti yang akan dilakukan pada badak sumatra, pernah dilakukan oleh para peneliti di Jepang.

Mereka berhasil menumbuhkan gigi dan organ lain seperti pankreas dan ginjal menggunakan sel induk embrio dari tikus dan mencit untuk menumbuhkan organ pengganti bagi manusia.

KLIK INI:  Proyek Strategis Nasional Rempang Eco City: Strategis untuk Siapa?
Saat ini hanya ada di Indonesia

Kematian Iman terbilang miris, sebab hanya berselang enam bulan setelah kematian Tam, badak jantan terakhir Malaysia.

Untuk mengembalikan populasi badak, harapannya adalah apa yang tersisa dari iman, yakni sampel kulit, telur, dan beberapa jaringan.

Badak sumatra adalah badak terkecil di dunia dan satu-satunya badak Asia yang bercula dua. Dahulu, badak sumatera hidup bebas di alam liar mulai dari wilayah Himalaya timur di Bhutan, bagian timur India, Myanmar, Thailand, hingga ke Indonesia dan Malaysia.

Perlahan tapi pasti populasinya semakin menurun hingga nyaris masuk ke jurang punah. Ancaman kepunahannya sangat besar akibat perburuan, hilangnya habitat, dan terisolasi dari badak lainnya.

KLIK INI:  Gletser di Puncak Jaya akan Hilang, Indonesa Patut Berduka

Badak yang juga dikenal dengan nama badak berambut ini kini bertahan hidup dengan populasi yang kecil.

Mereka hidup terpisah-pisah terpisah sehingga menyulitkan mereka untuk menemukan badak lain dan berkembang biak.

Saking semakin sedikitnya, badak yang juga dikenal dengan  nama  badak asia bercula dua ini hanya saat  tersisa 80 ekor badak saja, dan semuanya hidup di wilayah Indonesia.

Jika upaya ilmuwan Malaysia itu berhasil, berarti mereka telah ‘menghidupkan’ satwa satu-satunya spesies yang tersisa dari genus Dicerorhinus tersebut.

KLIK INI:  Sungai di Indonesia Banjir Mikroplastik, Dampak Tata Kelola Sampah Buruk?