Klikhijau.com – Penggunaan bahan-bahan berkelanjutan terus berkembang. Hal itu patut diberi apresiasi. Karena dapat menghindarkan kita dari berbagai masalah, perubahan iklim salah satunya.
Salah satu bahan berkelanjutan yang mulai banyak dilirik adalah bahan pakaian. Pakaian telah mencatatkan dirinya sebagai bagian dari penyumbang limbah yang besar.
Misalnya pada tahun pada tahun 2020 lalu saja, sekitar 18,6 juta ton limbah tekstil terbuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA).
Bayangkan saja, rerata konsumen membuang 60 pakaiannya hanya dalam waktu setahun setelah membeli.
Karena itu, jika perilaku ini terus berlanjut, maka pada tahun 2050 mendatang, di seluruh dunia limbah tekstil akan mencapai 300 juta ton. Ngeri kan?
Bagaimana di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan YouGov, bahwa 66 persen masyarakat dewasa di Indonesia membuang sedikitnya satu pakaian mereka dan 25 persen membuang lebih dari 10 pakaian mereka dalam setahun. Belum lagi, 41 persen millenial Indonesia menjadi konsumen produk fast fashion terbesar.
Karena itu, maka yang mesti dilakukan adalah mengikuti saran dari United Nations, yakni menggunakan bahan eco-friendly Bagai industri mode untuk mengurangi limbah tekstil.
Berikut ini beberapa bahan yang dianggap berkelanjutan untuk pakaian :
-
Katun organik
Katun organik ditanam tanpa penggunaan pestisida atau bahan kimia berbahaya. Produksinya juga mempertimbangkan keberlanjutan tanah dan air.
-
Serat bambu
Bambu adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat diperbarui dengan cepat. Bahan serat bambu yang dihasilkan ringan, lembut, dan ramah lingkungan.
-
Lenan
Lenan yang juga yang biasa pula dieja linen, terbuat dari serat tanaman rami. Tanaman rami dapat tumbuh dengan sedikit atau tanpa pestisida, dan seratnya dapat didaur ulang atau terurai dengan mudah.
-
Modal
Modal adalah serat yang terbuat dari kayu beech. Proses produksinya menggunakan bahan kimia yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan serat sintetis, dan kayu beech yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola dengan baik.
-
Tencel
Tencel adalah serat yang dihasilkan dari kayu eukaliptus. Proses produksinya menggunakan pelarut yang dapat didaur ulang, sehingga mengurangi dampak lingkungan.
-
Wol organik
Bahan ini diperoleh dari domba yang dibiakkan dengan metode organik. Ini berarti mereka tidak diberi hormon pertumbuhan atau antibiotik, dan pemeliharaannya dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan alam.
-
Sutera organik
Bahan ini dibuat dari ulat sutera yang diberi makan dedaunan organik. Produksi sutera organik mempertimbangkan praktik budidaya yang bertanggung jawab terhadap serangga dan lingkungan sekitarnya.
-
Pinatex
Pinatex adalah kulit nabati yang terbuat dari daun nenas. Bahan ini adalah alternatif kulit non-biodegradable. Bahanya terbuat dari serat selulosa yang diekstraksi dari daun nanas, PLA, dan resin berbasis minyak bumi
Bahan ini dapat menjadikannya alternatif yang berkelanjutan dan rendah limbah untuk kulit berbasis hewan dan minyak bumi.
-
Kapas daur ulang
Kapas adalah salah satu bahan alami yang paling populer dan banyak digunakan dalam industri tekstil. Ini alami dan dapat terurai secara hayati, dan membuat kain yang kuat namun lembut dan bernapas.
Harus diakui kapas adalah bahan yang ideal dan berkelanjutan. Namun, dalam hal keberlanjutan, budidaya kapas pada skala dan intensitas yang diperlukan untuk memenuhi permintaan industri fesyen sangat bermasalah.
Pertanian kapas intensif air dan tanaman membutuhkan penggunaan pestisida dan tapak tanah yang luas. Ini sama sekali bukan tanaman yang ramah lingkungan. Di situlah kapas daur ulang masuk untuk mengurangi kerusakan lingkungan akibat pertanian kapas.
-
Plastik daur ulang
Pakaian yang terbuat dari plastic daur ulang telah banyak diterapkan di dunia olah raga, khususnya speak bola. Misalnya club speak bola dari ibu kota spanyol telah menggunakan plastic daur ulang untuk jersey mereka.
Dengan menyulap sampah plastik menjadi jersey akan mengurangi timbulan sampah plastic di darat dan lautan. Bahan ini diklaim juga ramah lingkungan.
Sahabat hijau, itulah beberapa bahan berkelanjutan yang dapat digunakan oleh industri pakaian atau tekstil.
Selain mempertimbangkan bahan pakaian yang ramah lingkungan, penting juga untuk memperhatikan siklus hidup produk, yaitu bagaimana pakaian diproduksi, digunakan, dan dibuang setelah tidak terpakai.
Kenapa harus beralih ke bahan berkelanjutan, sebab menurut Program Director for Sustainable Governance Strategic Kemitraan Dewi Rizki, bahwa mengurangi sampah fesyen adalah aksi sederhana yang bisa kita lakukan untuk memperlambat perubahan iklim.