Klikhijau.com – Di tengah gemuruh pembangunan modern, Desa Anrang memilih kembali ke kearifan lokal. Bukan turbin raksasa, melainkan kincir air sederhana yang menjadi solusi.
Sentuhan alam berpadu dengan akal budi, menghasilkan tetesan air bersih yang lebih berharga dari sekadar materi. Inilah cerita tentang inovasi yang membumi.
Kisah di tepi Sungai Balangtieng bermula dari mimpi sederhana air bersih mengalir tanpa henti. Mimpi itu kini bertransformasi menjadi kenyataan berkat tangan-tangan kreatif di Desa Anrang. Sebuah kincir air, yang diresmikan di tengah rimbunnya pohon Hari Bumi.
Babak Baru dalam Perjuangan Mendapatkan Hak Dasar
Sekretaris Daerah (Sekda) Bulukumba Muh Ali Saleng meresmikan Kincir Air yang dibangun Pemerintah Desa Anrang di Dusun Tonrong, Desa Anrang, Kecamatan Rilau Ale, Sabtu 26 April 2025.
Peresmian kincir air ini dilaksanakan seusai Sekda Ali Saleng melakukan penanaman pohon serentak dalam rangkaian peringatan Hari Bumi Sedunia tahun 2025 di seputaran daerah aliran sungai (DAS) Balangtieng Desa Anrang.
Kepala Desa Anrang, Ismail mengaku bersyukur kincir air tersebut sudah resmikan. Dia mengungkap bahwa pembangunan kincir air menggunakan dana desa tahun anggaran 2024.
“Kincir air ini dibangun tahun 2024, pengerjaannya mulai November sampai Desember,” ujar Ismail dalam sambutannya.
Lebih lanjut, kepala desa dua periode ini, menyatakan, kincir air dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Apalagi saat memasuki musim kemarau nantinya.
Menurut Ismail, kincir air ini berfungsi untuk memompa air dari dasar sungai, kemudian mengangkat air dengan ketinggian sekira 100 meter vertikal. Hal itu, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat.
Kincir air tersebut adalah salah satu model pemanfaatan energi terbarukan, dimana pompa air yang digunakan digerakkan oleh kincir air.
“Pemerintan desa berinisiatif membangun kincir air sederhana. Sebab kalau menginginkan yang jauh lebih bagus dari ini dengan model gravitasi, agak jauh dari daerah Kindang baru dapat, sehingga butuh anggaran besar miliaran,” jelas Ismail.
Sekda Ali Saleng mengapresiasi pembangunan kincir air tersebut, sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban dana desa tahun lalu. Dia berharap kincir air bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Ali Saleng berharap, kincir air ini tak hanya menjangkau 50an rumah tangga saja di desa Anrang. Apalagi dengan sumber air yang cukup besar.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Bulukumba mewakili Bupati dan Wakil Bupati, saya menyampaikan apresiasi sekaligus penghargaan setinggi-tingginya kepada Pemerintah Desa Anrang yang telah berinovasi. Ini patut kita banggakan,” ujar Ali Saleng.
Seruan Inovasi di Desa
Lebih jauh, mantan Kadis Pariwisata ini berharap pemerintah desa lain juga ikut berinovasi, meski bukan dalam bentuk inovasi kincir air. Tetapi dalam bentuk inovasi lain yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Kincir air ini teknologinya cukup sederhana. Tapi yang utama adalah keinginan untuk memberi manfaat bagi masyarakat,” ujar Ali Saleng.
Turut hadir dalam peresmian Kincir Air tersebut anggota DPRD Bulukumba Dapil Bulukumpa-Rilau Ale, H. Ilham Bahtiar dan Nurlina, serta Kadis LHK Andi Uke Indah Permatasari.
Kincir Air Teknologi Lama yang Bangkit
Kincir air, teknologi sederhana yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, kini kembali menjadi primadona dalam perbincangan inovasi energi dan ketahanan air dunia.
Berkat prinsip kerjanya yang memanfaatkan aliran air untuk menghasilkan energi mekanis, kincir air tidak hanya digunakan untuk suplai air di daerah terpencil, tetapi juga bertransformasi sebagai bagian dari sistem energi terbarukan modern.
Prinsip Kerja Kincir Air
Secara historis, kincir air telah digunakan sejak masa Yunani Kuno dan Kekaisaran Romawi untuk menggiling biji-bijian dan mengalirkan air irigasi (Abbasi & Abbasi, 2019). Prinsip dasarnya sederhana: energi kinetik dari aliran air diubah menjadi energi mekanis melalui putaran baling-baling atau roda air.
Menurut studi Aswandi dan Putra (2021), kincir air tipe undershot (roda berada di bawah aliran) banyak digunakan di sungai berarus cepat, sedangkan tipe overshot (air dialirkan dari atas roda) lebih efektif di daerah berbukit dengan saluran air terkontrol.
Kincir Air sebagai Solusi Suplai Air
Di banyak wilayah pedesaan, terutama di negara berkembang, kincir air telah menjadi alternatif penting dalam menyediakan air untuk irigasi dan kebutuhan rumah tangga.
Sistem kincir air non-elektrik ini dinilai lebih hemat energi dan ramah lingkungan dibanding pompa berbahan bakar fosil.
Riset Sari dan Wibowo (2022) di Desa Banyumas menunjukkan bahwa kincir air sederhana mampu mengalirkan air hingga ketinggian 7 meter dengan debit 1 liter/detik tanpa menggunakan listrik.
Ini membuka peluang besar untuk sistem irigasi mikro di lahan pertanian kecil, khususnya di daerah pegunungan atau pedalaman.
Energi Terbarukan
Selain untuk suplai air, kincir air juga berkembang sebagai bagian dari sistem pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Dengan memanfaatkan debit air kecil dari sungai atau kanal, kincir air dapat menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik skala lokal.
Menurut Bukhari et al. (2020), efisiensi sistem mikrohidro berbasis kincir air bisa mencapai 70-80% tergantung pada desain dan kondisi aliran air. Teknologi ini kini menjadi andalan dalam program elektrifikasi pedesaan di banyak negara Asia dan Afrika.
Beberapa pemanfaatan kincir air dalam energi terbarukan meliputi:
- Pembangkit listrik skala rumah tangga kincir air kecil untuk rumah-rumah terpencil.
- Hybrid system, menggabungkan kincir air dengan solar panel untuk ketahanan energi.
- Desalinasi air laut menggunakan energi mekanis kincir untuk menggerakkan pompa desalinasi sederhana (Hasanah & Setiawan, 2023).
- Smart irrigation Sistem irigasi otomatis berbasis energi air untuk mengoptimalkan penggunaan air di pertanian.
Meski sederhana, penerapan kincir air menghadapi tantangan teknis seperti ketergantungan pada debit air dan kebutuhan perawatan berkala.
Untuk mengatasi hal ini, para peneliti mulai mengembangkan kincir air berbahan ringan dan tahan korosi, serta sistem modular yang mudah dipasang dan dibongkar.
Studi oleh Nguyen et al. (2021) tentang kincir air berbahan komposit polimer memperlihatkan peningkatan ketahanan terhadap beban dinamis dan umur pakai hingga 25% lebih lama dibanding bahan konvensional.
Teknologi Lokal, Solusi Global
Menghidupkan kembali kincir air bukan sekadar nostalgia, tetapi langkah strategis menuju dunia yang lebih hijau. Sebagai teknologi low-cost, low-carbon, dan low-tech, kincir air membuktikan bahwa inovasi tidak selalu harus rumit untuk berdampak besar.
Dengan pengembangan riset dan kolaborasi antar sektor, kincir air berpotensi menjadi salah satu tulang punggung energi terbarukan berbasis komunitas di era perubahan iklim ini.