Bahaya Sampah Plastik Kini Seperti Hantu yang Bergentayangan

oleh -840 kali dilihat
Bahaya Sampah Plastik Kini Seperti Hantu yang Bergentayangan
Relawan membersihkan sampah plastik di Pelabuhan Kayubangkoa Makassar - Foto/Klikhijau.com
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Bahaya sampah plastik tidak lagi bisa dipungkiri di tengah massifnya pemakaian plastik dalam keseharian. Awal kemunculannya, plastik sebenarnya adalah benda yang sangat membantu peradaban manusia. Tak disangka, plastik kini justru jadi ancaman serius bagi kehidupan.

Pemakaiannya yang super massif ternyata tidak dibarengi dengan tata kelola yang ramah lingkungan.

Sementara, kebutuhan akan plastik terus meningkat terutama disebababkan oleh industri makanan dan juga massifnya penjualan berbasis online yang seolah tak bisa bergerak tanpa plastik.

Industri minuman di Indonesia misalnya tumbuh 22,74 persen pada semester awal 2019 lalu. Tentu meningkat lebih tajam lagi di tahun ini akibat pola hidup yang berubah yakni pesatnya lalulintas konsumsi berbasis online.

Ketika industri bertumbuh pesat, sampah plastik juga tentu meroket tajam. Pada 2050 mendatang, diperkirakan akan ada 12 miliar ton sampah plastik di lingkungan. World Economic Forum bahkan memprediksi, adanya potensi hingga 32 persen sampah plastik yang bakal tidak tertangani.

KLIK INI:  Cara Bijak Mengelola Hutan Desa untuk Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan

Ini tentu mencemaskan, sebab sampah plastik yang tidak tertangani itu akan mengotori daratan, mencemari lautan dan berkontribusi pada polusi udara.

Plastik yang tampil dengan desain praktis itu memang dibuat dari material yang sulit terurai (non-biodegradable). Diperlukan waktu antara 100 hingga 500 tahun untuk dapat terdekomposisi dengan sempurna. Bahkan, untuk jenis tertentu seperti Styrofoam disinyalir dapat bertahan hingga ribuan tahun.

Faktanya, sebanyak 33 persen diantara produk plastik itu berbentuk botol, sedotan dan kantong yang kini beredar massif di keseharian. Sebagian besarnya kerap dijumpai di ruang publik seperti di tepi jalan, sungai, danau, pantai dan lautan – plastik itu telah menjelma sebagai sampah karena sengaja dibuang sembarangan.

Dalam satu tahun saja, penduduk di seluruh dunia diperkirakan memakai antara 500 juta hingga 1 miliar kantong plastik. Angka fantastis ini seolah menunjukkan betapa peradaban manusia telah terkepung sampah plastik.

KLIK INI:  Mengekang Polusi Mikroplastik ala Komisi Eropa

Untuk diketahui, kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak ethylene. Bahan ini merupakan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui.

Jadi semakin massif pemakaian plastik, semakin terancam pula kita kehabisan sumber daya alam. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut.

Berdasarkan data Jambeck (2015) Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.

Data BPS tentang penangan sampah
Data Badan Pusat Statistik mengenai penanganan sampah 2017

Sebagian besar atau bahkan dominan dari sampah plastik yang ada tidak terkelola dengan baik. Sebagaian besar masyarakat membakarnya, membuang ke sungai dan lautan. Hanya sebagian kecil yang kemudian didaur ulang untuk pemanfaatan kembali.

Akibatnya, sampah plastik itu telah menjadi ancaman serius. Berikut bahaya sampah plastik yang patut diwaspadai!

KLIK INI:  Tentang Polusi Plastik dan Dampaknya bagi Lingkungan dan Kesehatan Manusia
Dampak plastik pada lingkungan?
  • Menimbulkan pencemaran tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
  • Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
  • Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
  • Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
  • Plastik telah membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut, dan juga ikan-ikan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setiap tahunnya. Banyak hewan penyu di kepulauan Seribu yang mati hanya karena memakan plastik yang dikiranya sebuah ubur-ubur, salah satu makanan kesukaan penyu.
  • Sampah plastik yang dibakar akan membuat polusi udara karena ketika plastik dibakar bahan kimia yang menjadi racun akan menyebar ke udara dan atmosfer menjadi terkontaminasi.
Dampak plastik bagi kesehatan?
  • Sampah plastik yang dibakar akan berdampak serius pada kesehatan manusia karena dalam asapnya terkandung zat dioksin dan zat karsinogenik yang apabila dihirup oleh manusia dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan sistem pernapasan, kanker, dan gangguan sistem syaraf.
  • Kemasan plastik yang dipakai untuk membungkus makanan atau minuman panas juga dapat menimbulkan pembengkakan hati.
  • Bahan kimia tambahan yang ada dalam plastik juga dapat menyebabkan gangguan reproduksi.
KLIK INI:  Kasus Kekerasan pada Anak Meningkat Tajam di Masa Pandemi
Ancaman mikroplastik di lautan?

Penelitian Jenna R. Jambeck dari Georgia University pada 2010 menyebutkan, ada sekitar 275 juta ton sampah plastik yang tersebar di seluruh dunia, dengan sekitar 4,7 hingga 12,7 juta ton sampah berada di lautan. Ini artinya, setiap satu menit, sampah plastik yang dibuang ke laut setara dengan satu truk penuh.

Sampah plastik yang berkubang di lautan akan menjelma menjelma menjadi mikroplastik dan tertahan dalam tubuh ikan-ikan. Mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan yang kemudian berdampak serius pada kesehatan.

Menurut Greenpeace, sampah plastik yang menjadi partikel-partikel kecil atau mikroplastik berukuran sebesar 0,3 hingga 5 milimeter. Partikel kecil inilah yang berpeluang masuk ke dalam tubuh menimbulkan beragam penyakit mematikan seperti; kanker, stroke, serta penyakit pernapasan.

Ilustrasi mikroplastik
Ilustrasi mikroplastik/foto-nizava

Faktanya, penelitian 2015 menyebutkan 3 dari 10 ikan ditemukan micro-plastic di dalam stomach-nya. Data terbaru pada 2019 bahkan disimpulkan bahwa hampir 80 persen ikan telah terkontaminasi micro-plastic.

Studi yang dilakukan US National of Medicine National Institutes of Health mengungkapkan, setidaknya ada 693 spesies di lautan yang terdampak sampah plastik. Diperkirakan ada lebih dari 51 triliun partikel mikroplastik telah mencemari lautan.

KLIK INI:  Blatchley Terkejut Saat Menjumpai 40 Kilogram Sampah Plastik dalam Perut Seekor Paus di Filipina
Aksi kolaborasi bijak plastik

Oleh sebab itu, gerakan bijak plastik harus terus disuarakan. Dalam praktik yang lebih sederhana dapat dilakukan pada diri masing-masing, seperti pemakaian tumbler, tas belanja, sedotan ramah lingkungan dan lainnya.

Sedangkan di level kebijakan, diperlukan suatu policy yang serius yang dapat mengatasi pemakaian plastik sekali pakai (single use) secara massif.

Pada saat yang sama, pemerintah dan pihak terkait juga harus mendorong alternatif yang lebih ramah lingkungan yang dapat menggantikan peran plastik saat ini. Aktivitas buang sampah sembarangan dan pembakaran sampah di masyarakat juga harus diatasi dengan penguatan regulasi.

Di sini juga perlunya penyadaran dan sosialisasi tanpa lelah dari semua pihak untuk membangun kesadaran masyarakat.

Gerakan bijak plastik dapat dilakukan dengan berupaya keras meminimalkan penggunaannya. Bila harus memakainya harus seiring dengan pola penanganannya agar tidak berdampak pada lingkungan. Selain daur ulang sampah plastik, model-model alternatif seperti ecobrick dan pemanfaatan kembali perlu dijalankan.

Tanpa itu, bahaya sampah plastik akan seperti bom waktu yang terus menghantui manusia dan lingkungan.

KLIK INI:  Salut, Nagekeo Terapkan Kearifan Lokal untuk Kurangi Sampah Plastik!