Lindungi Petani Merica, Masyarakat Loeha Desak PT Vale Stop Eksplorasi di Tanamalia

oleh -124 kali dilihat

Klikhijau.com – Masyarakat Loeha Raya yang diwakili oleh petani, perempuan, dan pemuda di lima desa pesisir timur Danau Towuti menggelar konferensi pers bertajuk ‘Undangan Terbuka Masyarakat Loeha-Mahalona Kepada CEO PT Vale Indonesia untuk Melindungi Kehidupan Masyarakat sekitar Tanamalia, Jumat (28/7).

Siraman, perwakilan petani dari Loeha Raya, dalam keterangannya saat konferensi pers mengatakan bahwa kami para petani di Loeha Raya saat ini dalam keadaan mengkhawatirkan dengan kehadiran perusahaan, PT Vale Indonesia.

“Jika perkebunan merica kami diambil, maka bagaimana kami akan hidup. Dulu, Orangtua di lima desa ini bekerja mencari damar dan rotan. Seiring berjalannya waktu, orangtua kami pun beralih menjadi petani merica dan inilah yang diwariskan kepada kami. Dan alhamdulillah dari hasil perkebunan merica, hidup kami sejahtera dan kami bisa menyekolahkan anak-anak kami,” ujarnya.

Selain Siraman, Hasna, perwakilan perempuan Loeha Raya, pada kesempatan ini menyampaikan bagaimana perempuan–perempuan di Loeha Raya saat ini merasa gelisah dan resah sejak kehadiran PT Vale di Tanamalia.

“Kami sangat gelisah, karena apabila Vale mengambil kebun, maka mata pencaharian suami kami akan hilang. Bagaimana kami bisa hidup jika suami kami tidak punya pekerjaan dan bagaimana kami bisa menyekolahkan anak-anak jika merica tidak ada,” ucap Hasna.

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan anak muda Loeha Raya, Rustam turut menjelaskan bahwa kami menyadari tumpuan hidup masyarakat disini ialah dari merica atau lada.

“Kami pemuda Loeha Raya, dengan kesadaran tinggi, menyuarakan agar Vale tidak mengambil merica kami. Karena 80% pemuda disini bisa bersekolah itu karena hasil perkebunan merica. Besar harapan kami, kebun orang tua kami bisa terbebas dari sangkut paut PT Vale,” terangnya.

Terakhir, Yahya, salah satu pemuda dan juga merupakan petani merica di Tanamalia dalam keterangannya menjelaskan bahwa masyarakat lima desa di pesisir timur Danau Towuti ini merupakan salah satu wilayah pemberdayaannya Vale. Namun, 55 tahun Vale beroperasi disini, kami belum pernah merasakan dampaknya.

KLIK INI:  WALHI Sulsel: Daya Dukung Lingkungan di Wilayah Konsesi Tambang PT Vale Menurun

“Tanpa bantuan Vale, Kami bisa jauh lebih sejahtera dibandingkan desa-desa lain di seberang danau. Bahkan penghasilan kami disini dalam setahun kurang lebih 7 triliun lebih. Ini seharusnya menjadi perhatian bagi Presiden. Dengan kehadiran tambang, tentu semua generasi disini akan terancam. Kami juga ingat, sejak tahun 1985 sampai 2013 tidak ada yang melarang kami berkebun disana, namun sekarang saat adanya eksplorasi Vale, baru kemudian ada himbauan dan teguran dari pihak kehutanan. Padahal, perkebunan merica di Tanamalia sudah menyejahterakan kami dan membuka peluang kerja bagi ratusan hingga ribuan orang,” tutupnya.

Di penghujung konferensi pers, seluruh perwakilan masyarakat Loeha Raya menyampaikan dua tuntutan mereka sebagai berikut:

Pertama, Kepada Pemerintah, khususnya Presiden agar membebaskan Kebun Merica Masyarakat Loeha Raya dari Konsesi Tambang PT Vale Indonesia di Blok Tanamalia yang sejatinya merupakan lumbung merica nusantara

Kedua, Kepada Febriany Eddy, CEO PT Vale Indonesia, untuk datang dan menemui langsung masyarakat di lima desa pesisir timur Danau Towuti yang telah hidup sejahtera dan telah membuka lapangan pekerjaan bagi ratusan hingga ribuan orang dari berbagai daerah.

KLIK INI:  Ribuan Petani Merica Demo PT Vale, Tuntut Keluar dari Blok Tanamalia