Klikhijau.com – Dari Bumi Massenrepulu, Enrekang, seorang kawan mengabarkan harga kopi saat ini mengalami lonjakan harga. Kopi jenis arabika dijual dalam kisaran Rp 160.000 – Rp 170.000 dalam kondisi biji (green bean). Sedang untuk jenis Robusta dengan harga Rp 110.000.
Tingginya harga kopi saat ini tidak sebanding dengan harga penawaran yang diminta calon pembeli. Untuk kebutuhan stok yang besar dalam belanja kopi, mereka menetapkan harga Rp 110.000 untuk Arabika dan Robusta senilai Rp 70.000.
Namun harga kopi yang melonjak tinggi, tidak memengaruhi konsumen untuk meninggalkan magnet cangkir sebagai rutinitas harian. Justru sebaliknya, biaya yang lebih tinggi membentuk kembali pola baru bagaimana kopi dikonsumsi.
Tak dipungkiri inflasi global turut membebani anggaran belanja rumah tangga. Sehingga banyak konsumen coba menyesuaikan kebiasaan membeli daripada meninggalkan rutinitas yang telah tertanam lama dalam kehidupan sehari-hari.
Jika mengacu indeks pasar, menunjukkan bahwa permintaan kopi tetap relatif stabil meskipun harga lebih tinggi. Lebih menyoroti sektor ketahanan dan kemampuan untuk beradaptasi yang datang belakangan saat tantangan terkait iklim dan tekanan perdagangan ikut mendorong biaya naik di seluruh rantai pasokan global.
Produksi Di Bawah Tekanan Picu Harga Naik
Gejolak pasar komoditi kopi menghadapi celah yang semakin lebar antara penawaran dan permintaan. Tekanan produksi telah memengaruhi di beberapa wilayah utama yang berkembang, sementara biaya transportasi dan logistik meningkat.
Sejumlah faktor-faktor di atas secara simultan telah berkontribusi pada kenaikan tingkat harga selama periode terakhir. Laporan International Coffee Organization (ICO) memberikan data terbaru tentang produksi dan konsumsi kopi tahun 2025 menunjukkan beberapa tren menarik.
Data produksi kopi global, Brazil memimpin dengan produksi sekitar 63 juta karung (60 kg/karung). Disusul Vietnam menyumbang 30,8 juta karung. Urutan selanjutnya ada Kolombia yang menghasilkan 13,8 juta karung dan Indonesia berada di posisi ke-4 dengan produksi 12,44 juta karung)
Berikut adalah negara-negara sebagai penghasil kopi terbaik dalam ukuran seribu kantong, 60 kg per kantong.
Peringkat / Negara / Perkiraan Produksi
1. Brasil. 63.000
2. Vietnam. 30,800
3. Kolombia 13,800
4. Indonesia 12,450
5. Ethiopia. 11.560
6. Uganda. 6,875
7. India 6,050
8. Honduras 5.800
9. Peru 4.200
10. Meksiko 3,903
Terbangun Cara baru untuk menjaga kebiasaan
Daripada memotong belanja kopi sama sekali, konsumen kini beralih ke alternatif dengan biaya yang lebih rendah. Konsep minuman kopi rumahan telah mendapatkan popularitas, dengan banyak orang mencoba menciptakan minuman bergaya kafe dari rumah dengan menggunakan peralatan sederhana.
Dengan alternatif pendekatan ini, memungkinkan konsumen untuk bisa mempertahankan pengalaman sensasi kopi sekaligus turut mengurangi pengeluaran.
Pergeseran pola ini mencerminkan adanya keseimbangan dalam prioritas yang lebih luas. Di mana kenikmatan dapat dipertahankan dan biaya tetap dikendalikan.
Pergeseran mendorong Kedai Kopi Menyesuaikan dalam Strategi
Perubahan perilaku konsumen telah mendorong kafe menyesuaikan diri dalam strategi demi menata ulang dan memikirkan kembali model bisnis mereka. Pilihan atas layanan yang lebih cepat dan pilihan menu yang lebih terjangkau menjadi lebih umum. Langkah operasional ini dilakukan demi menanggapi peningkatan sensitivitas harga.
Sejauh pengamatan yang terjadi, pasar menunjukkan bahwa konsumsi kopi tidaklah menurun. Tetapi sebaliknya ia mengambil bentuk baru, dengan pola pelanggan memilih opsi yang lebih sederhana atau lebih murah daripada menghentikan sepenuhnya pembelian kopi.
Citra Penikmat Kopi sebagai konsumen yang tangguh
Citra kopi telah tertanam sedemikian dalam. Kopi memberi contoh yang jelas dari sebuah produk dengan permintaan yang relatif fleksibel dalam menghadapi situasi guncangan harga. Bahkan ketika harga mencapai tingkat tertinggi secara historis, konsumsi kopi tetap stabil secara luas. Situasi ini mencerminkan status kopi menjadi pilihan dalam kebutuhan sehari-hari bagi banyak orang.
Sejauh mana dominasi budaya mengkonsumsi kopi. Laporan ICO juga menampilkan pola konsumsi kopi secara global. Uni Eropa berada di atas dan menjadi konsumen terbesar dengan 41,87 juta karung. Berikutnya Amerika Serikat menyusul dengan 26,55 juta karung.
Sementara Brazil berada di urutan ke-3 dengan mengkonsumsi 22,16 juta karung. Sementara Indonesia berada di posisi ke-7 dengan konsumsi kopi sekitar 4,9 juta karung.
Berikut daftar kebutuhan pasar yang paling Banyak Mengonsumsi Kopi. Data tahun 2025-2026 dalam ukuran seribu kantong, 60 kg per kantong)
Peringkat / Negara / Entitas Perkiraan Konsumsi
1. Uni Eropa 41.870
2. Amerika Serikat. 26.550
3. Brasil. 22.162
4. Jepang 7.550
5. Filipina. 6,780
6. Cina 5,500
7. Indonesia 4,900
8. Kanada. 4,800
9. Vietnam. 3,750
10. Rusia. 3,610
Tren Konsumsi Kopi di Indonesia:
Pola konsumsi kopi di Indonesia menunjukkan tren peningkatan. Data menunjukkan per kapita meningkat dari 1,1 kg (2017) menjadi 1,5 kg (2024). Sejalan dengan pertumbuhan kedai kopi specialty mencapai 20% dalam 3 tahun terakhir.
Namun terbentuk pergeseran perilaku penikmat kopi dengan minum kopi di rumah yang semakin populer. Ditandai dengan peningkatan penjualan mesin espresso peruntukan rumahan.








