Kunjungan ke Rawa Aopa, Kapus P3E Suma: Ekosistem Rawa Ini Harus Dirawat untuk Keberlanjutan

oleh -319 kali dilihat
Kunjungan ke Rawa Aopa, Kapus P3E Suma: Ekosistem Rawa Ini Harus Dirawat untuk Keberlanjutan
Kunjungan Kapus P3E Suma ke Rawa Aopa/Foto-nusakini.com

Klikhijau.com – Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku (P3E Suma), Dr. Ir. Darhamsyah, M.Si, mengunjungi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) di Sulawesi Tenggara, Minggu 30 Juni 2019.

Didampingi Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Mustari Tepu, S.Hut., M. Sc, Darhamsyah disambut oleh Kepala Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Ali Bahri, S.Sos., M.Si.

Selama kunjungan, Kapus P3E Suma akan mendatangi 4 ekosistem yang ada di TNRAW. Antara lain: ekosistem rawa, ekosistem savana, ekosistem mangrove dan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah.

Selain itu, Darhamsyah dan rombongan juga akan mengunjungi dan bertemu dengan perwakilan masyarakat pemanfaat sumber daya alam di sekitar kawasan TNRAW.

Kepala Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Ali Bahri, S.Sos., M. Si., menyampaikan saat ini telah mengembangkan TNRAW sebagai obyek wisata alam yang dapat diandalkan dimasa mendatang khususnya di Sulawesi Tenggara.

KLIK INI:  Soeharto, Pembebasan Irian Barat dan Cerita di Balik Penamaan Pantai Mandala Ria

“Pengembangan wisata alam sangat penting agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari sebuah kawasan konservasi. Ekosistem rawa dan mangrove telah kita kembangkan sarana pendukung wisatanya dengan melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaannya” ungkap Ali Bahri yang juga putra daerah Sulawesi Tenggara ini.

Setelah sholat di Masjid Al Alam di Kendari, Kepala P3E Suma langsung menuju ekosistem rawa yang terletak di Desa Pewutaa, Kecamatan Angata, Konawe Selatan.

Didampingi oleh Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Yudhi Rusbiandhi, S.Pi., M. Si. Perjalanan Kendari ke Angata memakan waktu sekitar 1 jam.

“Saya sangat bangga dengan keberadaan ekosistem rawa ini. Ekosistem ini harus kita lindungi dan merawatnya sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keberlangsungan hidup umat manusia apalagi dengan setelah ditetapkan sebagai Ramsar Site” ujar Darhamsyah.

Sementara itu Yudhi Rusbiandhi menyebut satu kekhasan ekosistem Rawa Aopa yakni memiliki 30 jenis spesies burung air. Lebih dari separuh merupakan spesies penetap dan sisanya merupakan spesies migran.

Rawa Aopa juga merupakan habitat dari buaya air tawar. Selain itu Rawa Aopa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencaharian untuk mencari ikan.

Rawa Aopa dengan luas 11 ribu hektar dalam kawasan TNRAW menjadi muara dan pengatur siklus hidrologi bagi Sungai Konaweeha” pungkas Yudhi.

KLIK INI:  Mengagumi Mahakarya Manusia Prasejarah di Leang-Leang
Sekilas tentang Rawa Aopa

Rawa Aopa merupakan cagar alam yang dilindungi, ini adalah tempat menarik dengan ekosistem yang merupakan gabungan antara hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana dan hutan rawa air tawar.

Taman Nasional Rawa Aopa telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dalam bentuk taman nasional sejak tahun 1990 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 756/Kpts-II/1990 dengan luas 105.194 hektar.

Kawasan ini terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Konawe, Konawe Selatan, Bombana dan Kolaka Timur.

Dengan luas wilayah sekitar 1.050 km² dengan Ketinggian taman ini bervariasi di atas permukaan laut hingga ketinggian 981 m. Kawasan ini menjadi tempat perlindungan satwa-satwa langka dan endemik.

Dari berbagai sumber, tercatat ada 155 jenis burung dengan 37 jenis burung endemik dan 32 jenis burung langka. Hewan langka seperti Anoa, babirusa, buaya muara, rusa, musang sulawesi dan beberapa jenis primata seperti tangkasi dan monyet hitam juga terdapat di kawasan ini.

Selain satwa langka, kawasan ini juga memiliki 323 spesies tanaman. Banyaknya jenis spesies antara lain disebabkan oleh ekosistem yang bermacam-macam.

KLIK INI:  Suntuk dengan Rutinitasmu? Berkemaslah Menuju 7 Desa Wisata Ini!

Selain itu, juga sebagai lahan untuk mencari nafkah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan air tawar. Berbagai jenis ikan, mulai ikan gabus, pepuyu, bawung, nila dan sepat mereka tangkap dengan jala, bubu atau pancing.

Sementara rumput dan pandan baru dianyam sebatas tikar, belum banyak dikreasikan sebagai bahan kerajinan.

Oya, di sini juga tempat hidup bermacam jenis teratai, mulai teratai merah, putih, ungu hingga perpaduan beberapa warna sesuai cuaca. Ada yang mengapung dari jenis kiambang, ada yang tegak serupa anyelir.

Selain teratai, mata dimanjakan dedaun talas yang lebar, panda berduri, pudak hijau, rumput bulat, dan bunga bakung. Keindahannya sangat khas, tak pelak pastilah surga bagi Anda yang gemar traveling yang dipadupadankan dengan dunia fotografi.

Terdapat juga jenis primata yakni tangkasi alias tarsius spectrum dan monyet hitam (macaca nigra nigra). Ada juga satwa langka yang dilindungi, sperti anoa dataran rendah (babulus depressicornis), anoa pegunungan (babulus quarlesi), soa-soa (hydro saurus amboinensis), kuskus kerdil (strigocusvus celebensis celebansis), rusa (cervus timorensis djonga), dan banyak lagi.

Taman Nasional satu ini sepertinya layak dikunjungi bukan? Ayo ke taman nasional!

KLIK INI:  Menyusuri Rimba Pattunuang, Destinasi Baru dengan Sejuta Daya Tarik