Klikhijau.com – Hutan tropis dan laut adalah dua sistem ekologi dunia yang penting. Keduanya menjadi penyanggah iklim bumi. Karenanya, dalam forum Belém Climate Summit , Indonesia menegaskan komitmen globalnya untuk melindungi keduanya.
Pada tahun 2030 mendatang, menjadi tahun yang ditargetkan Indonesia dalam penghentian deforestasi, perluasan restorasi ekosistem hutan tropis, dan memperkuat kerja sama dengan Tropical Forests Forever Fund (TFFF), mekanisme pembiayaan yang diprakarsai Brasil untuk negara-negara hutan tropis. Penegasan Indonesia itu terungkap dalam sesi bertema “Iklim dan Alam: Hutan dan Laut”
“Keadilan iklim berarti memastikan masyarakat adat dan komunitas lokal menjadi garda depan konservasi dan mendapatkan manfaat yang adil dari alam yang mereka jaga,” ujar Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup.
Sementara itu, Presiden Brasil, Lula da Silva menfeaskan bahwa rakyat mungkin tidak memahami istilah ‘ton karbon’, tetapi mereka mengetahui harga dari satu musim banjir. Kebijakan iklim harus nyata bagi kehidupan masyarakat.
Apa yang diungkapkan oleh Presiden Brasil itu dipertegas oleh Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres yang menegaskan betapa pentingnya mempercepat perlindungan alam.
“Menjaga hutan dan laut, penyerap karbon alami dunia adalah kunci untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat,” katanya.
Indonesia memperluas inisiatif karbon biru untuk memperkuat ketahanan pesisir, menekan pencemaran laut dari sampah laut dan mikroplastik, serta membangun ekonomi maritim berbasis masyarakat.
Selain itu, Indonesia mendukung deklarasi “Seruan Aksi untuk Pengelolaan Kebakaran Terpadu”, dengan menawarkan pengalaman pengendalian kebakaran hutan dan lahan berbasis teknologi dan komunitas.
Aliansi negara-negara hutan tropis—dari Amazon hingga Indonesia—kini menyuarakan pesan bersama, yakni tanpa keadilan sosial dan perlindungan alam, tidak akan ada keadilan iklim.
