Suriani, Perempuan Lorong yang Berjuang Merdeka dari Kepungan Sampah

oleh -390 kali dilihat
Suriani, Direktur Bank Sampah Kemapertika
Suriani, Direktur Bank Sampah Kemapertika/foto-Klikhijau
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Suriani yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1973 ini merasa keberadaan bank sampah telah menjelma menjadi pengikat persatuan yang kuat di antara masyarakat Jl. Perintis Kemerdekaan 9 yang didiami kurang lebih 400 orang yang terbagi ke dalam empat Rukun Tetangg (RT). Selain semakin eratnya rasa persatuan dan kebersamaan warga, kebersihana lingkungan juga semakin meningkat.

“Alhamdulillah, perekonomian masyarakat meningkat selama ada bank sampah ini, bukan hanya itu tetapi juga kebersihan terjaga, nilai-nilai islami mulai diterapkan, yaitu kebersihan bagian dari iman,” katanya lagi.

Selama menjabat sebagai diredaktur bank sampah Kemapertika, perempuan yang telah memiliki dua cucu ini mengungkapkan bahwa tak ada tantangan berarti karena semua dilakukan dengan enjoy. Baginya, melihat lingkungannya bersih merupakan sebuah kebanggaan tersendiri baginya.

KLIK INI:  Intip Tips Ramah Lingkungan dari Tasya Kamila!

Meski anggotanya hanya sepuluh orang—perempuan semua. Tetapi semangat perempuan empat anak tersebut tak mengenal kata menyerah demi meningkatkan perekonomian  masyarakat Rukun Warga (RW) 008 tersebut.

Suriani  mengisahkan, sebelum adanya bank sampah Kemapertika, masyarakat membuang sampah di sembarangan tempat sehingga lingkungannya kotor dan tak menarik, tapi kini tak ada lagi yang melakukannya sehingga masyarakat dan orang yang masuk ke dalam lorong tersebut merasa betah.

Apalagi di sepanjang lorong ditanami bebungaan. Suasana hijau terasa kental di tengah gerahnya Makassar. Semua itu terwujud berkat perjuangan perempuan tanggguh yang bernama Suriani.

Suarni berharap bank sampah Kemapertika ke depannya lebih maju lagi sehingga nilai ekonominya semakin tinggi, selama ini baru satu kerajinan yang dikuasai oleh masyarakat Perintis Kemerdekaan 9 tersebut, yakni pembuatan lampion dari gelas plastik. Sementara untuk pengelolaan sampah basah dan sampah kering lainnya masih dalam tahap proses

“Kami berharap akan ada pelatihan dari pemerintah untuk daur ulang sampah, sebab selama ini belum bisa terlalu diandalkan sebagai mata pencahiraan karena keterampilan mengelola sampah masih minim,” harapnya.

Suriani  saat ini sedang berjuang agar bisa mengola sampah basah sehingga bisa memiliki nilai ekonomi apalagi alat berupa komposter telah tersedia, hanya masih terkendala masalah lokasi pemasangan dan cara penggunaannya.

Waktu pertama Suriani dan kelompoknya merintis bank sampah Kemapertika, omset yang didapatkan  mencapai dua juta rupiah perbulan. Itu omset terbesar, tapi omset besar tak lantas membuat kelompok ini bahagia, sebab itu artinya banyak sampah di lingkungannya.

Saat ini,  omset bank sampah Kemapertika tak sebanyak dulu. tapi itu merupakan suatu keberhasilan dalam mengelola bank sampah yang bertujuan menjaga kebersihan lingkungan.

“Dari segi uang berkurang, tapi Alhamdulillah dari segi kebersihan meningkat. Semakin kurang orang datang menimbang sampah berarti lingkungan semakin bersih, lingkungan tanpa sampah itulah kemerdekaan sesungguhnya,” tutupnya.#

KLIK INI:  Mengapa Masih Ada Sampah Plastik di Antara Kita?