Disparpora Bulukumba Dorong Pengelolaan Desa Wisata Berkelanjutan

oleh -23 kali dilihat
Suasana Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata Disparpora Bulukumba-foto/Ist

Klikhijau.com – Ruang Pola Bupati Bulukumba tampak berbeda pagai tadi, Kamis, 6 November 2025. Setiap orang yang datang, setelah melakukan registrasi, sebelum masuk ke ruangan akan  disodori totebag berwarna merah.

Kedatangan mereka,  untuk mengikuti Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata yang diselenggarakan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Bulukumba melalui Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Sebanyak 40 peserta mengikuti pelatihan ini, yang terdiri dari perwakilan desa dan kelurahan di 10 kecamatan se-Kabupaten Bulukumba.

Kegiatan yang dibuka langsung leh Sekretaris Daerah Kabupaten Bulukumba, Muhammad Ali Saleng ini akan berlangsung selama tiga hari ini  (6–8 November 2025).

KLIK INI:  Gelar Aksi Bersih Pantai, DLHK Bulukumba Kumpulkan 1,7 Ton Sampah

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata sekaligus Pejabat Sekretaris Disparpora Bulukumba, Andi Rukmini, SE, para pejabat fungsional, owner Zuyu Café Fahmi,

Andi Rukmini, dalam laporannya menjelaskan bahwa kegiatan ini berlandaskan beberapa regulasi penting, di antaranya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2022 tentang Desa Wisata.

“Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kompetensi para pengelola desa wisata, khususnya dalam aspek manajemen, pemasaran, pelayanan, serta pengembangan produk wisata. Harapannya, desa wisata dapat dikelola secara profesional dan berkelanjutan, sehingga memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” terangnya.

KLIK INI:  Desa Wisata Kahayya, Tempat Tetirah Bagi yang Luka Cinta
Peserta pelatihan Pengelolaan Desa Wisata melakukan foto bersama-foto/Ist

Untuk memperkaya wawasan peserta, panitia menghadirkan narasumber dari Politeknik Pariwisata Makassar (unsur akademisi), DPD ASITA Provinsi Sulawesi Selatan (praktisi dan juri Anugerah Desa Wisata 2023 Kemenparekraf), serta dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba.

Kegiatan ini didanai melalui APBD Kabupaten Bulukumba Tahun Anggaran 2025, bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) dalam program Peningkatan Daya Tarik Destinasi Pariwisata.

Menutup laporannya, Andi Rukmini menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan pelatihan.

KLIK INI:  Kenormalan Baru Bawa Ancaman Sampah bagi Dunia Pariwisata

“Kami berharap kegiatan ini menjadi langkah awal dalam memperkuat sinergi antara pemerintah dan masyarakat desa untuk memajukan sektor pariwisata Bulukumba,” ujarnya.

Sementara itu, Sekda Bulukumba, Muhammad Ali Saleng, dalam sambutannya menekankan pentingnya inovasi dan kolaborasi dalam pengembangan potensi desa wisata.

“Bulukumba memiliki potensi wisata yang luar biasa, baik dari sisi alam, budaya, maupun kearifan lokal. Tantangannya adalah bagaimana kita mengelola potensi tersebut dengan cara yang kreatif dan berkelanjutan agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat desa,” ujar Sekda.

Ia menegaskan bahwa desa wisata bukan sekadar destinasi, melainkan juga wadah pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Pemerintah daerah berkomitmen mendukung pengembangan desa wisata melalui pelatihan, pendampingan, dan promosi. Namun, keberhasilan itu sangat bergantung pada semangat dan kerja sama masyarakat desa itu sendiri,” tegasnya

KLIK INI:  KLHK Menggelar Pelatihan Penanganan Kasus LHK Secara E-Learning
Pentingnya menjaga ekologi

Unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pariwisata menurut Didi Leonardo Manaba yang menjadi narasumber pada kegiatan ini adalah unsur ekologi atau lingkungan.

“Penerapan pariwisata berkelanjutan hanya dapat terjadi di daya tarik wisata dengan pengelolaan yang mengedepankan keseimbangan ekologi, sosial budaya, dan ekonomi,” urai Didi yang merupakan Ketua DPD ASITA Sulsel

Didi juga menambahkan bahwa pengelolaan pengunjung juga penting dalam dunia pariwisata. Salah satu yang perlu diperhatikan menurutnya adalah daya tampung ekologis, yaitu ukuran jumlah orang yang dapat ditampung dalam suatu tapak tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan.

KLIK INI:  Garuda Asta Cita Nusantara Menolak Keras Aktivitas Tambang di Raja Ampat