Burung Madu Sriganti, Si Arsitek Mungil yang Penting bagi Ekosistem

oleh -642 kali dilihat
Burung madu sriganti
Burung madu sriganti-foto/Pixabay

Klikhijau.com – Semua jenis burung madu, termasuk burung madu sriganti memiliki sifat yang aktif bergerak. Perilaku yang paling banyak ditemukan adalah perilaku ingestif.

Perilaku ingestif itu terdiri dari aktivitas makan nektar bunga dengan cara hinggap pada pohon yang sedang berbunga.

Sebagai burung pemakan nektar, buah, serangga kecil, dan juga laba-laba. Sebagai burung pemakan nektar, maka tidak mengherankan jika burung bernama latin Nectarinia jugularis berperan sebagai agen penyerbuk.

Burung dari famili Nectariniidae ini juga dikenal sebagai jenis burung berkicau. Satu hal yang perlu disyukuri dari burung ini karena di alam bebas masih cukup melimpah. Menurut Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), burung dari  genus Nectarinia ini tergolong spesies resiko rendah.

KLIK INI:  Agar Bertahan Hidup Burung Maleo Lintas Provinsi Cari Makan

Meski begitu, ada kerentanan yang mengintainya, yakni berpotensi besar untuk diperdagangkan secara ilegal. Padahal burung ordo Passeriformes ini memiliki peran penting dalam ekosistem.

Barangkali karena populasinya masih dianggap cukup melimpah, sehingga Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (Permen LHK) No.p.92/menlhk/setjen/kum.1/8/2018 tentang perubahan atas Permen LHK No.p.20/menlhk/setjen/kum.1/6/2018, tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi tidak memasukkan burung sirganti sebagai satwa yang dilindungi.

Pada peraturan itu, hanya ada 5 jenis burung madu yang dilindungi, yakni  burung madu jawa (Aethopyga mystacalis), burung madu sumba (Cinnyris Buettikoferi), burung madu sangihe (Aethopyga duyvenbodei), (Aethopyga Siparaja), burung madu leher-merah (Anthreptes rhodolaemus), dan burung madu sepah-raja  ((Aethopyga siparaja).

Burung  ini termasuk juga burung yang mudah ditemukan dan cukup ‘akrab’ dengan manusia karena memiliki habitat di pekarangan rumah, kebun, semak pantai hingga hutan mangrove.

KLIK INI:  Kasus Penyelundupan Satwa Liar Dilindungi Segera Dilimpahkan ke Kejati Gorontalo
Ciri-ciri burung madu sriganti

Burung madu sriganti bertubuh kecil,  panjang tubuh jantan sekitar 10 hingga 11,4 cm. Beratmya sekitar 6,7 hingga 11,9 gram. Sedangkan betina hanya berbobot 6 hingga 10 gram.

Ciri lain dari burung ini adalah paruhnya lancip dan panjang, berdarah panas, dan berkembangbiak dengan cara bertelur atau ovipar.

Spesies burung ini memiliki kemampuan mengepakkan sayap hingga 90 kali per detik, kecepatan terbangnya mencapai 54 km/jam.

Ada perbedaan mencolok antara jantan dan betina, yang jantan pada tubuh bagian bawahnya kuning terang. Dagu dan dadanya hitam atau ungu metalik, sementara punggungnya hijau zaitun.

Sementara betina pada tubuhnya bagian bawah berwarna kuning, tapi tidak memiliki warna hitam pada dagu dan dadanya. Alis biasanya berwarna kuning muda. Iris coklat tua, paruhnya hitam demikian pula kakinya.

Se betina sering ribut dalam kelompok kecil, mereka berpindah-pindah dari satu pohon atau semak ke yang lain, sedangkan yang jantan terkadang hanya berkejaran mondar mandir dengan galak.

KLIK INI:  KLHK Gagalkan 'Illegal Trade' 1.752 Ekor Burung di Jalan Lintas Sumatera

Dalam hal pembuatan sarang, burung madu sriganti adalah ahlinya. Mereka arsitek yang handal.

Sarangnya digantung pada ranting pohon, pada bagian dalamnya terlihat empuk, bentuk sarangnya berbentuk oval atau bulat. Ada kanopi pada bagian atas pintu masuknya. Pada bagian bawah sarangnya terdapat rumbai-rumbai memanjang.

Dalam hal pembuatan sarang, si betinalah yang bertugas membawa dan menyusun bahannya hingga selesai dan siap digunakan, sementara si jantan hanya akan berjaga-jaga, menjagai si betina membuat sarang.

Sarangnya terkadang digunakan lebih dari satu kali. Ada hal menarik jika betina mulai membuat sarang, itu artinya pasangan antara betina dan jantan telah terbentuk.

Dalam hal mencari pasangan, si jantanlah yang aktif, mereka akan mengundang betina dengan tarian (display) dan juga berkicau nyaring dari tempat ketinggian. Selanjutnya si burung jantan akan mengajak betina untuk mengunjungi tempat yang bakal dipakai membangun sarang.

KLIK INI:  Mengulik 6 Penyebab Penurunan Populasi Burung Secara Global

Bahan sarang yang biasa digunakan terdiri dari bahan alami, baik dari tumbuhan, hewan (bulu) hingga  bahan non alami, misalnya plastik.

Telur burung in jumlahnya terbatas, hanya berjumlah satu atau dua butir saja. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerami telur, yakni sekitar 14 hari.

Setelah telur menetas kedua induk mulai merawat anak. Perawatan anak dilakukan dengan menyuapi makan anak dan membuang kantung kotoran anak (faecal sac).

Berdasarkan penelitian Fithri dan Susiriana, (2015), selama 5804 menit pengamatan mereka. Burung dari kerajaan Animalia  ini akan menyuapi anaknya sebanyak 622 kali, mereka membuang kantung feses sebanyak134 kali.

Induknya akan menyuapi anak sepanjang hari mulai pagi hari sekitar jam 07.00 pagi hingga menjelang matahari terbenam.

KLIK INI:  Daftar Flora dan Fauna yang Dilindungi di Indonesia Beserta Nama Ilmiahnya

Makanan yang dibawa induknya akan dijepit dengan paruhnya. Ketika  menyuapi anaknya, si induk akan bertengger di pintu sarang. Mereka menyuapi anaknya dengan cara membungkukkan tubuhnya sehingga menjangkau paruh induk (Aida Fithri, 2017).

Klasifikasi ilmiah
  • Kerajaan: Animalia
  • Filum: Chordata
  • Kelas: Aves
  • Ordo: Passeriformes
  • Famili: Nectariniidae
  • Spesies: Nectarinia jugularis
KLIK INI:  Dua Kisah Berbeda tentang Satwa Dilindungi dari Yogyakarta