Gotong Royong di World Cleanup Day, Cara Warga Makassar Merawat Kota dari Pesisir

oleh -7 kali dilihat
Aksi World Cleanup Day di Makassar -foto/Ist
Andi Ayatullah

Klikhijau.com –  Udara Makassar terasa lebih segar dari biasanya di hari Sabtu pagi, 20 September 2025.  Sinar matahari mengintip di ufuk timur, memanja di permukaan laut yang tenang. Pesisir Tanjung Biru menuju Tanjung Bunga disesaki manusia. Bukan untuk berwisata, melainkan untuk sebuah misi–membersihkan kota mereka.

Di antara kerumunan itu, suasana penuh semangat bercampur dengan keriuhan khas kerja bakti. Ada yang membawa karung beras bekas untuk menampung sampah, ada yang datang dengan sarung tangan sederhana, ada pula yang hanya bermodal tangan kosong. Namun satu hal yang sama: mereka datang dengan niat tulus menjaga lingkungan.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, tampak berjalan menyusuri pantai. Kemeja putihnya mulai basah oleh keringat, tapi tangannya tetap cekatan memungut plastik yang berserakan di pasir. Ia sesekali berhenti, menyapa warga, atau memberi semangat kepada kelompok anak muda yang sibuk mengisi karung dengan botol bekas.

KLIK INI:  Kenali 7 Jenis Plastik, 4 Informasi Penting di Baliknya Plus Bahayanya!

“Ini bukan sekadar bersih-bersih. Ini cara kita menghormati alam yang memberi kehidupan,” katanya dengan suara tegas namun bersahabat.

Senyumnya menular. Warga yang melihat tak segan ikut membungkuk, mengambil sampah di dekat kakinya. Di momen itu, batas antara pemimpin dan warga seolah hilang semua menjadi sama, sama-sama pemilik kota.

Tak jauh dari sana, Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham terlihat jongkok di antara bebatuan. Tangannya meraih botol plastik yang hampir tertimbun pasir. Seorang ibu rumah tangga, Ramlah, mendekat sambil membawa anak balitanya.

“Kalau pejabat mau ikut kotor begini, rasanya malu kalau kita diam saja,” katanya sambil tersenyum.

KLIK INI:  Peringati Hari Ketiadaan Tanah, SPTR Suarakan "Sulsel Darurat Agraria", Ini 9 Tuntutannya!

Aliyah membalas dengan hangat. “Kebersihan itu bukan tanggung jawab pemerintah saja, Bu. Kita semua harus jaga, untuk anak-anak kita nanti,” ujarnya. Ramlah mengangguk, lalu menggandeng tangan kecil anaknya agar ikut memungut sampah.

Daeng Naba dan jaringnya

Di ujung pantai, seorang lelaki tua dengan kulit legam karena terbakar matahari tampak mengangkat jaring bekas yang terdampar. Namanya Daeng Naba, seorang nelayan yang tinggal tak jauh dari lokasi. Dengan napas tersengal, ia berkata, “Sampah di laut ini sering merusak jaring saya. Kalau laut bersih, hidup kami juga lebih ringan. Jadi saya ikut saja, meski sudah tua.”

Mata Daeng Naba berbinar ketika melihat sekelompok siswa SMA ikut membantu menarik ban bekas yang setengah terkubur di pasir. Baginya, kehadiran anak-anak muda adalah harapan. Harapan bahwa kebersihan laut, yang menjadi sumber kehidupannya, tidak akan punah ditelan zaman.

KLIK INI:  Bangkitkan Persuteraan Alam dengan Pengembangan Telur Ulat Sutera

Tak hanya orang dewasa, anak-anak sekolah dasar juga ikut memeriahkan. Dengan seragam olahraga yang sudah penuh noda pasir, mereka berlarian sambil berteriak kegirangan setiap kali menemukan sampah baru. Ketua TP PKK Makassar, Melinda Aksa, terlihat mendampingi mereka, mengajarkan cara memilah sampah plastik dari daun kering.

Tertawa sambil belajar jauh lebih mudah diterima anak-anak. Kalau mereka sudah terbiasa sejak kecil, kelak menjaga lingkungan jadi kebiasaan, bukan beban,” ujar Melinda.

Tawa anak-anak itu seakan menghidupkan suasana. Di tengah tumpukan sampah, ada keceriaan yang tumbuh, memberi pesan bahwa menjaga lingkungan bisa dilakukan dengan riang, bukan hanya serius.

KLIK INI:  Kasus Pengangkutan KayuI Ilegal Seret Pengusaha Kayu jadi Tersangka

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Makassar, Helmy Budiman, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya seremoni. “Makassar punya garis pantai yang indah. Kalau dijaga bersama, bisa sejajar dengan destinasi wisata mana pun di Indonesia. Tapi semua itu butuh kesadaran. Mulailah dari rumah, dari memilah sampah sederhana,” ujarnya sambil memantau tumpukan karung sampah yang semakin menggunung.

Dua jam penuh keringat

Kerja bakti berlangsung lebih dari dua jam. Matahari meninggi, peluh bercucuran, tapi semangat tidak surut. Ibu-ibu PKK menyiapkan minuman dingin, remaja membantu mengangkat karung penuh sampah ke truk pengangkut, sementara para petugas DLH memastikan setiap sudut pantai benar-benar bersih.

Menjelang pukul sembilan pagi, garis pantai Tanjung Biru mulai tampak berbeda. Pasirnya kembali terlihat bersih, bebas dari botol plastik dan sampah yang sebelumnya menumpuk.

KLIK INI:  Paropo 3S, Merekam Perubahan Kota Makassar Melalui Animasi

“Semoga ini bukan sekadar aksi tahunan. Mari kita jadikan kebersihan sebagai kebiasaan. Makassar yang bersih adalah hadiah terbaik untuk anak-anak kita,” harap Munafri.

Hari itu, Makassar belajar sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar membersihkan sampah. Kota ini belajar tentang kebersamaan, tentang gotong royong yang masih hidup di tengah masyarakat urban, dan tentang harapan yang bisa tumbuh dari tangan-tangan kecil yang riang berlarian di pantai.

World Cleanup Day 2025 di Makassar akhirnya bukan hanya peristiwa global, tetapi kisah lokal, kisah tentang nelayan yang ingin lautnya tetap bersih, tentang ibu rumah tangga yang ingin anaknya belajar peduli sejak dini, tentang pemimpin yang memilih ikut kotor bersama warganya. Sebuah kisah tentang kota yang belajar bernapas lebih lapang.

KLIK INI:  Seekor Camar di Bahu Mercusuar