Mengerem Krisis Keanekaragaman Hayati dengan Konservasi Lahan, Bisakah?

oleh -407 kali dilihat
Strategi Penyelamatan Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Ilustrasi keaneragaman hayati/foto-Pak Pandani

Klikhijau.com – Keanekaragaman hayati adalah hadiah istimewa dari alam kepada manusia. Ia memiliki beragam manfaat untuk menunjang keberlangsungan hidup manusia di dunia ini.

Karena itu sangat penting untuk menjaganya. Karena dengan menjaga keanekaragaman hayati, secara otomatis akan menjamin keseimbangan ekosistem dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan dan sumber pangan.

Hanya saja meski memiliki peran maha penting, keanekaragaman hayati tidak lepas dari ancaman krisis. Penyebabnya pun, adalah manusia—makhluk yang paling banyak menerima manfaat dari – keanekaragaman hayati.

Melihat keanekaragaman hayati semakin terpuruk, maka berbagai upaya pun dilakukan agar krisis keanekaragaman hayati bisa berhenti.

KLIK INI:  Bertabur Hadiah, Lomba Mewarnai Momen Hari Bumi di SD Impres Batua 1 Makassar

Belum lama ini, seperti dilansir dari earth ada  sebuah studi yang dipimpin oleh University of Amsterdam (UvA).

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Science itu mengungkapkan bahwa peningkatan pesat dalam ruang lingkup dan efektivitas upaya konservasi global sangat penting untuk menjaga integritas ekologi planet kita.

Para ahli telah menemukan bahwa  bumi memerlukan konservasi untuk menjaga keanekaragaman hayati , yang 44 persen dari luas daratan Bumi  atau sekitar 64 juta kilometer persegi atau 24,7 juta mil persegi.

Para ahli itu menggunakan algoritme geospasial canggih untuk memetakan area optimal untuk melestarikan spesies dan ekosistem terestrial di seluruh dunia. Mereka menggunakan skenario penggunaan lahan eksplisit untuk menilai seberapa banyak lahan ini berisiko dari aktivitas antropogenik pada akhir dekade ini.

“Studi kami adalah perkiraan terbaik saat ini tentang berapa banyak lahan yang harus kita lestarikan untuk menghentikan krisis keanekaragaman hayati – ini pada dasarnya adalah rencana konservasi untuk planet ini,” jelas James Allan yang menjadi penulis utama studi tersebut.

Allan yang juga seorang ilmuwan konservasi di UVA juga mengatakan, bahwa kita harus bertindak cepat, model yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa lebih dari 1,3 juta km 2  dari tanah penting ini – area yang lebih besar dari Afrika Selatan – kemungkinan habitatnya akan dibuka untuk penggunaan manusia pada tahun 2030, yang akan menghancurkan satwa liar.

KLIK INI:  Diperlukan Peran Generasi Muda dalam Aksi Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Telah lama diterapkan

Sebenarnya pemerintah lebih dari satu dekade lalu telah menetapkan target global untuk melestarikan setidaknya 17 persen ekosistem darat. Caranya dengan melalui kawasan lindung dan pendekatan berbasis situs lainnya untuk melindungi keanekaragaman hayati.

Dan  pada tahun 2020 target ini dinilai terlalu rendah untuk menghentikan penurunan keanekaragaman hayati dan mencegah krisis keanekaragaman hayati yang masif.

Melihat target tersebut kurang memadai, maka dikeluarkanlah target baru yang ditetapkan oleh organisasi pemerintah (30 persen) tampaknya masih belum mencukupi.

“Meskipun ini adalah langkah besar ke arah yang benar, penelitian kami menunjukkan bahwa tujuan dan kebijakan yang lebih ambisius untuk menjaga integritas ekologi di luar target 30 persen ini sangat penting,” kata  Kendall Jones, spesialis perencanaan konservasi di Wildlife Conservation dan juga rekan penulis studi

Jones juga berpendapat jika negara-negara serius dalam menjaga keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem yang menopang kehidupan di Bumi. Mereka perlu segera meningkatkan upaya konservasi mereka, tidak hanya dalam luas dan intensitas tetapi juga dalam efektivitas.

KLIK INI:  Atasi Sampah Plastik Sungai, Pemerintah Kembangkan Teknologi dari Belanda

Menurut para ahli, semua lahan yang diidentifikasi ini tidak harus dirancang sebagai kawasan lindung, melainkan dikelola melalui berbagai strategi, termasuk tindakan konservasi berbasis kawasan yang efektif, atau kebijakan penggunaan lahan yang berkelanjutan.

“Tindakan konservasi yang mempromosikan otonomi dan penentuan nasib sendiri orang-orang yang tinggal di tanah ini. Sementara juga menjaga integritas ekologi sangat penting,” kata Dr. Allan.

“Kami memiliki banyak alat konservasi yang efektif, mulai dari memberdayakan Masyarakat Adat untuk mengelola lingkungan alam mereka. Sehingga kebijakan yang membatasi deforestasi atau memberikan pilihan mata pencaharian yang berkelanjutan, dan tentu saja kawasan lindung,” lanjutnya.

Mengerem krisis keanekaragaman hayati dinilai sangat penting, sebab keanekaragaman hayati mempunyai tiga manfaat besar, yaitu; manfaat lingkungan, ekonomi, dan manfaat sosial. Ketiga manfaat ini sangat dibutuhkan oleh manusia.

KLIK INI:  SMK Kehutanan Negeri Makassar Dukung Gerakan Rimbawan Anti Narkoba

Sumber: Earth