Klikhijau.com – Sejumlah penyandang difabel di Kabupaten Bulukumba yang tergabung dalam Parita Inklusi, PPDI (Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia), dan PerMaTa (Perhimpunan Mandiri Kusta) turut mengambil peran dalam peringatan World Cleanup Day (WCD). Aksi peduli lingkungan dengan gerakan pungut sampah dilaksanakan pada 10-11 September 2022.
Terlibat sebagai penggerak utama dalam aksi lingkungan merupakan hal yang baru bagi penyandang difabel di Bulukumba. Kegiatan ini tak hanya menyatukan teman-teman disabilitas dari berbagai lembaga tapi juga memberikan pengalaman menarik dan cerita berkesan.
“Kita belajar hal baru dan pengetahuan baru, bahwa lingkungan perlu mendapatkan perhatian dari semua orang, tanpa terkecuali dari kelompok disabilitas,” kata Ketua PPDI Bulukumba, Suherman.
Melalui aksi nyata untuk bumi yang dilakukan kelompok disabilitas ini menjadi bentuk dukungan kepada pemerintah daerah dalam menyukseskan Festival Pinisi yang digelar di kawasan wisata. Bagaimanapun kebersihan menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk kenyamanan pengunjung di lokasi wisata unggulan Bulukumba.
“Kita ingin berkontribusi dari hal-hal yang bisa kita lakukan. Semoga gerakan kita ini bisa membantu meskipun kondisi sampah yang berserakan hampir disepanjang jalan. Kita bersihkan semampu kita karena kita terbatas tenaga,” jelasnya.
Dari komunitas tuli Panrita Inklusi, Salman mengaku sangat senang bisa terlibat secara langsung. Meskipun diakuinya cukup melelahkan mengingat aktivitas berlangsung selama dua jam, namun keseruan kebersamaan sembari belajar pemilahan sampah menjadi poin menarik baginya.
“Menyenangkan, karena biasanya kita membuang sampah itu langsung saja tidak dipilih. Bersama teman-teman, kita memilih sampah yang organik dan anorganik. Kita diarahkan hari ini untuk fokus pada sampah anorganik karena ternyata sampah organik akan menjadi pupuk,” katanya.
Urusan sampah, tanggung jawab bersama
Pemerhati Disabilitas, Andi Soraya Widyasari mengatakan keterlibatan teman-teman disabilitas pada aksi lingkungan merupakan hal positif yang seharusnya good vibesnya menyentuh kita semua untuk lebih peka terhadap lingkungan. Kalau disabilitas saja tidak membatasi diri dan mau berkontribusi, kita semua juga bisa.
“Urusan sampah, urusan lingkungan menjadi tanggungjawab kita bersama. Jika semua pihak mau berkontribusi, kita tidak berat lagi memilkirkan persoalan sampah ini,” tegasnya.
Andi Soraya berharap gerakan yang dilakukan pada kesempatan itu bisa menjadi kegiatan yang konsisten dilakukan, misalnya sekali dalam sebulan atau sekali dalam dua bulan. Konsepnya kolaborasi, seperti yang dilakukan saat ini.
“Ke depan kita bisa mendiskusikan dimana saja titik-titik yang menarik untuk disentuh. Sekaligus kita bisa melakukan edukasi lingkungan kepada masyarakat setempat,” harapnya.
Kumpulkan 8 karung sampah
Kegiatan bersama teman-teman disabilitas berhasil mengumpulkan sampah anorganik jenis plastik, kaca, karet dan lainnya sebanyak 26 kantong sampah di hari pertama. Kemudian di hari kedua bersama dengan tim project dari Blue Planet behasil mengumpulkan 8 karung dengan total timbangan mencapai 100 kg.
Beach Clean Up yang berlangsung di pantai melibatkan WNA yang terlibat dalam project Blue Planet. Aksi ini memberikan kesan tersendiri dan rasa bahagia yang terpancar dari wajah teman-teman disabilitass karena berkesempatan mengobrol dengan turis asing serta berbagi beberapa pengalaman.
Selain itu, juga pendalaman tentang pengetahuan lingkungan termasuk pemilahan sampah secara langsung, jenis anorganik dipilah masing-masing sampah plastik, limbah kaca, dan karet.
Pelibatan relawan dalam kegiatan juga tidak berfokus hanya pada penyandang disabilitas tapi dan juga dari lintas komunitas dan individu yang bergiat diisu lingkungan.
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari Kolaborasi Biru, sebuah gerakan yang dibangun sejumlah pemerhati lingkungan di Bulukumba. Gerakan tersebut berawal dari kondisi lingkungan laut yang disejumlah titik di Bulukumba yang tercemar akibat sampah plastik dan limbah lainnya.