Bangkitkan Persuteraan Alam dengan Pengembangan Telur Ulat Sutera

oleh -511 kali dilihat
Membangkitkan Persuteraan Alam dengan Pengembangan Telur Ulat Sutera dan Murbei Hibrida
Membangkitkan Persuteraan Alam dengan pengembangan Telur Ulat Sutera dan Murbei Hibrida/Foto-KLHK

Klikhijau.com – Rendahnya produksi kokon per satuan luas (25 kg per 1 box telur) membuat penghasilan yang didapatkan belum optimal. Hal ini menjadi tantangan utama dalam usaha hulu persuteraan alam di Indonesia.

Selain itu, kualitas kokon yang dihasilkan banyak petani belum dapat memenuhi kriteria kokon sebagaimana yang diinginkan oleh pengrajin benang sutera. Ini menyebabkan impor benang sutera alam masih sangat tinggi di Indonesia.

Karena itu, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK ikut berperan dalam persuteraan alam di Indonesia dengan menerapkan Ulat Sutera Unggul.

Inovasi ini diberi nama PS 01 dan BS 09, serta tanaman murbei unggul SULI 01 sebagai pakan ulat sutera.

KLIK INI:  Sang Profesor dan Konsep 3P Untuk Konservasi Alam dan Lingkungan Indonesia

Kepala BLI Agus Justianto menyampaikan, sejak diluncurkannya tahun 2013, telah dilakukan berbagai aplikasi di lapangan.

Keberhasilan inovasi tersebut, perlu disebarluaskan agar dapat direplikasi di tempat-tempat lain dan ditingkatkan skalanya secara luas.

BLI bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL), melakukan transfer teknologi pengembangan telur ulat sutera dan murbei hibrida ini kepada Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Bina Mandiri Sukabumi, Jawa Barat.

KUPS adalah pemegang Izin atau Hak Perhutanan Sosial yang akan telah melakukan usaha. Atau dapat dikatakan sebagai usaha rintisan berbasis masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Salah satu KUPS adalah KUPS Persuteraan Alam.

Pengembangan melalui skema kemitraan kehutanan

Kegiatan pengembangan telur ulat sutera dan murbei hibrida dilakukan melalui skema kemitraan kehutanan antara KUPS Sutera Bina Mandiri dengan PT. Begawan Sutera Nusantara.

“Dengan modal Rp. 150.000 per pemeliharaan, mereka mendapat omset Rp. 2.460.000 per panen atau dalam 27 hari. Pendapatan kelompok pertahun dari komoditi kokon dapat mencapai Rp. 20 juta/tahun ditambah dengan penghasilan dari tanaman sayur tidak menentu,” jelas Dirjen PSKL Bambang Supriyanto.

Indonesia merupakan produsen sutera ke-9 di dunia. Menurut Bambang, Indonesia memiliki sejumlah potensi untuk meningkatkan produktivitas sutera alamnya.

“Kualitas benang yang dihasilkan lebih bagus. Budidaya persuteraan alam juga cocok dikembangkan di Indonesia, karena murbei sebagai pakan ulat sutera, tumbuh sepanjang tahun,” tuturnya.

Kegiatan persuteraan alam Indonesia berkembang di Sulawesi, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Khusus untuk Provinsi Jawa Barat tepatnya di Garut dan Sukabumi, sebagai sentra persuteraan, kebutuhan telurnya berasal dari BLI.

Penggunaan bibit unggul persuteraan alam ini merupakan upaya membangkitkan kembali persuteraan alam Indonesia.

KLIK INI:  Direktur Konservasi Kera Besar Harapkan Ini untuk Orangutan Indonesia