Klikhijau.com – Saat ini banyak desa yang bermimpi naik kelas menjadi desa wisata, sebab hal itu bukan hanya membawa kebanggaan, tetapi juga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat.
Desa wisata sendiri merupakan kawasan perdesaan yang dikembangkan menjadi destinasi wisata yang berbasis komunitas atau masyarakat.
Dari tahun ke tahun, desa wisata terus bertambah. Hal ini bisa dilihat dari data tahun 2019 hanya 7.500 desa yang meningkat menjadi 27.000 pada tahun 2024.
Di Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagaimana termuat di laman jadesta.kemenparekraf desa wisata berjumlah 538 desa.
Hanya untuk menuju ke sana (menjadi desa wisata) tidak mudah. Setidaknya ada lima indikator penilaian agar sebuah desa berhak menyandang sebutan desa wisata, yakni:
-
Daya tarik
Daya tari yang dimaksud adalah keunikan, keautentikan, dan kreativitas. Hal ini meliputi produk wisata (wisata alam, buatan, budaya) dan produk ekonomi kreatif (kriya, kuliner, fesyen).
-
Amenitas
Kesiapan fasilitas dan pelayanan yang tersedia di desa wisata, seperti homestay, akomodasi, transportasi, toilet, dan aksesibilitas.
-
Digital
Pemanfaatan teknologi digital dalam pengelolaan desa wisata, seperti website, media sosial, aplikasi pemesanan, dan sistem pembayaran online.
-
Sumber daya dan kelembagaan
Kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan di desa wisata, seperti ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, struktur organisasi yang jelas, dan program pengembangan SDM.
-
Resiliensi
Ketahanan desa wisata dalam menghadapi risiko alam dan non-alam, serta memperhatikan isu lingkungan untuk mendukung pariwisata berkelanjutan
Nah, sahabat hijau, itulah lima indikator penilaian desa wisata.Apakah desa sahabat hijau memilikinya?








