Villa Yuliana, Hadiah Cinta Tak Sampai yang Berhias Fosil Satwa

oleh -498 kali dilihat
Villa Yuliana, Hadiah Cinta Tak Sampai yang Berhias Fosil Satwa
Villa Yuliana di Kabupaten Soppeng-foto/Emma
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Begitu pintu tua di salah satu ruangan Villa Yuliana terkuak. Mata saya membelalak. Di dalamnya terpajang etalase yang menyimpan beragam fosil.

Pemandangan itu menegaskan jika villa yang dibangun pada tahun 1905 itu benar-benar telah beralih fungsi menjadi museum.

Perjalanan Villa Yuliana menjadi museum tak selancar curah hujan di musim basah. Tapi melalui perjalanan panjang dan juga rintangan.

Bangunan yang berbentuk persegi asimetris dengan ukuran 16.5 m x 12.6 m ini, awalnya dijadikan tempat menginap para pejabat Hindia Belanda.

KLIK INI:  Tentang Peringatan Hari Hutan Indonesia dan Cara Atasi Asap Karhutla

Pendapat lain mengatakan villa yang dikenal dengan nama Rumah Tinggia itu merupakan tempat kediaman resmi Kontrolir Belanda di Soppeng.

Beragam pendapat tentang fungsi villa ini dari masa ke masa terus berembus. Namun ketika Belanda angkat kaki dari Bumi La Temmamala, villa ini jadi markas tentara Jepang.

Lalu pasca kemerdekaan di tahun 1945-1957 dibiarkan kosong, dan pada tahun 1958-1992 dijadikan rumah tinggal oleh warga.

Fungsinya terus bergulir hingga pada tahun 2008 difungsikan sebagai museum hingga detik ini. Sehingga dengan mengunjunginya sekarang, maka banyak fakta menarik tentang Soppeng dari masa lalu yang bisa ditemukan di villa yang beratap kayu ini.

Salah satu fakta yang bisa ditemukan di villa dengan arsitektur perpaduan antara Indische Empire dan Bugis ini adalah fosil satwa yang pernah berumah Kabupaten Soppeng.

Jadi pengunjung pertama

Hanya saja, meski telah menjelma sebagai tempat menemukan mozaik Soppeng di masa lalu, villa yang terletak di Jalan Masjid Raya, Soppeng ini sepi pengunjung.

Misalnya ketika saya dan Emma pada hari rabu, tanggal 8 Juni 2022 lalu mengunjunginya. Kami  menjadi pengunjung pertama.

Padahal mengunjungi villa yang jadi hadiah cinta kepada ratu Yuliana yang tak sampai ini, karena alasan keamanan perang berdiri megah di atas ketinggian.

Jadi, pengunjung tak hanya disuguhi pemandangan dari masa lalu, tapi juga pemandangan alam Soppeng yang  menakjubkan.

KLIK INI:  Perihal Orang Pertama Dipenjara 30 Tahun karena Perburuan Satwa Liar

“Villanya sedang dipugar,” lanjut saat melihat tiang-tiang bambu berdiri dan tali rafia melintang  agar pengunjung tidak menerobos masuk.

Di bagian depan villa terdapat tangga menuju lantai dua—tangganya terbuat dari kayu,  tapi tangga itu tak bisa dilewati, terhalang tali rafia.

Rasa penasaran dan takjub membawa kami memutari villa, melihat kontruksinya, batu bata, kayu hingga besi yang digunakan.

Dan di halaman belakang villa, terdapat satu pintu yang terbuka separuh. Ada tangga batu menuju lantai dua.

“Sepertinya tak boleh masuk,” kata Emma lagi penuh keraguan.

“Kita coba saja, kalau tak boleh pasti dapat teguran,” balas saya.

Pada saat itu, suasana di sekitaran villa sangat sepi.  Saya pikir hanya kami berdua yang ada di sana.

Namun, perkiraan itu keliru setelah mengucapkan salam dua hingga tiga kali di depan pintu belakang villa yang terbuka separuh itu, seorang lelaki paruh baya muncul dari dalam. Dia adalah Mustafa, si penjaga Villa Yuliana.

“Boleh masuk?” tanya saya.

“Silakan!” balas Mustafa.

KLIK INI:  5 Fakta Unik Bunga Kantil yang Melekat dalam Tradisi Masyarakat Jawa

Ketika memasuki villa itu pertama kalinya itu,  ada sensasi lain yang mendebarkan.

“Isi buku tamu dulu!” pinta Mustafa

Ketika buku tamu terbuka,  pemandangan aneh tetiba saja tersingkap. Pengunjung pada bangunan tua, penuh sejarah dan pemandangan eksotik itu, hanya dikunjungi beberapa orang saja.

Bahkan di bulan Juni, saat tanggal telah menunjuk angka delapan. Saya dan Emma yang jadi pengunjung pertama.

“Masih banyak yang belum tahu jika Villa inn telah jadi museum,” ujar mustafa, melerai tanda tanya di kepala saya.

Karena kurang pengunjung, jadilah kami leluasa menjelajahi bangunan tua itu, memasuki tiap biliknya di antar oleh Mustafa.

Kolekasi fosil fauna

Begitu pintu di salah satu ruangan terkuak, pemandangan menakjubkab tersaji.  Bukan pemandangan alam Soppeng yang dipagari pegunungan, tapi sebuah fakta yang membahagiakan sekaligus miris.

Di beberapa etalase, terdapat fosil fauna yang hidup jutaan tahun lalu. Ada fosil gajah purba yang ditemukan oleh pada tahun 1993 di Cabbange.  Fosil gajah purba itu hanya menyisa rahang dan gadingnya saja.

Ukuran tubuh gajah yang pernah menghuni Soppeng diperkirakan hanya sebesar kerbau saja.

” Ini  fosil gading gajah purba yang ditemukan ditemukan oleh G.J Bartstra di Tanjonge di kampung TanjongE, kecamatan Lilirilau, Soppeng pada tahun 1993,” kata mustafa, si penjaga Villa Yuliana.

Gajah soppeng sendiri diperkirakan hidup sekitar 2 juta tahun lampau. Gajah ini hidup di sekitar Lembah Walanae, Kabupaten Soppeng.

KLIK INI:  Kenapa Penting Mengompos Sendiri dan Apa Keuntungannya?

Karena memiliki tubuh yang kecil, sejumlah peneliti menyebutnya sebagai gajah kerdil atau kate (pygny/dwarf stegodon).

Bukan hanya fosil gajah yang terdapat di Villa Yuliana, tetapi juga terdapat fosil tengkorak babi rusa. Babi rusa merupakan satwa endemik Sulawesi.

Satwa ini terbilang unik, karena memiliki taring, sehingga menyerupai rusa. Hanya saja secara taksonomi satwa ini masuk famili suidae.

Status konservasi satwa ini berdasarkan badan konservasi dunia IUCN [International Union for the Conservation of Nature] status konsevasi babi rusa adalah rentan.  Dan berdasarkan  Permen LHK Nomor P.106/2018 keberadaannya satwa ini

Fosil satwa lain yang menghiasi Villa Yuliana adalah fosil fragmen gigi anoa. Satwa ini anoa atau Bubalus sp merupakan mamalia terbesar dan juga endemik yang hidup di daratan Pulau Sulawesi dan Buton.

Satwa ini juga ada yang menggelarinya sebagai kerbau kerdil. Ia  termasuk fauna peralihan dari  famili bovidae.

KLIK INI:  Peringati HKAN, Belantara Foundation dan UP Ajak Generasi Muda Bicara Konservasi Satwa Liar

Di villa yang berbentuk segi empat dengan luas bangunan 3.850 M2 ini, terdapat pula fosil fragmen kura-kura raksasa juga dapat ditemukan di villa yuliana. Itu menandakan jika dahulu kala, terdapat kura-kura raksasa yang menghuni soppeng.

“Kura-kura masih banyak ditemukan di Soppeng hingga saat ini,” kata Emma, ia adalah salah seorang warga Soppeng, yang bersedia mengawani saya menjelajah Kota Kalong itu.

Apa yang dikatakan Emma diamini oleh Mustafa yang menjaga Rumah Lamaccacae (lancip). Nama tersebut adalah nama lain dari Villa Yuliana. Kunjungan ke Villa Yuliana meski singkat, tapi bisa menemukan mozaik Soppeng di masa lalu.

Jadi, berkunjunglah…!

Fosil gajah purba, salah satu koleksi di museum Villa Yuliana, Soppeng-foto/Emma
KLIK INI:  6 Cara Mengemas Piknik Tanpa Sampah Plastik