Menggugah Kepedulian Generasi Muda Melalui Pendidikan Konservasi Elang Jawa

oleh -278 kali dilihat
Kabar Gembira, Bayi Elang Jawa Kembali Lahir Di TN Bromo
Burung Elang Jawa - Foto/KLHK

Klikhijau.com – Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan satu dari empat jenis elang yang ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

Jenis elang lain yang menghuni TNGGP adalah elang brontok  atau Nisaetus cirrhatus, elang ular bido atau Spilornis cheela, dan elang hitam atau Ictinaetus malayensis. Keberadaan elang-elang ini di alam masih relatif terjaga.

Khusus elang Jawa, pada hari Jumat, 27 Mei 2022 lalu. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) melakukan kegiatan Sosialisasi Program Konservasi Elang Jawa. Kegiatan sosialisasi itu digelar di Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa Cimungkad, Sukabumi.

Sosialisasi tersebut terlaksana atas kerja sama dengan Taman Safari Indonesia (TSI), PT. Smelting, dan Filantra. Tujuannya untuk memperkenalkan pentingnya kegiatan konservasi elang jawa dan habitatnya kepada generasi muda, sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta, bangga, dan peduli terhadap pelestarian elang Jawa secara berkelanjutan.

KLIK INI:  Misterius, Pantai di Inggris Diserbu Ribuan Kepiting Mati

“Melalui sosialisasi Pendidikan Konservasi Elang Jawa ini diharapkan dapat menjadi sarana pendidikan, pemahaman untuk meningkatkan kesadaran, dan kepedulian semua pihak akan pentingnya melestarikan satwa langka ini agar dapat diwariskan kepada para generasi mendatang secara berkelanjutan,” ujar Indra Eksploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat memberi sambutan.

Mendukung kehidupan elang

Indra juga menjelaskan, kondisi alam TNGGP secara umum cukup mendukung kehidupan elang pada habitat aslinya, dengan bentang alam yang sesuai, yakni lembah tempat berburu, bukit, pohon yang tinggi tempat mengincar mangsa, kelimpahan pakan, serta aktivitas manusia yang masih tergolong tidak terlalu tinggi).

Terlebih dengan terus dilakukan upaya restorasi pada kawasan yang terdegradasi (eks hutan produksi yang beralih fungsi menjadi kawasan konservasi).

“Kondisi ekosistem di TNGGP diharapkan dapat kian mendukung kehidupan berbagai satwa,” imbuh Indra.

Keberadaan Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa Cimungkad dibangun pada tahun 2020. Pembangunannya sendiri melalui sumber dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan beberapa pertimbangan, yakni:

KLIK INI:  Berikut 5 Poin Rekomendasi Penanganan Sampah Plastik pada Pertemuan ACCPP
  • Karena sejarah

Di tempat tersebut terdapat beberapa peninggalan Keluarga Bartels sebagai penemu elang jawa berupa makam dan tapak rumah tinggal yang saat ini difungsikan menjadi museum.

  • Tempat pelestarian elang Jawa

Pertimbangan selanjutnya,  karena telah banyak upaya-upaya pelestarian elang jawa sebagai penguatan fungsi pengelolaan taman nasional, khususnya tentang konservasi elang jawa, yang terintegrasi dengan pelayanan kepada pengunjung terutama wisatawan minat khusus, sehingga memberikan kesan tersendiri ketika berwisata ke Cimungkad.

KLIK INI:  Yumna, Sang “Garuda” yang Kembali Terbang Bebas di BTNGHS
  • Menjadi sarana edukasi

Pertimbangan lain kenapa  dibangun di Cimungkad, karena agar  menjadi sarana edukasi bagi masyarakat setempat tentang keberadaan elang jawa. Juga proses penyelamatan serta rehabilitasi satwa elang jawa, yang diupayakan terus terintegrasi dengan beberapa pihak pengelola seperti Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ) TNGHS di Loji, Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) BBKSDA Jawa Barat, Taman Safari Indonesia (TSI).

Hal ini penting agar tumbuh kepedulian di masyarakat sekitar terkait keberadaan Elang jawa disekitar tempat tinggal mereka.

Sejak tahun 2018 TSI yang merupakan Lembaga Konservasi (LK), bekerja sama dengan PT. Smelting serta dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melaksanakan program pengembangbiakan elang jawa secara ex-situ.

Saat ini TSI memiliki elang jawa sebanyak 14 individu yang berasal dari 3 pasang indukan dan berhasil mengembangbiakan anakan sebanyak 8 individu.

KLIK INI:  Cakkelle dan Panning, 2 Ciri Khas Wanua Latemmamala

Dari anakan hasil breeding ini, sebagian sudah dipersiapkan sebagai kandidat program pelepasliaran sebagai upaya mendukung pelestarian berkelanjutan spesies tersebut.

Smelting sendiri merupakan perusahaan yang beroperasi di Gresik, Jawa Timur. PT. Smelting memiliki komitmen melakukan pengabdian masyarakat dan lingkungan tidak hanya di Jawa Timur namun di seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan filosofi perusahaan, yaitu untuk setiap orang, masyarakat, dan bumi.

Pada implentasinya PT. Smelting melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa di Desa Cikahuripan dan Desa Muara Dua untuk dapat menjadi Desa Wisata. Mereka  mengusung tema “Balik Ka Bumi”.

Smelting telah melakukan banyak kegiatan training untuk pengembangan soft skill pemuda setempat dan pemberian bantuan, di antaranya:

  • Pembekalan pendidikan konservasi
  • Pelatihan pengelolaan bank sampah
  • Pelatihan pengembangan e-commerce bagi produk kerajinan tangan
  • Media informasi di pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa, dan
  • Pembangunan saung “Balik Ka Bumi”

Saung ini merupakan rest area wisata. Di dalamnya terdapat penjualan kerajinan setempat, oleh-oleh dari UKM lokal, kafé dan kuliner yang dikelola para pemuda setempat.

KLIK INI:  Di Antara 50 Miliar Burung Liar, Ini 4 Spesies Burung Paling Dominan!