KAHMI Sulsel Gelar FGD: Dorong Mitigasi Bencana Alam

oleh -69 kali dilihat
FGD KAHMI-foto/ist

Klikhijau.com– Majelis Wilayah (MW) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Provinsi Sulawesi Selatan, gelar Focus Group Discussion (FGD) di Hotel MaxOne, Sabtu, 28 September 2024.

Mengusung topik ‘‘Mainstremening Isu Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Provinsi Sulawesi Selatan’’, FGD ini melibatkan kurang lebih 50 peserta yang terdiri dari instansi pemerintah, civitas akademisi Unhas, Walhi Sulsel, NGO dan influencer lingkungan.

Salah satu fokus utama dalam kegiatan ini bertujuan untuk menganalisa penyebab beserta dampak bencana banjir dan tanah longsor yang sering melanda wilayah Sulawesi Selatan.

‘‘Kita tahu akhir-akhir ini, khususnya wilayah Luwu itu baru saja dilanda banjir bandang. Tentu ini menjadi perhatian kita semua. Melalui kegiatan ini didorong pendekatan multi-stakeholder yang akan menjadi rekomendasi kepada pemimpin yang akan terpilih entah itu bupati, walikota atau calon gubernur,’’ ujar Ayunda Padriarki, Presidium KAHMI.

KLIK INI:  KLHK Harapkan Ini Terhadap Vonis Pembunuh Harimau Bunting di Riau

Dalam diskusi yang berlangsung interaktif, Direktur SCF yang wakili oleh Pak Masdur, para peserta membahas secara mendalam kondisi geografis dan statistik kejadian banjir dan tanah longsor di Sulawesi Selatan.

‘‘Intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu, faktor lain seperti kondisi tanah dan banyaknya alih fungsi lahan turut bersumbangsi terjadinya bencana ini,” pungkasnya.

Darurat bencana ekologis

Dengan meningkatnya frekuensi bencana alam, Sulawesi Selatan dihadapkan pada tantangan besar untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Direktur Walhi yang diwakili oleh Fadli menuturkan bahwa saat ini Sulawesi Selatan darurat bencana ekologis.

KLIK INI:  BKSDA Bengkulu Gagalkan Pengiriman Ilegal 787 Ekor Satwa Liar Burung

‘‘Bencana ekologis yang terjadi menyebabkan kerugian, tercatat bencana ekologis di Sulawesi Selatan pada bulan Mei 2024 mencapai 82,1 M. Derdasarkan satelit pemantauan hujan (zoom earth) nampak bahwa daerah sekitar pegunungan Lantimojong (bagian utara Sulawesi Selatan, berdekatan dengan Kabupaten Enrekang, Tanah Toraja, Sidrap dan Luwu dan sebagian wilayah Sulawesi Selatan bagian timur (teluk bone) mulai diguyur hujan dengan intensitas hujan yang sangat tinggi, yakni kisaran 0,5 hingga 8 mm/h,’’ tegasnya.

Pelbagai aspek yakni faktor geologis, hidrometeorologis, perubahan iklim, penebangan hutan dan pengelolaan sumber daya alam yang buruk menjadi faktor penyumbang utama meningkatnya risiko bencana di Sulawesi Selatan.

‘‘Bencana banjir dan tanah longsor merupakan isu krusial di Sulawesi Selatan, tentu menjadi sangat penting untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana di masa mendatang, demi keberlanjutan lingkungan dan kemaslahatan bersama,’’ jelas Asri Tadda penangggung jawab FGD.

KLIK INI:  Belantara Foundation Promosi 'Forest Restoration Project', di Pameran EcoPro 2022, Jepang