- Ikan Asap Tritiro, Kuliner Khas Bulukumba yang Tumbuh dari Modal Rantau - 08/11/2025
- Minum Kopi di Awan - 18/10/2025
- Matamu dan Sampah di Kepalaku - 05/10/2025
Klikhijau.com – Aroma ikan asap menyambut di sebuah rumah permanen di Jalan Pendidikan, Desa Tritiro. Aromanya khas, membuat selera makan segera berontak.
Usaha ikan asap yang telah ada sejak tahun 1992 itu. Kemarin, Jumat, 7 November 2025 disambangi oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Bulukumba bersama 40 orang perwakilan dari 40 desa di Bulukumba.
Ke 40 orang itu adalah peserta pelatihan Pengelolaan Desa Wisata. Kegiatan yang awalnya dijadwalkan 3 hari itu, Jumat-Sabtu, 6-8 November 2025, karena berbagai pertimbangan, akhirnya hanya berlangsung selama 2 hari.
Meski ada “pemangkasan” waktu, semua agenda pelatihan berjalan sebagaimana mestinya. Kunjungan ke Desa Tritiro, Kecamatan Bontotiro menjadi “agenda puncak” dari kegiatan pelatihan tersebut.
Dipilihnya Desa Tritiro sebagai tempat studi lapangan, sebab desa tersebut memiliki keistimewaan, bukan hanya karena memiliki pantai Sapobatu yang indah, tetapi juga menjadi desa paling bungsu yang menyandang sebagai Desa Wisata yang ditetapkan oleh Bupati Bulukumba.
Desa Tritiro melengkapi angka infinity dari jumlah desa wisata Bulukumba, yakni angka 8. Sebuah angka yang tak mengenal kata putus, terus bersambung satu sama lain dan saling melengkapi.
Tempat pengasapan ikan bukan satu-satunya yang dikunjungi oleh peserta pelatihan, ada dua tempat sebelum sampai ke tempat yang kini “diasuh” oleh Evi Sulastri itu.
Jika semua perantau adalah petarung nasib, maka Evi juga demikian. Dan setelah cukup lama mencicipi aroma rantau di tanah Kalimantan, ia akhirnya memutuskan pulang kampung, meneruskan usaha pengasapan ikan orangtuanya, Siti Marniati.
“Sudah dua tahun saya kelola. Ini adalah usaha keluarga yang saya lanjutkan dengan berbagai inovasi, termasuk memasarkannya melalui online,” jelas Evi.
Sebelum dikelola perempuan berambut ikal itu, yang juga berprofesi sebagai tenaga pengajar, usaha ikan asap Marniati hanya dikenal di sekitaran Desa Tritiro. Tetapi begitu Evi turun tangan, ikan asap usaha keluarganya perlahan “mengangkasa”.
Ikan asap yang dikelola pada sebuah rumah permanen yang terdiri 4 bagian. Bagian depan terdiri dari teras yang luasnya tak seberapa, lalu ada semacam ruang tamu tanpa kursi, kemudian ruang produksi, lalu ruang pengelolaan, dan penyimpan bahan baku itu, selalu banjir pesanan.
Ada dua jenis ikan yang menjadi andalannya, ikan tuna dan ikan tongkol. Sebagai desa yang berada di wilayah pesisir. Bahan baku ikan asap, menurut Evi tak pernah terkendala. Selalu tersedia.
Ketersedian bahan baku yang tak pernah alpa itu, membuat usaha ini mampu memproduksi ikan asap paling sedikit 40 kg perhari, bahkan kadang mencapai ratusan kilo.
Hanya untuk menikmati ikan yang diasapi menggunakan kulit kelapa kering dan tongkol jagung itu, harus memesannya terlebih dahulu. Jika tidak, maka bisa datang setelah Duhur atau setelah Asar. Karena proses pengasapan dilakukan setelah Duhur.
Sayangnya ketika kami datang, proses pengasapan telah usai untuk sesi pertama, sementara untuk pengasapan sesi kedua, kami tak bisa menungguinya.
Modal dari rantau
Modal awal dari usaha pengasapan ikan tersebut berasal dari rantau. Ketika Siti Marniati merantau ke Sumatera bersama suami. Di rantau itulah ia mengumpulkan modal. Modal yang terkumpul ia belikan motor untuk digunakan berjualan ikan asap.
Dengan tekun dan penuh kesabaran, ia bersama suami mengkutui usahanya itu. Sebuah usaha yang patut diteladani agar tak mudah menyerah pada nasib. Sebab pada akhirnya, hanya mereka yang tak menyerahlah yang jadi pemenangnya.
Pada usianya yang semakin menua dan perkembangan teknologi seolah akan menelan usahanya. Datanglah putrinya, Evi Sulastri menjadi “matahari” yang membuat jalan ikan asap terang benderang.
Evi datang dengan gagasan anak muda, memasarkannya melalui internet. Inovasi itu terbukti jitu, pengguna internet, khususnya media sosial merasuki semua kalangan, dan budaya hidup instan–termasuk dalam hal makanan jadi tumbuh subur.
Ikan asap Tritiro mendapat memontum untuk bertumbuh. Pesanan datang, bukan hanya dari sekitar Tritiro, tapi melampaui batas daerah. Apalagi ketika Pemerintah Kabupaten Bulukumba menobatkan Desa Tritiro sebagai Desa Wisata dua tahun lalu. Peminat ikan asap pun semakin meningkat, begitu pun varian rasanya, semakin beragam pula untuk memanjakan lidah para peminatnya.
Namun, rasa yang paling terasa adalah rasa pantang menyerah menumbuhkan dan melestarikan kuliner lokal.








