Teknologi Ramah Lingkungan dan Dampaknya pada Kualitas Lingkungan dan Kesehatan Mental

oleh -109 kali dilihat
Teknologi Ramah Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Lingkungan dan Kesehatan Mental Masyarakat Perkotaan-Foto:Ilustrasi Klikhijau

Klikhijau.com – Diskusi atau sekadar nyeletuk dan ngoceh tentang berbagai hal di sekeliling kita, tentu sudah akrab mengaitkannya dengan “ramah lingkungan”.

Era modern yang semakin terurbanisasi, kota besar tak hanya menghadapi masalah lingkungan fisik, tetapi juga tantangan kesehatan mental yang diperparah oleh kualitas lingkungan yang buruk.

Pernahkah kita sempat memikirrkan bahwa, polusi, kemacetan, dan kurangnya ruang hijau adalah sumber stres yang memengaruhi kesejahteraan mental.

KLIK INI:  Sustainability Festival 2021, Bahas Praktik Bisnis Ramah Lingkungan

Di sisi lain, penerapan teknologi ramah lingkungan, seperti solusi energi terbarukan dan sistem pengelolaan limbah yang efektif, kini dianggap bisa mengurangi beban mental masyarakat dengan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan nyaman.

Studi WHO (2021) mengungkapkan bahwa kualitas lingkungan berperan penting dalam kesehatan mental masyarakat, terutama di area yang padat dan polusi tinggi .

Teknologi Ramah Lingkungan: Dampaknya pada Kesehatan Mental

Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, seperti pengembangan taman vertikal dan ruang hijau atap (green rooftops), memiliki peran signifikan dalam mengurangi stres dan menciptakan suasana lingkungan yang mendukung kesehatan mental masyarakat.

Penelitian dari Environmental Health Perspectives (2022) menemukan bahwa akses ke ruang hijau mengurangi tingkat stres hingga 30% dan meningkatkan produksi hormon serotonin yang berhubungan dengan kebahagiaan .

Di Tokyo, Jepang, misalnya, pemerintah mendukung pendirian taman vertikal di area padat untuk mengurangi panas kota sekaligus menyediakan tempat bagi warga untuk beristirahat dan bersantai .

KLIK INI:  Agar Ramah Lingkungan Saat Berbelanja, Baca Tips Ini!

Inovasi lain yang diperlukan adalah peningkatan akses terhadap udara bersih melalui teknologi penyaring udara dan energi terbarukan yang mengurangi emisi.

Di kota-kota besar yang mengalami polusi udara tinggi, penyaring udara seperti Smog-Free Tower karya Daan Roosegaarde di Rotterdam, Belanda, berhasil mengurangi partikel berbahaya di udara hingga 70% di area sekitarnya.

Dalam konteks psikologis, udara yang bersih meningkatkan konsentrasi dan mengurangi risiko depresi, sebagaimana dipaparkan dalam riset dari American Psychological Association (APA, 2022) yang menekankan bahwa kualitas udara bersih di lingkungan kerja dan tempat tinggal berdampak positif pada kesehatan mental .

Pengelolaan Limbah yang Berdampak Positif bagi Kesehatan Mental

Limbah kota yang dibiarkan tanpa pengelolaan baik dapat menjadi sumber penyakit dan ketidaknyamanan psikologis bagi penduduk sekitar.

Teknologi pengelolaan limbah organik dan daur ulang berbasis komunitas, seperti metode bank sampah, kini disebut terbukti mampu mengurangi kecemasan warga yang sebelumnya merasa lingkungannya tidak sehat.

KLIK INI:  Saatnya Toko-Toko di Indonesia Meniru Eks Pemain Manchester United Ini

Di Surabaya, bank sampah yang digagas sejak 2010 berhasil mereduksi tumpukan sampah hingga 15% di beberapa titik, yang juga disambut positif oleh warga karena mereka merasa lingkungannya lebih nyaman dan bersih.

Dalam studi dari Universitas Airlangga (2021), lingkungan yang bebas dari sampah terbukti meningkatkan perasaan aman dan kebersamaan di kalangan warga .

Selain itu, teknologi bioreaktor untuk mengolah limbah organik menjadi biogas kini berkembang pesat di beberapa kota besar seperti Bandung.

Dengan mengurangi limbah dan mengubahnya menjadi energi, teknologi ini menciptakan manfaat ganda bagi masyarakat dan memberikan dampak kesehatan mental positif melalui lingkungan yang lebih tertata dan efisien.

Menurut penelitian dari Sustainable Urban Systems Journal (2023), implementasi teknologi bioreaktor ini membuat masyarakat lebih menghargai pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, yang secara psikologis memberikan perasaan puas terhadap kontribusi mereka bagi lingkungan .

Pengaruh Lingkungan Buruk Terhadap Kesehatan Mental di Kota Jakarta

Kota Jakarta menjadi contoh relevan dari dampak lingkungan yang buruk terhadap kesehatan mental masyarakat perkotaan.

Dengan tingkat polusi udara dan kebisingan yang tinggi, masyarakat Jakarta mengalami tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan kota lain yang memiliki kualitas udara lebih baik.

KLIK INI:  Ketahanan Pangan dan Pertanian Terancam di Tangan Panas dan Kekeringan

Berdasarkan laporan Badan Pengendalian Lingkungan Jakarta (2023), kualitas udara di ibu kota kerap kali melebihi ambang batas aman, yang secara langsung berdampak pada kondisi mental masyarakat.

WHO (2021) mencatat bahwa polusi udara dapat meningkatkan risiko gangguan psikologis, seperti depresi dan kecemasan, terutama di lingkungan perkotaan yang padat dan minim ruang hijau .

Selain udara, limbah yang tidak terkelola dengan baik juga memengaruhi kesejahteraan psikologis masyarakat. Sungai Ciliwung, misalnya, yang penuh sampah setiap tahunnya, menjadi ancaman bagi kesehatan dan kenyamanan psikologis masyarakat sekitar.

Program Ciliwung Bersih, yang melibatkan teknologi pengangkut sampah otomatis, kini berhasil membersihkan 10 ton sampah per minggu dan memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental masyarakat di sekitar sungai.

Warga merasakan kelegaan dengan berkurangnya sampah yang tadinya menjadi sumber stres, seperti yang diungkapkan dalam survei dari lembaga riset kesehatan mental Indonesia pada tahun 2022 .

Kualitas Lingkungan, Teknologi Ramah Lingkungan, dan Kesehatan Mental

Hubungan antara lingkungan yang bersih dengan kesehatan mental masyarakat tidak bisa diremehkan. Akses terhadap ruang hijau, kualitas udara yang baik, dan lingkungan yang bebas limbah adalah faktor-faktor yang bisa mencegah gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Penerapan teknologi ramah lingkungan di kota besar memberikan efek jangka panjang yang positif, baik dari segi ekologi maupun kesejahteraan mental.

Dalam laporan dari Harvard University (2023), masyarakat perkotaan yang tinggal di lingkungan hijau memiliki risiko gangguan mental 25% lebih rendah dibandingkan yang tinggal di daerah dengan polusi tinggi .

Namun, untuk mencapai hal ini, pemerintah perlu memperkuat regulasi terkait pengelolaan lingkungan dan mendorong kolaborasi dengan masyarakat.

Insentif pajak bagi perusahaan yang berinovasi di sektor teknologi ramah lingkungan dapat mempercepat implementasi solusi seperti bioreaktor limbah, taman vertikal, dan filter udara.

Hal ini juga akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan mereka. Penelitian dari Center for Mental Health and Environment (2022) menegaskan bahwa lingkungan perkotaan yang bersih dan tertata memberikan kontribusi besar terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan mental warga .

Inovasi teknologi ramah lingkungan yang mengintegrasikan solusi energi terbarukan, pengelolaan limbah efektif, dan pengembangan ruang hijau menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan.

Selain manfaat ekologis, lingkungan yang sehat dan bersih ini mendukung kesehatan mental masyarakat, yang pada gilirannya menciptakan kota yang lebih bahagia dan produktif.

Penerapan teknologi seperti taman vertikal, sistem daur ulang, dan bioreaktor limbah terbukti mampu menciptakan lingkungan yang lebih sehat, yang berperan penting dalam mencegah gangguan mental dan meningkatkan kualitas hidup warga kota.