Klikhijau.com – Kastuba atau poinsettia telah menobatkan dirinya sebagai salah satu tanaman hias yang menarik. Ia memiliki daun berwarna breaktea, yakni daun yang mempunyai tiga warna yaitu merah tua, merah jambu, dan putih.
Dalam satu batang atau bahkan satu daun, ada jenis kastuba yang memiliki dua warna, yakni merah dan hijau yang membuat pesonanya tidak memudar.
Tanaman bernama latin Euphorbia pulcherrima ini berasal dari Meksiko. Namun demikian ia mudah ditemukan mana saja, bahkan di berbagai belahan dunia sering digunakan sebagai tanaman simbolik saat perayaan natal.
Aghnia Rahmawat dkk, (2020) mengungkapkan, jika tanaman dari kelas Magnoliopsida ini termasuk komoditas hortikultura dengan nilai ekonomi cukup tinggi. Ia banyak diminati konsumen serta dapat dibudidayakan secara komersial.
Penyebab kastuba memiliki nilai ekonomi karena merupakan tanaman musiman atau “seasonal”. Ia hanya diproduksi pada periode tertentu setiap tahunnya (Siska dkk, 2015).
Misalnya di Indonesia permintaan tanaman dari ordo Malpighiales ini cukup tinggi pada perayaan hari-hari tertentu, misalnya menjelang natal, lebaran, Hari Kemerdekaan RI, dan tahun baru.
Ciri tanaman kastuba
Tanaman dari family Euphorbiaceae ini banyak ditemukan daerah subtropis dan tropis. Ia merupakan perdu dengan tinggi bisa mencapai sekitar 3 meter. Ia memiliki bentuk tajuk yang berdiameter seluas 2 meter.
Daun tanaman dari genus Euphorbia adalah tunggal. Bentuknya elips hingga bulat telur. Tangkainya kerap ditemukan adanya 2 hingga 4 lekukan.
Pada ujung daunnya melancip dan memiliki susunan tulang daun menyirip (Lingga, 2006). Tanaman dari kingdom Plantae ini berbunga majemuk. Bentuknya cawan dengan susunan khusus yang disebut dengan bunga semu atau cyathium.
Pada setiap cyathiumnya daun bract atau pelindung yang berbentuk daun sejati berwarna merah, putih, 11 kuning maupun warna lain sesuai dengan varietasnya.
Daun pelindung tersebut merupakan ciri khusus dari tanaman ini. Hal itu membuatnya mudah dikenali. Bunga betinanya berada di antara bunga jantan yang tidak memiliki mahkota, tetapi di sekitarnya memiliki bunga semu.
Maulid, (2014) menegaskan jika tanaman ini menunjukkan perbedaan warna dalam pertumbuhan daunnya. Perbedaan warna tersebut menunjukkan adanya perbedaan kandungan pigmen daun termasuk pigmen klorofil dan antosianin.
Antosianin sendiri adalah golongan senyawa flavonoid. Senyawa ini dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan sebagai sumber antioksidan
Kandungan kastuba
Daun dari tanaman ini mengandung senyawa anti inflamasi, antibakteri, dan serta antioksidan seperti terpenoid, saponin, flavonoid, tannin, dan alkaloid. Daunnya yang berwarna merah juga mengandung antosianin (Sopiah, Mulyasari, dan Yuanita, 2019).
Pada seluruh seluruh bagian tanaman ini, baik akar, batang maupun daunnyamengandung berbagai senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan yang beragam seperti flavonoid, tannin, dan saponin pada.
Rauf dan Muhammad (2013) menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun tanaman ini memiliki efek penghambatan radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazy (DPPH) lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak kloroform, etil asetat, dan n-heksana.
Ekstrak metanol daunnya mempunyai kemampuan menghambat radikal bebas DPPH tertinggi sebesar 90,22 persen pada konsentrasi ekstrak 500 μg/ml dan konsentrasi terendah 20 μg/ml dapat menghambat radikal bebas sebesar 24,94 persen.
Tananam obat
Elvina Veronica dan Ni Kadek Sinta Dwi Chrismayanti, (2020) mengungkapkan bahwa kastuba berpotensi sebagai obat alternatif antimalarial terhadap Plasmodium falciparum. Meski begitu belum ada penelitian yang mengungkapkan jika kastuba ampuh mengatasi malaria
Sementara itu, masyarakat Lombok Timur sering menggunakan tanaman ini sebagai obat luka luar, obat sakit gigi, maupun sebagai bahan masakan.
Di negara asalnya, yakni Meksiko, tanaman ini sering digunakan sebagai ramuan obat tradisional di antaranya untuk mengobati sakit perut dan penyembuhan luka
Selain itu, Elvina Veronica, dkk (2021) mengungkapkan ekstrak daun tanaman dari divisi Magnoliophyta ini berpotensi sebagai tabir surya yang dapat melindung kulit dari paparan sinar UV. Potensi itu dikarenakan daun tanaman ini mengandung antioksidan.
Meski begitu belum ada penelitian yang menjelaskan tanaman ini sebagai fotoprotektor, agen pencegah penuaan dengan menstimulasi jaringan fibroblas dan kolagen maupun sebagai tabir surya.
Walau begitu, terdapat beberapa penelitian tanaman herbal yang memiliki aktivitas antioksidan yang sama dengan kastuba dan dapat dijadikan tabir surya.
Dianggap beracun
Penggunaan tanaman kastuba sebagai tanaman obat masih menjadi hal yang kontroversial. Hal itu dikarenakan banyak orang yang sudah terpengaruh mitos, tanaman ini memiliki racun yang membahayakan.
Namun, berdasarkan hasil penelitian tanaman ini ternyata tidak berbahaya. Dari 22.793 kasus keracunan akibat racun tanaman kastuba yang dilaporkan, setelah ditelaah lebih teliti, sebesar 98,9 persen kasus keracunan tersebut bukan disebabkan tanaman kastuba, melainkan karena sebab lainnya.
Meski begitu menurut Lingga, (2006) kastuba memiliki sifat farmakologi pahit, sepat, bersifat sejuk dan toksin atau beracun.
Sifat ini berkhasiat untuk menghentikan pendarahan, sebagai pencahar (purgativum), menghilangkan bengkak, dan melancarkan ASI.
Karena sifatnya yang beracun, maka untuk penggunaannya hanya dapat digunakan sebagai obat luar dengan dosis 10 gram herba segar untuk 1 kali pemakaian—tidak boleh lebih.