Di Singapura, Burung Gagak Hidup Merdeka tanpa Mitos

oleh -1,092 kali dilihat
Ketika Burung Gagak Dinobatkan sebagai Petugas Kebersihan
Burung gagak-foto/Pixabay
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Kami tiba di jalan Tan Queen Lan St, Singapura pukul 18.53 di hari Kamis, 19 Januari 2023. Suasana masih cerah, terasa baru jam 3 sore. Jika di Makassar jelang malam begitu, jalan akan riuh kendaraan dan suara klakson akan berlomba memekikkan telinga.

Namun, di Singapura, tak ada adegan tersebut di jalan. Padahal di jalan Beach Rd yang berdekatan dengan dengan jalan Tan Queen Lan St adalah jalan raya yang besar. Tapi terkesan lengang saja. Tak banyak kendaraan lalu lalang.

Ketika baru sampai, saya mengira jika di tempat itu, tepat di halaman hotel Marrison, kami hanya beristirahat sejenak sebelum melanjutkan jalan kaki menuju tempat kami akan menginap. Namun rupanya saya keliru, di hotel itulah kami akan menginap selama di Singapura.

Kami termasuk rombongan dalam jumlah besar, 40 orang lebih yang merupakan karyawan dari Mitra Hijau Asia (MHA). MHA ini memang rutin membawa karyawannya melakukan trip keluar negeri untuk mengeratkan silaturahmi.

KLIK INI:  Kabar Baik, Cangkir Bioplastik ‘Compostable’ Tahan Panas Ditemukan

Sambil istirihat dan menikmati kagum melihat wajah Singapura. Seekor burung gagak bertengger di lampu jalan.

Melihat burung gagak beraksi bebas di tengah kota, membuat saya terkejut. Saya mengeluarkan gawai ingin memotretnya, namun selalu gagal.

Burung dari famili Corvidae itu terkenal sebagai burung “angker dan penuh mitos”. Jika berkicau, banyak yang percaya akan ada kabar buruk terdengar.

Burung gagak, juga terkenal burung yang liar, tak ramah dengan keramaian dan tak berkawan baik dengan manusia. Meski belakangan ini, banyak orang yang mulai memeliharanya. Di antara yang banyak itu, dua orang keluarga dekat saya pernah memeliharanya, satu sepupu bernama Ashar dan satunya lagi ponakan bernama Ardi.

Ketika tahu anaknya memelihara gagak, ayah dari Ashar terlihat kurang senang. Baginya, segala jenis burung pemakan bangkai tak layak dipelihara, apalagi burung gagak, burung pembawa celaka.

KLIK INI:  Sedang Nganggur, Kandang PSM Makassar Jadi Kebun Sayur

Di Singapura, burung gagak sepertinya tak dibumbui mitos. Mereka bebas berkicau kapan saja, dan orang-orang yang mendengarkan abai saja, tak memikirkan apa membawa berita buruk atau tidak.

Keberadaan gagak di kota semodern Singapura rasanya aneh. Mereka tak terusik dan tak ada yang mengusiknya. Bebas saja beterbangan ke sana ke mari.

Burung gagak yang saya lihat bertengger di lampu jalan di jalan Tan Queen Lan St  rupanya tak sendiri, ada dua hingga tiga ekor bersamanya. Mereka terbang dan menari di udara Singapura tanpa takut ada yang menangkap atau menembaknya dengan senapan angin.

Jika burung gagak itu terbang di Kota Makassar atau di kampung saya, Kindang, Bulukumba, orang-orang barangkali akan gempar dan siap siaga mendengar kabar buruk.

Dan kemungkinann terburuknya, adalah akan berusaha ditangkap hidup-hidup, jika tak bisa maka ketapel atau senapan angin yang berbicara.

KLIK INI:  Peredaran Satwa Liar Dilindungi di Sulawesi Utara Mulai Ditertibkan

Keberadaan burung gagak bukan hanya di jalan Tan Queen Lan St, saya temukan juga terdapat di pinggir sungai Singapura, tak jauh dari jembatan tua yang di bangun tahun 1859. Jembatan ini dekat dengan ikon singapura, yakni kepala singa yang menyemburkan air dari mulutnya itu.

Gagak yang berada di pinggir sungai itu beterbangan bebas hingga bertengger pada pohon yang tak terlalu tinggi, juga tak terusik oleh lalu lalang manusia. Dan menariknya tak ada yang berusaha melemparinya batu atau ingin menangkapnya. Burung gagak itu hidup merdeka di Singapura.

Mitos gagak

Di Singapura, mitos burung dari ordo Passeriformes  itu sepertinya telah pudar. Meski begitu menurut Wikipedia diberbagai belahan dunia dan bahkan dalam agama, gagak merupakan burung yang tak lepas dari mitos.

Misalnya dalam mitos Wiracarita Gilgamesh, Utnapishtim melepaskan seekor gagak dan merpati untuk menemukan daratan. Merpati merpati hanya berputar-putar saja lalu kembali.

Karena merpati gagal, Utnapishtim kemudian mengirim gagak, si gagak ini tak kembali. Utnapishtim kemudian menarik kesimpulan jika burung gagak tersebut telah menemukan daratan.

KLIK INI:  Cerita Malik Ibrahim, Petugas Kebersihan di Singapura Bergaji 35 Juta Rupiah

Dalam mitologi Aborigin Australia, gagak dikenal sebagai penipu, makhluk leluhur dan pahlawan budaya  Legenda yang berkaitan dengan gagak telah diamati di berbagai kelompok bahasa dan budaya Aborigin di seluruh Australia; ini biasanya mencakup cerita yang berkaitan dengan peran gagak dalam pencurian api, asal usul kematian, dan pembunuhan putra elang.

Dalam mitologi Nordik, Huginn dan Muninn adalah sepasang gagak biasa yang tersebar di seluruh dunia. Selain itu ada juga Midgard, yang berarti 1 dari 9 alam yang ditinggali manusia menurut mitologi Nordik. Midgard membawa informasi mengenai Dewa Odin.

Di Swedia, burung dari kelas Aves ini dianggap sebagai reinkarnasi dari hantu orang yang terbunuh. Entah itu terbunuh karena seseorang ataupun terbunuh karena ditabrak dan di Indonesia dipercaya bahwa rumah yang didatangi burung gagak akan mengalami hal buruk.

KLIK INI:  Berkunjung ke PT Mitra Pengelola Limbah, Dirjen PSLB3 KLHK: Ini Bagus Sekali!

Sementara itu dalam Islam, menurut sebuah riwayat dalam hadits, burung gagak yang berwarna belang adalah salah satu dari lima binatang yang tidak dicela oleh orang yang membunuh mereka. Dalam Surat Al-Ma’idah menggambarkan kisah bagaimana burung gagak mengajarkan anak Adam cara mengubur mayat saudaranya.

Sedangkan dalam catatan Alkitab Ibrani di 1 Raja 17 ayat 6, burung dari genus Corvus dianggap telah menyediakan makanan bagi Elia.

Dan dalam agama Hindu, burung gagak dianggap sebagai pembawa informasi yang memberi pertanda kepada orang-orang mengenai situasi mereka. Misalnya, ketika seekor burung gagak berkokok di depan rumah seseorang, warga diharapkan mendapat tamu istimewa pada hari itu. Juga, dalam literatur Hindu, gagak memiliki kenangan indah yang mereka gunakan untuk memberikan informasi.

Dan di singapura, gagak adalah burung merdeka yang bisa terbang dan berkicau sesuka hatinya, tanpa ada yang mengusik dan merasa terusik.

KLIK INI:  Ketika Burung Gagak Direkrut sebagai Petugas Kebersihan