Gletser di Puncak Jaya akan Hilang, Indonesa Patut Berduka

oleh -170 kali dilihat
Gletser di Puncak Jaya akan Hilang, Indonesa Patut Berduka
Puncak Jaya, Papua/foto-Aurora photos
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Sekali mencair, laju penyusutannya sulit dihentikan. Begitulah sifat gletser yang cukup rumit dan sensitif.

Karena sifat sensitifnya itulah, sejumput gletser di Puncak Jaya, Papua menyusut dalam waktu yang sangat cepat.

Gletser di Papua dikenal dengan Gletser Carstensz atau Carstensz Pyramid adalah badan es yang terletak di dekat Puncak Jaya. Sebuah gunung di Barisan Sudirman di daratan tinggi barat tengah Papua, Indonesia.

Mirisnya, gletser di Puncak Jaya merupakan gletser satu-satunya yang dimiliki Indonesia. Karenanya, jika “menghilang” maka Indonesia patut berduka.

KLIK INI:  7 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Air

Pada pekan ini, sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal milik National Academy of Science, Amerika Serikat mengungkapkan gletser tersebut bisa hilang dalam satu dekade ini.

Pada tahun 2004, penelitian citra satelit IKONOS di kawasan glasier Nugini menunjukkan bahwa dalam waktu dua tahun mulai 2000 sampai 2002, Gletser Carstensz telah kehilangan 6,8% permukaannya.

Pada tahun 2010 sebuah ekspedisi menemukan bahwa es di gletser setebal 32 meter (105 ft) dan menipis 7 meter (23 ft) setiap tahunnya.

Kondisi itu memperlihatkan ancaman nyata perubahan iklim yang kian mengancam. Padahal, keberadaan gletser di Puncak Jaya bisa dibilang sebagai harta karun geografis.

Kehadiran gletser di daerah tropis seperti Indonesia memberikan limpasan berharga bagi petani dan masyarakat sekitarnya.

Gletser ini mengalirkan sungai abadi yang aliran airnya akan terus ada sampai gletser itu sendiri hilang.

KLIK INI:  Lebih Dekat dengan Hujan Es dan Daerah yang Pernah Dikunjungi di Indonesia

“Karena lokasi gletser di Papua yang relatif rendah, ia akan menjadi yang pertama yang menghilang,” kata Lonnie Thompson, Professor di School of Earth Science di Ohio State University yang juga salah seorang penulis studi.

Ia melanjutkan bahwa nasib gletser-gletser ini adalah indikator bagi kondisi iklim di Bumi.

Fenomena penyusutan gletser di Papua dipercepat oleh fenomena cuaca El Nino, yang membawa udara hangat dan memangkas curah hujan.

Bukan hanya puncak jaya

“Situasinya sudah mencapai level yang mengkhawatirkan, karena pembentukan es tidak lagi terjadi, hanya penurunan gletser,” kata Permana.

Permana mengakui gletser-gletser ini terancam punah dalam satu dekade atau bahkan lebih cepat, dia yakin akan sangat sulit untuk menyelamatkannya dari kepunahan.

KLIK INI:  10 Bahan Berkelanjutan untuk Pakaian yang Mesti Diterapkan

Pertengahan tahun 2019 Islandia mencatat kepunahan gletser pertama ketika Okjökull menghilang di musim panas. Peristiwa itu dinilai sebagai peringatan bagi 400 gletser lain di kepulauan subartik tersebut.

Sementara di jantung Eropa, ilmuwan Swiss melaporkan laju kenaikan emisi CO2 akan memusnahkan 90% gletser di pegunungan Alpina di penghujung abad.

Menurut tim Jarvis, petualang dan pelestari alam asal Australia. Beberapa negara yang memiliki pegunungan yang cukup tinggi untuk gletser bersemayam di puncaknya.

Negara yang dimaksud di antaranya Ekuador, Kolombia, Tanzania, Uganda, Kenya, dan Indonesia. Sebagian besar gletser di negara-negara tersebut diprediksi akan menghilang dalam kurun waktu 25 tahun.

KLIK INI:  Habitat Rusak, Kepunahan Tanaman Menjadi 350 Kali Lebih Cepat