Sampah Plastik Menghilang, Peneliti Disesaki Tanya, ke Mana Perginya?

oleh -537 kali dilihat
Sampah plastik di laut
Sampah plastik yang mencemari laut/foto-IDNtimes
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Ada pertanyaan yang memenuhi kepala para peneliti. Pertanyaan perihal sesuatu yang menghilang, yang pergi tanpa ditemukan. Di samudra yang maha luas, para ilmuwan atau peneliti hanya menemukan 1 persen saja sampah plastik.

Padahal, sampah plastik berton-ton diproduksi oleh manusia. Sebagian besar bergerak hingga ke samudera. Nah, yang jadi pertanyaan para ilmuwan. Ke mana sampah plastik itu pergi?

Namun, pertanyaan itu terjawab oleh peneliti dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO). Mereka mengungkapkan fakta bahwa sampah plastik di laut terdorong kembali ke daratan, lebih tepatnya ke area pesisir dan kemudian terperangkap dalam vegetasi.

Vegetasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kehidupan (dunia) tumbuh-tumbuhan atau dunia tanaman. Sampah plastik yang terperangkap, tentu akan sulit lagi lolos untuk kembali ke laut jika yang datang hanyalah gelombang kecil.

KLIK INI:  Iklim, Perubahan Iklim dan Isu Relevan Lainnya yang Penting Diketahui

Atau jika kamu pernah menonton film Aquaman, di mana ada satu adegan yang memperlihatkan penguasa laut mengembalikan sampah plastik ke darat (baca pantai). Kisah itu memang fiksi, namun pada kenyataannya kita memang mudah menemukan sampah plastik di pantai.

Jika kamu bergerak ke Bulukumba misalnya, sepanjang jalan dari Kabupaten Bantaeng, yang tepat di pinggir laut. Kamu akan temukan sampah plastik berserakan di pantai. Pun jika kamu mengunjungi pantai Mandala Ria Bulukumba, sampah pun banyak berserakan di sana.

Maka tidak heran jika Chris Wilcox, peneliti senior CSIRO, dan Britta Denise Hardesty Principal Research Scientist, Oceans and Atmosphere Flagship CSIR mengungkapkan jika lingkungan pesisir menjelma menjadi tempat pembuangan akhir sampah.

“Sampah plastik ditemukan di pantai-pantai di seluruh dunia selama beberapa dekade. Kami berfokus mengapa dan bagaimana lingkungan pesisir menjadi tempat pembuangan akhir sampah-sampah lautan,” ungkap Chris Wilcox.

Zona sampah

Wilcox dan Hardesty dalam laporannya menemukan bahwa sekitar 90% sampah laut tetap berada di kawasan yang mereka sebut sebagai Zona Sampah. Umumnya berjarak 8 kilometer dari tepi pantai.

Sampah-sampah pada kawasan zona ini mengandung campuran sampah manusia yang paling umum: yakni plastik yang sebelumnya terbuang ke lautan.

KLIK INI:  Sebab Sampah Plastik di Laut, Komunitas Laut Biru Kembali Gelar MDC

“Konsentrasi tertinggi dari polusi di sepanjang pantai adalah plastik. Semakin jauh kami pergi dari pantai, semakin banyak puing yang ditemukan,” tulis Wilcox dan Hardesty seperti yang dimuat di Nationalgeographi.

Wilcox dan Hardesty juga mengungkapkan jika lokasi berakhirnya sampah laut dipengaruhi oleh aktivitas gelombang ombak di daratan.

Tidak hanya itu, pada tingkat yang lebih rendah disebabkan oleh aktivitas angin. Para peneliti menemukan, semakin padat kawasan berpenduduk di tepi pantai, maka akan menjadi titik kumpul sampah plastik dan membuatnya terperangkap.

“Sampah-sampah kecil sering ditemukan di tepi pantai, sedangkan yang lebih besar seperti botol minuman, kantong plastik, dan kemasan plastik berada di tempat yang jauh di daratan, sering terjebak di antara tumbuh-tumbuhan,” tulis para peneliti.

Kita kadang merasa baik-baik saja jika telah membuang sampah ke laut atau kelingkungan sekitar. Padahal Wilcox dan Hardesty menyimpulkan bahwa kumpulan sampah di laut maupun di pantai akan menimbulkan bahaya dan bisa membunuh hewan-hewan di ekosistem sekitar.

“Ini juga dapat merusak pemandangan, merusak ekonomi suatu daerah melalui pengurangan pendapatan pariwisata,” pungkas Wilcox dan Hardesty.

Apa yang diungkapkan Wilcox dan Hardesty memang benar, sampah mengancam banyak hal, salah satunya dunia pariwisata. Khusus di Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengakui segi ancaman terhadap upaya konservasi dan pariwisata, sampah plastik adalah sampah yang paling dominan ditemukan di destinasi wisata.

KLIK INI:  Semakin Banyak Vegetasi di Daerah Perkotaan, Perilaku Kesehatan Anak Lebih Baik