- Kayu Bitti, Penyelamat Perahu Pinisi - 26/04/2025
- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
Klikhijau.com – Sungguh keliru jika ada yang menganggap mahasiswa pencinta alam (mapala) kerjanya hanya mendaki. Peran Mapala lebih dari sekadar mendaki.
Mapala memiliki peran sangat penting dalam mendukung pelestarian lingkungan. Hal itu diakui Sekretaris Badan Pengembangan SDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Sudayatna.
“Pemerintah terbuka dengan kritik dalam bidang lingkungan, termasuk dari mapala, sebagai koreksi untuk perbaikan kebijakan,” ujarnya.
Maka, untuk menunjukkan kepedulian pada lingkungan, Mapala se-Indonesia mulai menyatukan tangan dan tekad untuk melakukan penyelamatan lingkungan.
Belum lama ini, mereka mendeklarasikan penyelamatan kawasan pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan bebas dari eksploitasi sumber daya alam tambang.
Deklarasi yang digelorakan dengan tagar #SaveMeratus itu dicanangkan pada kegiatan Temu Wicara Kenal Medan (TWKM) Ke-31 yang berlangsung di Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, kemarin.
Alam tak perlu diekploitasi
Pertemuan tersebut yang diikuti 130 organisasi mapala itu berlangsung pada 21-27 Oktober. Mereka juga akan bertemu dengan Gubernur Sahbirin Noor, melihat wisata alam Kiram Park, panjat tebing di Gua Batu Laki, susur Gua Ali, dan ke Pulau Curiak.
“Lewat kegiatan tersebut, kami mengajak semua mapala di Indonesia melihat secara langsung keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang ada di Kalsel, khususnya pegunungan Meratus,” ujar ketua Panitia TWKM XXXI, Muhammad Arifin.
Ia juga menambahkan, bahwa Mapala yakin kekayaan alam tersebut dapat dikembangkan sebagai objek wisata dan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat sehingga tidak perlu ada eksploitasi tambang atau kegiatan lain yang dapat mengancam kelestarian lingkungan.”
Cara tersebut didukung pula oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Selain dukungan dari KLHK, aksi mapala tersebut dapat pula dukungan dari Rektor UIN Antasari Banjarmasin, Mujiburahman.
“Kami juga bersyukur kegiatan ini didukung Kementerian LHK,” ungkapnya.
Acara tersebut juga mendapat dukungan dari Walhi yang ikut mendeklarasikan “save Meratus”. Direktur Eksekutif Nasional WALHI Nur Hidayati mengatakan bahwa Meratus merupakan wilayah ekosistem esensial yang penting untuk Kalsel, karena di Meratus merupakan lokasi dari sumber air, keanekaragaman hayati, hingga tempat hidup masyarakat adat Dayak Meratus.
Menurut Nur Hidayat, Meratus saat ini sedang terancam, sehingga ia berharap dengan adanya agenda kali ini membuat gerakan mahasiswa yang lebih kuat dari seluruh indonesi.
“Kalau saat ini mereka (Mapala) tidak bergerak untuk menyelamtkan meratus, mungkin di masa depan kawasan meratus tidak akan ada lagi,” tutur Nur.
Temu Wicara Kenal Medan atau TWKM adalah pertemuan rutin Mapala seluruh Indonesia yang digelar bergantian di setiap daerah anggota TWKM. Forum silaturahmi ini bertujuan merespon isu-isu lingkungan dan mengenali alam dan lingkungan hidup di daerah penyelenggaranya.