Edukasi Kesadaran Konservasi Siswa di Bone, TN Babul Gandeng SMK Kehutanan

oleh -501 kali dilihat
Menumbuhkan Kesadaran Konservasi, TN Babul Edukasi Siswa di Bone
Edukasi siswa di Bone, Balai TN Babul libatkan siswa SMK Kehutanan Makassar - Foto: Sukardi
Ramli

Klikhijau.com – Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) menggelar kampanye penyadartahuan satwa prioritas di Desa Bonto Masunggu, Tellu Limpoe Kabupaten Bone, (29/3).

Kegiatan penyuluhan yang diikuti sekira 21 orang siswa ini berlangsung meriah. Mereka merupakan siswa-siswi kelas 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satu Atap 2 Tellu Limppoe, Kabupaten Bone.

Kampanye penyadartahuan ini merupakan media memberikan pemahaman dan penguatan literasi konservasi untuk generasi muda.

Menariknya, kegiatan ini melibatkan pula siswa SMK Kehutanan Makassar dalam berbagi informasi dan pengalaman ke para siswa. Mereka mengajak generasi muda menjaga kelestarian alam, terutama satwa yang dianggap penting serta habitatnya.

“Dirjen KSDAE mencanangkan program ‘KSDAE mengajar’, seluruh unit pelaksana teknis diminta melakukan pembelajaran di desa-desa binaannya,” terang Iqbal Abadi Rasjid, S.Pt., M.P., Kepala Seksi 1, TN BABUL, saat memberi sambutan.

Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Balocci memulai mengajar dari Desa Bonto Masunggu. Menggandeng siswa SMK Kehutanan Makassar sebagai perpanjangan lidah TN Babul untuk mengedukasi peserta sosialisasi.

KLIK INI:  Menebar Spirit 8 Rumusan Ekspose Kinerja BBKSDA untuk Kehidupan Berkelanjutan

“Adik-adik apabila melihat ada orang yang berburu monyet, rangkong atau elang harus berani menyampaikan kalau satwa itu dilindungi. Satwa-satwa tersebut adalah kekayaan kampung kita, kalau punah nanti hanya tinggal cerita. Anda adalah corong kami untuk mengedukasi mereka. Sampaikan bahwa satwa tersebut penyeimbang alam,” jelas Iqbal.

konservasi
Foto monyet di habitatnya – Foto: Ramli

Para siswa diajak untuk menjaga kelestarian alam. Utamanya menjaga satwa-satwanya dan melindungi habitatnya dari keserakahan para perusak.

“Monyet atau dare masih sering merusak tanaman sehingga mereka buru. Masyarakat juga suka menembak rangkong untuk jadikan paruhnya sebagai koleksi. Rusa masih banyak yang incar sebagai sumber protein,” terang Ir. Anshar, Kepala Sekolah SMP Satap 2 Tellu Limpoe.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa dan masyarakat Desa Bontomasunggu dan sekitarnya terhadap pentingnya menjaga satwa dan habitanya. Masyarakat perlu menyadari bahwa hutan merupakan wilayah yang wajib dilindungi, dengan begitu satwa-nya juga perlu dijaga bersama.

“Dengarkan dan resapi materi dengan baik. Pelajari, karena ini jarang diajarkan guru kita. Setelah paham, sampaikan ke teman-teman lainnya. Juga kepada ibu bapaknya di rumah, apa yang kalian ilmui hari ini,” jelas Anshar kepada anak didiknya.

Setelah pemberian materi, peserta diajak bermain games. Menjawab secara cepat pertanyaan panitia. Yang menjawab cepat dan benar akan mendapatkan hadiah. Tak lupa stiker satwa prioritas ditebarkan agar masyarakat bisa mengenalnya lebih dekat.

Salah seorang panitia melontarkan pertanyaan. Kenapa burung gosong diberi nama burung gosong? Sontak salah satu peserta menjawab: karena warnanya ‘lotong’ alias hitam. Semua yang ada di ruangan tertawa.

“Semoga melalui sosialisasi ini, siswa sasaran memahami arti penting keberadaan satwa dan mau menjaganya,” harap Iqbal.

KLIK INI:  Sinergitas, Kunci Mencegah ‘Illegal Trade’ Satwa Dilindungi di Masa Pandemi