Begini Dampak dan Penanganan Sampah Antariksa

oleh -597 kali dilihat
Begini Dampak dan Penanganan Sampah Antariksa

Klikhijau.com – Menangani sampah memang memerlukan pengelolaan yang baik. Jika tidak, sampah hanya akan membawa dampak yang lebih besar selain mencemari lingkungan.

Ternyata, bukan hanya ada di bumi. Sampah satelit dan sampah jenis lainnya juga telah mencemari antariksa.

Sampah-sampah yang ada di angkasa terutama sampah satelit tentu saja berbahaya juga untuk bumi. Lalu, bagaimana membuang sampah satelit ini?

Saat ini ada dua strategi yang dikenal. Pertama, memanipulasi sampah sehingga mendekati jalur putaran bumi, agar bisa dijatuhkan secara terkontrol.

Cara ini tidak cocok untuk semua satelit, karena satelit itu berkisar sekitar 35.786 kilometer di atas bumi. Sementara, biaya untuk menjatuhkannya ke bumi sangat mahal.

Cara lainnya adalah menarik satelit itu ke jalur yang berkisar 300 kilometer dari lalu lintas utama satelit. Saat ini di sana sudah ada 1000 obyek sampah, seperti dilansir dari dw.com/Indonesia.

KLIK INI:  Bahaya, Sampah Antariksa Mengancam Bumi?

Selain itu, hal peting yang harus diketahui yaitu dampak dari sampah-sampah tersebut. Dikutip dari dw.com/Indonesia, berikut dampaknya.

Sampah beterbangan di langit

Sampah berupa pecahan satelit atau obyek lain yang diluncurkan ke ruang angkasa mirip fenomena ruang angkasa itu sendiri. Kita tahu, obyeknya ada di langit. Tapi seberapa banyak, tidak ada yang tahu.

Data lembaga antariksa Eropa-ESA menyebut sejak 1957 diluncurkan 6.600 satelit dan terdapat lebih 29.000 obyek berukuran lebih 10 sentimeter di orbit bumi.

Bahaya tabrakan

Pecahan satelit berdiameter satu sentimeter saja sudah merupakan ancaman. Pasalnya pecahan sampah antariksa bergerak dengan kecepatan hingga 40.000 km per jam.

Tabrakan pecahan sebesar biji kopi dengan kecepatan setinggi itu dengan sebuah satelit, memiliki kekuatan impak setara sebuah granat.

Ancaman nyata

Sampah antariksa makin sering jadi ancaman nyata bagi penduduk Bumi. Jika ukuran sampah cukup besar, saat kembali memasuki atmosfir, obyek tidak terbakar habis.

Bagian satelit yang pernah jatuh, untungnya jatuh ke kawasan gurun yang jarang penduduk. Jika menimpa kawasan padat, bisa dipastikan jatuh korban jiwa.

KLIK INI:  Peringati World Ocean Days, Lakukan Ini untuk Selamatkan Laut Kita

Dampak dari sampah antariksa ini memang patut dikhawatirkan. Karena itu, penanganan harus dilakukan oleh para pakar. Berikut empat solusinya.

1. Membuat tukang sampah robot

Banyak gagasan untuk membersihkan sampah ruang angkasa. Salah satunya dengan ide robot tukang sampah ini.

Sebuah robot ruang angkasa dilengkapi lengan, bertugas menangkap satelit yang sudah tidak berfungsi dan membawanya kembali ke bumi. ESA merencanakan peluncuran tukang sampah robot ini tahun 2023.

2. Hancurkan di langit

Gagasan lainnya, menggunakan semacam meriam laser untuk menghancurkan sampah antariksa di orbitnya. Pusat penerbangan dan antariksa Jerman-DSLR terus mengembangkan teknologi laser ini.

Pecahan partikel sampah ruang angkasa yang ditembak laser, disebut akan hancur dan menjadi uap.

3. Jaring dan lasso elektrik

Lembaga antariksa AS-NASA menggagas penggunaan jaring dan lasso elektrik untuk menangkap asteroid dan itu juga bisa digunakan menangkap partikel sampah antariksa.

Obyek yang dijaring dibawa kembali ke atmosfir. Yang berukuran kecil akan habis terbakar yang cukup besar bisa diamankan dari bahaya tabrakan. Sejauh ini idenya belum diwujudkan jadi kenyataan.

4. Tambang elektrodinamik

Lembaga antariksa Jepang JAXA belum lama ini ujicoba “tambang elektrodinamik” -KITE. Tambang elektrodinamik panjangnya 700 meter dibuat dari baja tahan karat dan aluminium.

Idenya menurunkan tambang tipis dari stasiun ruang angkasa internasional-ISS untuk menurunkan kecepatan partikel. Setelah itu menyeretnya ke atmosfir agar terbakar habis.

Selain itu, apakah ada cara lain yang bisa diberikan untuk penanganan sampah antariksa ini ke depannya? Masih bisakah sampah-sampah antariksa ini dibersihkan?

KLIK INI:  Akuilah Tempat Sampah Memang Menjijikkan, Tapi Sangat Dibutuhkan, Kenapa?