Klikhijau.com – Beberapa hari terakhir, curah hujan di sejumlah daerah cukup tinggi, termasuk di sebagian besar wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, musim hujan menyisakan bencana bagi lingkungan dan manusia. Selain masalah banjir, penyakit musiman seperti batuk, diare, demam dan pilek (flu) juga mengintai.
Situasi kali ini tentu semakin mencemaskan karena adanya pandemi Covid-19. Bagaimana dengan penularan pandemi di musim hujan? Ini juga satu kekhawatiran banyak pihak.
Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr. Nursaidah Sirajuddin, menegaskan bahwa sejatinya tak ada kaitannya antara tren penularan virus Corona dengan musim hujan.
“Sebenarnya Covid-19 itu tidak ada pengaruh langsung dengan musim hujan atau kemarau suhu panas atau dingin, berbeda dengan DBD dan Malaria yang berpengaruh jentik pancaroba serta diare di makanan,” kata Nursaidah.
“Cuman di musim hujan dan pancaroba daya tahan tubuh orang turun, sehingga gampang terinfeksi virus. Karena ini virusnya kurang lebih sama dengan virus influenza kan yang mudah menyebar,” tutur dr Nursaidah.
Ia menambahkan musim hujan dan pancaroba otomatis banyak genangan air tempat jentik nyamuk berkembang, namun suhu sama sekali tidak berpengaruh pada virus.
Karenanya, dr Nursaidah menyarankan untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan memperbaiki pola makan, menjaga pola tidur, dan olahraga teratur.
“Ini kembali lagi ke individu masing-masing tentang bagaimana meningkatkan imunitas tubuh, dengan bagaimana memperbaiki pola makan menjaga pola tidur dan berolahraga teratur. Apabila tiga itu terpenuhi dan seimbang InsyaAllah akan semua terhindar dari penyakit. Makan yang bergizi olahraga teratur tidur yang cukup itu sudah standar menjaga kesehatan,” tuturnya
Menurutnya, daya tahan tubuh manusia dapat turun pada saat konsumsi makanannya kurang, tapi aktivitasnya tinggi. Terlebih bila istirahatnya tidak cukup, tidak olahraga, tentu rentan dengan penyakit.
“Bila kita beristirahat otomatis ada detox tubuh racun-racun kita keluar, kita olahraga menyehatkan membuat tubuh lebih bugar. Dan ingat harus tidur paling sedikit 5 jam optimal sampai 8 jam, harus beristirahat, kurangi begadang,” jelasnya.
Banjir mengintai Makassar
Dari data Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika BMKG Sulsel, Curah hujan Dasarian II Desember 2020 diprakirakan dalam kategori Rendah – Sangat Tinggi.
Wilayah dengan curah hujan di atas 150mm/dasarian terkonsentrasi di pesisir Barat Sulsel, sedangkan curah hujan di bawah 51 mm/dasarian tersebar di bagian timur.
Wilayah Sulsel bagian barat meliputi Toraja, Enrekang, Pinrang, Sidrap, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bulukumba dan selayar.
Wiayah Timur meliputi Luwu, wajo, Bone dan sinjai. Sedangkan wilayah tengah dan utara meliputi Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa, Takalar dan Jeneponto
Pada bulan Januari 2021 musim hujan diprakirakan memasuki fase puncak. Wilayah Sulsel bagian Barat memasuki kemarau sekitar bulan April/Mei 2021.
Sulsel memiliki awal musim kemarau yang berbeda di bagian sisi barat dan timurnya, wilayah timur sekitar bulan Juli/Agustus, sedangakn wilayah utara termasuk Non Zona Musim (Non ZOM).
Dalam pantauan Klikhijau, curah hujan sudah terjadi di sebagian wilayah di Sulsel, meski dengan intensitas berbeda. Namun, beberapa wilayah seperti Makassar, curah hujan mulai tinggi dan berpotensi menimbulkan banjir.
Ainun Qalbi Muthmainnah dari Komunitas Zero Waste Makassar mengingatkan agar masyarakat dapat mengelola sampahnya secara benar agar tidak menjadi pemicu banjir.
“Sebenarnya sampah itu tidak akan jadi penyebab banjir, dengan catatan tidak dibuang sembarangan dan sebisa mungkin sampahnya bisa dikelola dan diolah. Lebih bagus lagi kalau bisa meminimalisir menghasilkan sampah,” kata Ainun.