Menobatkan Hutan sebagai “Sultan” yang Sesungguhnya

oleh -148 kali dilihat
Serial Webinar Hutan dan Kehutanan Juni-Oktober 2021, Ini Jadwalnya!
Ilustrasi hutan-foto/merdekacom

Klikhijau.com – Saat penanggalan menunjuk angka 21 Maret, di saat itulah jadi momentum yang tepat untuk merenungi, betapa besar jasa hutan bagi kehidupan ini.

Tanggal 21 Maret memang telah dinobatkan sebagai Hari Hutan Internasional (HHI) atau International Day of Forests sejak tahun 2012 silam oleh  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Peringatan itu diharapkan dapat menumbuhkembangkan kesadaran  akan pentingnya hutan dan pepohonan bagi kehidupan semua semua makhluk hidup di Bumi ini, khususnya manusia.

Hutan menutupi lebih dari 30 persen daratan bumi. Menjadi sumber utama beragam kayu, tumbuhan obat, obatan, dan makanan.

KLIK INI:  Peringatan HHI, Momentum Tepat Bergotong Royong Menjaga Hutan Indonesia

Ada sekitar 1,6 miliar masyarakat dunia menggantungkan hidupnya pada hutan sebagai mata pencaharian dan tempat tinggal. Hutan juga menjadi rumah bagi lebih dari 80 persen keanekaragaman hayati darat dunia.

21 Maret yang tak cukup

Karena hutan sangat penting, maka Indonesia yang menjadi salah satu negara yang memiliki luasan hutan tropis ketiga terbesar di dunia menganggap peringatan hari hutan yang jatuh pada tanggal 21 Maret setiap tahunnya, tidak cukup.

Maka sejak 2020 lalu, setiap tanggal 7 Agustus setiap tahun, akan diperingati sebagai Hari Hutan Indonesia. Peringatan itu, khusus dilakukan di Indonesia, sebagai bagian dari kampanye pentingnya merawat, melindungi, dan melestarikan hutan yang telah menjadi sultan yang sesungguhnya.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diolah Yayasan Madani Berkelanjutan. Hutan alam Indonesia telah menyusut 4 juta hektare dari 2011 sampai 2019. Meski begitu, pembukaan hutan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Fakta pembukaan hutan yang menurun itu harus dipertahankan, agar Indonesia tak kehilangan hutan, yang merupakan sultan yang sebenarnya.

KLIK INI:  Ketika Hutan Digunduli, Inilah yang Terjadi pada Alam dan Manusia

Istilah sultan belakangan ini memang marak digunakan, khususnya pengguna media sosial. Hanya saja penggunaan kata sultan itu, telah mengalami perluasan makna.

Sultan adalah pemimpin suatu kerajaan atau negara. Istilah ini marak digunakan pada kerajaan zaman dahulu, meski sekarang masih ada beberapa negara yang menggunakan kata sultan pada pemimpin negaranya, misalnya Brunei Darusalam, bahkan di Indonesia, sultan juga masih berlaku di beberapa kerajaan di nusantara, misalnya Yogyakarta.

Namun sekarang ini, istilah sultan memiliki makna baru, yakni merujuk kepada orang kaya. Jadi, untuk menjadi sultan di zaman sekarang tak perlu jadi pemimpin negara, cukup memiliki kekayaan yang seolah tanpa ada batasnya dan suka membantu orang lain.

Jika menilik ke dalam diri hutan, maka hutan berpotensi besar dinobatkan sebagai sultan yang sesungguhnya. Kekayaannya tanpa batas dan level kebermanfaatannya kepada seluruh makhluk di Bumi ini tak terhitung.

Menariknya, meski telah menebarkan manfaat tak terhingga. Hutan memilih untuk tak meminta imbalan. Satu-satunya yang bisa ia minta hanyalah dirawat dan dilindungi.

KLIK INI:  Memanen 5 Manfaat Daun Pandan pada Makanan
Fakta hutan adalah sultan

Berikut ini, seperti dikutip dari akun Instagram @madaniberkelanjutan.id adalah bukti hutan adalah sultan:

  • Menyembuhkan berbagai penyakit

Di dalam hutan banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Hutan juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata yang dapat meredakan stress.

  • Mendukung perekonomian masyarakat

Banyak masyarakat yang menggantungkan mata pencahariannya di hutan. Sehingga kalau hutannya lestari dan tetap asri, perekonomian masyarakat akan terlindungi dan apabila hutan rusak, maka mata pencaharian mereka akan terancam rusak.

  • Menyediakan sumber makanan dan air minum

Hutan memiliki ekosistem yang ajaib, sehingga mampu menyediakan ragam kebutuhan nabati dan hayati bagi manusia. Hutan juga menyerap air hujan dan menyaringnya menjadi air bersih yang bisa kita minum.

  • Hutan bikin bumi jadi dingin

Emisi karbon dioksida yang terus meningkat bikin bumi makin panas. Efeknya es kutub mencair , matinya flora dan fauna serta menjadikan manusia  makin emosian. Untungnya ada hutan yang bisa menyerap karbon dioksida. Semakin banyak hutan yang tidak ditebang, maka semakin besar karbon dioksida yang diserap sehingga pemanasan global dapat dicegah dan bumi jadi lebih adem.

  • Rumah bagi keanekaragaman hayati

Lebih dari 80 persen keanekaragaman hayati darat dunia berada di dalam hutan. Karenanya, jika hutan rusak, maka keanekaragaman hayati bakal hancur.

Oya, sahabah hijau peringatan Hari Hutan Indonesia adalah  inisiatif Konsorsium Hari Hutan Indonesia, sebuah forum kolaborasi terdiri dari 27 anggota lintas organisasi. Ke-27 anggota itu memiliki kesadaran dan misi yang sama, yakni berkomitmen penuh  untuk pelestarian hutan negara tercinta ini.

Tahun ini, tema yang diangkat adalah Hutan Kita Sultan’  dengan harapan  jadi pemantik bagi khalayak luas untuk lebih peduli dan sadar akan upaya pelestarian hutan Indonesia, serta mendorong HHI diresmikan oleh Pemerintah Indonesia dan bisa diperingati setiap tanggal 7 Agustus di tahun berjalan.

KLIK INI:  Perihal 14 Biawak yang Dilindungi di Indonesia, Asal, dan Nama Ilmiahnya