Jam menunjukkan angka 10 lewat 57 menit. Aku tiba sangat
Tag: #cerpen ekologis
Hujan Hijau
Ricik hujan tiba sangat lembut. Pecahkan hening sore itu. Rakka
Yang Tiba dalam Hujan
Panggangan kemarau menetak separuh napasnya. Matanya tak pernah alpa menggerimis
Hutan Senja
“Jangan ke sana!” teriakanku menggema, terdengar seperti suatu hardikan. “Kenapa?
Pohon-pohon yang Ditumbuhi Gerimis
Seorang lelaki menghampiriku. Ia mengenakan baju kaos oblong partai politik.
Lipa’ Sa’be
Kali ini aku ke kampungmu. Mengetuk pintu rumahmu meski tanpa
Akar Leluhur
Sibuk. Kata itu tertulis di pintu rumahnya. Beberapa hari ini
Sebatang Pohon Mata
Ada cerita yang terangkai perlahan. Cerita tentang sebatang pohon yang
Meribang Sawah
Hatinya ditumbuhi duri-duri, menusuk-nusuk tidak berjeda. Pikirannya bercabang, dari cabang
Perempuan di Balik Purnama
Perkenalanku dengan Raka belumlah lama, seingatku ini belum genap tiga
Menghidupkan Air
Mulutmu bergerak-gerak. Ia menatapnya. Kau lalu meniup air bening yang
Lelaki Penjaga Kebun
Sore, sekitar pukul enam belas. Seorang lelaki tua sering datang
Lelaki yang Menjelma Api
Ripangkana ia diremasi sedih. Tangisnya meruah dalam penantian. Rasa takut
Pohon Kenangan
Sebatang pohon tumbuh di belakang rumah. Berdaun lebat hingga separuh
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.