Studi: Mengoptimalkan Pendingin Dapat Mengurangi Sampah Makanan dan Emisi GRK

oleh -13 kali dilihat
Keengganan Kita Membereskan Meja Makan Sendiri Saat Selesai Makan
Sampah makanan - Foto/Hipwee

Klikhijau.com – Universitas Michigan (UMichigan) dalam studi terbarunya menemukan cara mengurangi sampah makanan. Studi itu menyimpulkan dengan meningkatkan kapasitas pendingin. Penduduk dunia, setidaknya akan menghemat hampir separuh sampah makanan secara global atau sekitar 620 juta metrik ton.

Sampah makanan memang mengkhawatirkan. Tidak hanya berdampak pada kerugian ekonomi yang besar, tetapi juga jadi ancaman pada lingkungan.

Indonesia termasuk negara yang darurat sampah makanan. Saat ini menempati posisi empat besar dari seluruh negara di dunia.

Ratusan triliun rupiah terbuang yang harusnya bisa digunakan untuk memberi makan lebih dari 30% populasi Indonesia.  United Nations Environment Programme (UNEP) dalam laporannya yang berjudul Food Waste Index 2021. Total sampah makanan di Indonesia mencapai 20,93 juta ton/tahun. Nilai tersebut menempatkan Indonesia pada posisi empat terbesar setelah China, India, dan Nigeria (cnbcindonesia).

KLIK INI:  Rantai Pasok Pangan yang Rapuh Terbukti Memiskinkan Petani di Desa

Menurut  Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia pada tahun 2021, hasil riset kolaborasi Kementerian PPN/Bappenas, World Resource Institute, dan Waste4Change memberikan proyeksi nilai kehilangan ekonomi di tahap food loss, yakni pangan yang terbuang pada tahap produksi, pascapanen/penyimpanan, dan pemrosesan/pengemasan) sekitar Rp106 triliun hingga Rp205 triliun per tahun.

Jumlah sampah makanan yang terbuang tersebut bisa digunakan untuk memberi makan lebih dari 30 persen populasi Indonesia.

Itu baru Indonesia, bagaimana jika dihitung jumlah makanan yang terbuang seluruh dunia?

Dilansir dari Ecowatct, UMichigan dalam  siaran pers mengungkapkan setiap tahun, sekitar sepertiga produksi pangan di seluruh dunia terbuang percuma.

Padahal makanan yang terbuang itu dapat menghidupkan jutaan orang. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, sekitar 800 juta orang mengalami kelaparan.

Karena itu, diperlukan solusi untuk mengurangi sampah makanan. Studi dari UMichigan menguraikan dengan sepenuhnya mendinginkan rantai pasokan makanan. Dapat menciptakan makanan yang lebih awet. Tidak hanya itu, juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang terkait dengan limbah makanan sebesar 41 persen secara global.

KLIK INI:  Menanam Sayur di Atap Rumah, Solusi Jitu Hadirkan Pangan Segar dan Hijaukan Kota

“Saya terkejut melihat besarnya peluang kita untuk mengurangi kehilangan dan limbah pangan secara global,” kata Aaron Friedman-Heiman, penulis utama studi tersebut dan mahasiswa master di Sekolah Lingkungan dan Keberlanjutan UMichigan. Ia melanjutkan, “Sekitar setengah dari sekitar 1,3 miliar ton makanan yang terbuang setiap tahunnya dapat diatasi melalui optimalisasi rantai pasokan makanan.”

Jika pendingin dipotimalkan, maka sebagian wilayah Asia dapat mengalami pengurangan kehilangan pangan sebesar 45 persen, serta emisi terkait yang lebih rendah sebesar 54 persen.

Sedangkan kehilangan  pangan di Afrika Sub-Sahara dapat dikurangi sebesar 47 persen, sementara emisinya dapat turun sebesar 66 persen jika skenario pendinginan dioptimalkan.

KLIK INI:  Keberlangsungan Ketahanan Pangan dan Energi di Tangan Ketahanan Air
Emisi GRK tergantung efisiensi teknologi

Teknologi rantai makanan yang efisien, menurut para peneliti dapat pengurangan emisi gas rumah kaca  dan intensitas karbon jaringan listrik , karena emisi dari sistem pendingin bisa sangat besar.

Para peneliti juga mengungkapkan, sekitar delapan persen emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia berasal dari hilangnya makanan

Dalam banyak situasi, pengembangan rantai pasokan “ farm-to-table ” yang kurang terindustrialisasi dan lebih bersifat lokal dapat menghasilkan penghematan pangan yang sebanding atau bahkan melebihi rantai dingin yang dioptimalkan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters itu membandingkan manfaat sistem pangan “dari pertanian ke meja” dengan manfaat rantai pasokan pangan yang berteknologi maju dan mengglobal.

“Sistem pangan yang sangat terlokalisasi menghasilkan kehilangan pangan yang lebih rendah dibandingkan rantai pasokan global yang didinginkan,” kata Friedman-Heiman diutip dari Ecowatch. “Hasilnya membantu mengukur nilai dari pemeliharaan dan dukungan rantai makanan lokal,” lanjutnya.

KLIK INI:  Polusi Plastik dan Pemanasan Global Berada dalam Lingkaran Setan

Meskipun penelitian tersebut memperhitungkan emisi produksi pangan, namun, tidak memperhitungkan emisi yang terkait dengan operasi rantai pasokan, pendinginan, atau limbah makanan yang ditimbun.

Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar makanan terbuang di tingkat rumah tangga di Eropa, Amerika Utara, dan kawasan industri lainnya. Artinya, perbaikan rantai dingin tidak akan berdampak signifikan terhadap hilangnya pangan secara keseluruhan.

Studi tersebut menggarisbawahi hilangnya pangan akibat produk daging, karena emisi terkait iklim secara konsisten lebih tinggi dibandingkan jenis pangan lainnya, terutama karena intensitas gas rumah kaca yang terkait dengan produksi daging.

Sepasang peneliti dari UMichigan menemukan bahwa daging menyumbang lebih dari separuh emisi gas rumah kaca dari hilangnya makanan, meskipun kehilangan makanan berdasarkan beratnya kurang dari 10 persen secara global. Mereka juga menemukan bahwa mengoptimalkan pendinginan daging dapat menghasilkan pengurangan emisi sebesar 43 persen dari kehilangan daging.

KLIK INI:  Asap Kebakaran Hutan Membawa Dampak Buruk bagi Kesehatan dan Ekonomi

Studi ini memodelkan kehilangan pangan di setiap tahapan rantai pasok, menyoroti bagian mana dari rantai dingin yang dapat dioptimalkan untuk menurunkan emisi dan kehilangan pangan. Peneliti kemudian melihat dampak peralihan ke sistem yang dioptimalkan. Sistem dengan pendinginan berkualitas tinggi di setiap tahap dari rantai dingin dengan kualitas bervariasi yang saat ini tidak konsisten di seluruh dunia.

“Meskipun infrastruktur rantai dingin meningkat pesat di seluruh dunia, rantai dingin yang dioptimalkan kemungkinan akan berkembang dengan kecepatan dan cara yang berbeda-beda di seluruh dunia,” kata Shelie Miller, salah satu penulis studi dan profesor di UMichigan School for Environment and Sustainability.

Ia juga menuturkan, analisis tersebut menunjukkan bahwa meskipun peningkatan penggunaan sistem pendingin akan menghasilkan perbaikan pada hilangnya pangan dan emisi gas rumah kaca. Namun, terdapat trade-off penting yang terkait dengan perbaikan rantai pendingin berdasarkan jenis dan wilayah pangan berasal.

KLIK INI:  HPSN 2022, Ketua YPN: HPSN jangan Sekadar Wacana