Klikhijau.com – Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus) merupakan satwa yang masuk daftar Appendiks I CITES. Artinya satwa ini menghadapi ancaman kepunahan dan dilarang diperdagangkan secara internasional
Satwa ini masuk kategori spesies semi-akuatik. Ia memiliki peran penting sebagai indikator kualitas lingkungan dan penjaga alami dari ekosistem sungai dan rawa.
Karena itu, jika spesies ini hilang dari habitat alaminya. Hal tersebut sering kali menjadi pertanda kerusakan ekologis yang lebih luas. Maka, setiap individu yang berhasil kembali ke alam bukan hanya tentang satu nyawa, melainkan tentang harapan bagi seluruh sistem yang menopangnya.
Pelepasliaran satwa ini merupakan salah satu cara untuk melestarikannya. Hal itu pula yang dilakukan oleh Tim Penyelamatan Satwa Liar (Matawali) Resort Konservasi Wilayah (RKW) 06 Ponorogo, Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim) bersama relawan Animal Rescue Pacitan melepas makhluk lincah itu kembali ke rumah sejatinya.
Sebuah ritual pengembalian
Pelepasliaran itu dilakukan pada Jumat pagi, 9 Mei 2025. Seekor berang-berang cakar kecil menyentuh kembali arus Sungai Grindulu yang membelah lanskap alami Pacitan. Di tepian yang berbatasan langsung dengan kawasan mangrove.
Sebelumnya, satwa tersebut diserahkan secara sukarela oleh masyarakat kepada Balai Besar KSDA Jawa Timur pada 15 April 2025. Sejak saat itu, upaya konservasi pun dimulai.
Setelah penyerahan, pelepasliaran tidak dilakukan secara serta merta. Tapi, berang-berang itu melalui masa habituasi terlebih dahulu selama lebih dari dua minggu.
Tim Matawali memantau perilaku dan kesehatan satwa, sekaligus melakukan survei lokasi untuk memastikan habitat yang aman dari ancaman predator, gangguan manusia, serta mencukupi secara ekologis agar ia dapat bertahan hidup secara mandiri.
Sungai Grindulu, dengan tepian lebat dan koneksi ke ekosistem mangrove yang sehat, menjadi pilihan ideal untuk melepas makhluk ini kembali ke alam.
Pelepasliaran ini bukan hanya soal membuka kandang dan membiarkan satwa pergi. Ini adalah ritual pengembalian, wujud komitmen bahwa konservasi sejati butuh proses dari penyerahan yang sukarela, perawatan dan observasi, hingga keputusan ilmiah untuk melepas di waktu dan tempat yang tepat.
Dengan dukungan aparat penegak hukum, relawan, dan tim konservasi, perjalanan sang berang-berang hari ini menjadi simbol harapan. Bahwa di tengah tantangan konservasi yang kompleks, sinergi antar manusia dari berbagai latar belakang bisa menjadi kunci menjaga kehidupan liar tetap lestari. (*).