Cerita Malik Ibrahim, Petugas Kebersihan di Singapura Bergaji 35 Juta Rupiah

oleh -225 kali dilihat
Cerita Malik Ibrahim, Petugas Kebersihan di Singapura Bergaji 35 Juta Rupiah
Ngobrol santai dengan petugas kebersihan di Singapura, Bapak Malik Ibrahim - Foto: Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Namanya Abdul Malik Bin Ibrahim (65), seorang petugas kebersihan di Singapura yang bertugas di Kawasan perbelanjaan Bugis Junction dan sekitarnya.

Sudah lebih dari sepuluh tahun, Malik menggeluti profesinya dengan baik. Ia mengayun sepeda gerobak berukuran kecil berisi sampah dengan pelan tanpa kesan buru-buru. Bukan lantaran isi gerobaknya yang berat, tetapi karena ia senantiasa sigap melihat di sekeliling, ia akan berhenti bila melihat ada sampah tergeletak. Pada kerumunan orang yang sedang makan di trotoar, Malik memberi peringatan: “sampahnya di buang di tempatnya yah!” nada suaranya lembut nan santun.

Keramahannya itulah yang membuat kami tak sungkan berbincang, berkenalan.

Hari pertama saat tiba di Singapura (19 Januari 2023), Malik sebenarnya sempat ngobrol dengan teman-teman di teras hotel Marrison tempat kami menginap. Dari cerita teman-teman, terungkap bahwa lelaki tua yang pada leher dan lengannya penuh gelang berwarna emas tersebut ternyata keturunan Bugis-Makassar.

KLIK INI:  Cerita Rahmawati, Menyulap Eceng Gondok Jadi Aneka Kerajinan Berharga

Perjumpaan membahagiakan

Wah, saya tentu penasaran dan merasa menyesal tak berkesempatan bersua kenal dengannya malam itu. Hari-hari setelahnya, saya berharap dapat menjumpai Malik Ibrahim dan mengajaknya berbincang. Gayung bersambut, di malam terakhir sebelum pulang ke tanah air, kami pun berjumpa.

“Assalamu alaikum Pak. Mohon waktunya sebentar kita berbincang, semoga berkenan,” kata saya dalam Bahasa Indonesia.

“Boleh-boleh,” jawabnya menyambut. Senyumnya melebar tanpa malu menunjukkan giginya yang kini ompong.

Bahasa Indonesianya sangat fasih karena memang keturunan Indonesia, tepatnya Suku Bugis-Makassar.

“Saya keturunan Karaeng,” katanya tertawa bangga.

Bukan itu saja, ia mengerti cerita-cerita tentang budaya Indonesia, termasuk carut-marut politik Indonesia (untuk soal ini saya tidak ingin memantiknya berlebihan he…).

KLIK INI:  Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Jepang tentang Kebersihan?

Malik Ibrahim juga sedikitnya tahu bagaimana sembrawutnya penanganan sampah di Indonesia. Tentu, bak langit dan bumi dengan situasi di Singapura. Di negara ini, budaya membuang sampah sudah terbilang sangat baik. Di mana-mana ada tempat sampah. Kota-kota tampak bersih mengkilat. Kedisiplinan warga Singapura dalam urusan sampah layak diacungi jempol.

Meski begitu, tetap saja masih ada yang nakal melempar sampahnya sembarangan. Sampah-sampah itulah yang dipungut Malik Ibrahim setiap harinya. Jumlahnya tentu tidak banyak, sebab masih ada lebih banyak orang lagi yang sangat patuh pada aturan. Lagipula, ada sanksi berat bagi pelaku membuang sampah di Singapura, mulai dari denda hingga 300 SGD atau setara dengan Rp. 3.3 juta.

“Masih ada pula yang buang sembarangan, tapi tidak banyak. Harus hati-hati di sini, kalau ketahuan bisa didenda dan sudah banyak sudah kena hukuman,” kata Malik.

Menariknya, sampah-sampah yang dikumpulkan Malik tidak dimanfaatkan kembali untuk katakanlah dijual sebagaimana petugas kebersihan di Indonesia.

“Kami tidak ada hak menjual sampah. Tugas kami kami memungut saja. Setelah ini, sampah kami kumpul di satu tempat yang nantinya akan dijemput lori. Jadi, ada sistemnya,” katanya.

KLIK INI:  Kota, Suhu Panas dan Ketimpangan Sosial

Malik Ibrahim sudah puluhan tahun bekerja sebagai petugas kebersihan. 2022 lalu, sebetulnya ia telah memasuki  masa retirement. Namun, sesuai aturan perusahaan pihak ketiga yang membawahinya, ia masih dapat terus bekerja asal tetap sehat dan kuat.

“Saya dinilai masih sehat dan masih kuat bekerja. Jadi, selama masih bisa, saya bisa bekerja terus,” tuturnya penuh semangat.

Meski terbilang sudah menua, fisiknya tampak sangat kekar dan sehat. Setiap enam bulan sekali, Malik memeriksakan kesehatannya dan tidak pernah ada masalah. Ia akan terus bekerja sebagai petugas kebersihan, sebab ia mencintai profesinya.

Gaji lumayan besar

Malik Ibrahim menjalankan profesinya dengan sepenuh hati tanpa kenal lelah. Wilayah kerjanya hanya sekira dua kilometer saja di Kawasan Bugis Junction. Ia bekerja dari sore hari jam 15.30 hingga 00.30 dini hari dengan jam kerja sekira Sembilan jam.

Dalam sebulan, ia mendapat jatah libur sebanyak tiga hari dan ia kerap memilihnya di hari minggu. Namun, tak jarang ia mengambil lembur setidaknya sejam-dua jam setiap harinya. Tentu di waktu mendekati subuh. Tidak masalah baginya, sebab ada waktu panjang di waktu siang untuk istirahat dan memulihkan tenaganya sebelum turun lapangan lagi.

KLIK INI:  Di Kampung Ini, Sampah Plastik Jadi Ladang Rezeki

Lalu, berapa upah yang didapatkannya sebulan? Malik Ibrahim diberi upah sekira 3000 SGD setiap bulannya. Ini belum termasuk upah lembur dan tunjangan lainnya. Bila dikalkulasi bisa mencapai 3500 hingga 4000 SGD atau setara dengan Rp 40 juta rupiah. Meski telah masa retirement, gaji yang didapat Malik tak jauh beda dengan masa-masa sebelumnya.

“Lumayanlah. Sangat lumayan. Apalagi saya dapat keistimewaan di rumah sakit dari segi pelayanan bila berobat. Di masa retirement tahun lalu, saya dapat dana yang lumayan sebesar 6800 SGD,” katanya senang.

Wah, saya sungguh tercengan mendengarnya. Tentu ini angka yang demikian fantastis bila memakai ukuran Indonesia.

“Fantastis. Bagai bumi dan langit bila dibandingkan dengan upah petugas kebersihan di Indonesia. Ini sudah setara dengan gaji anggota DPRD Kabupaten di negara saya,” kata saya tercengan.

“Yah, yah…! Saya tahu bagaimana kondisi di Indonesia,” tuturnya.

Apakah ada rencana balik kampung ke Indonesia? Malik tersenyum lebar dan menjawab: “ada rencana ke Indonesia, istri saya orang Riau-Selayar. Bugis juga,” ungkapnya tertawa lepas.

Pertemuan malam itu, akan terus dikenang selamanya. Malik Ibrahim memang selalu berharap dapat berbincang dengan orang Bugis di Bugis Street Singapura, setidaknya serasa pulang kampung.

“Kamu Bugis juga kan? Kelihatan dari hidungnya, hee…” kami terbahak riang.

KLIK INI:  Emak-Emak Ini Ciptakan Cat dari Sayur dan Buah untuk Dibagikan Gratis