Perihal Bekantan dan Kunjungan Wamenhut ke TWA Pulau Bakut

oleh -8 kali dilihat
Mengenal Lebih Jauh Bekantan: Keunikan, Ancaman, hingga Upaya Perlindungan
Bekantan - (Foto bekantan di Kalimantan Timur, dokumentasi YPUI)

Klikhijau.com –  Bekantan atau yang juga dikenal dengan nama monyet Belanda merupakan limpahan keanekaragaman hayati Pulau Kalimantan (Borneo). Primata yang hanya ditemukan di Kalimantan ini termasuk sub famili Colobinae yang memiliki sistem pencernaan seperti hewan ruminansia.

Satwa dengan nama ilmiah Nasalius lavartus ini memiliki keunikan tersendiri, perut sangat besar  yang terbagi menjadi empat bagian dan dipenuhi bakteri yang memfermentasi makanan sehingga memungkinkan primata ini memperoleh energi dengan mencerna dedaunan.

Ukuran perutnya yang besar sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.

Sistem pencernaannya yang khusus dan teradaptasi dengan hutan menyebabkannya kurang mampu hidup di areal terbuka atau habitat buatan.

KLIK INI:  Selain sebagai Sayuran, Okra Juga Dapat Mengatasi Mikroplastik

Makanan utama bekantan adalah daun-daunan, bunga, buah-buahan mentah dan biji-bijian. Bekantan membantu regenerasi hutan dengan menebarkan biji-bijian yang dimakannya.

Keunikan lain yang dimiliki bekantan adalah hidungnya yang besar terutama pada individu jantan. Hal ini diduga berkaitan dengan pengaturan suhu tubuh. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.

Panasnya hutan rawa pesisir dan ukuran tubuh bekantan yang cukup besar serta rongga fermentasi dalam perutnya menghasilkan panas yang menyebabkan bekantan kesulitan untuk menjaga suhu tubuhnya.

Hidung yang besar menyediakankan ruang yang lebih luas untuk membuang panas tubuh. Selain itu, hidung tersebut juga menjadi daya tarik seksual karena betina lebih menyukai jantan berhidung besar.

KLIK INI:  Simpanse Juga Mengalami Menopause?

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg.

Penyebaran bekantan sangat terbatas di hutan rawa pesisir terutama mangrove, hutan rawa gambut serta hutan di sekitar sungai besar (riparian). Keberadaan bekantan terancam akibat degradasi habitat dan perburuan.

Kunjungan Wamenhut

Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Sulaiman Umar melihat langsung pengelolaan kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut di tengah Sungai Barito, Kalimantan Selatan, pada Sabtu (25/01/2025).

TWA Bakut seluas 15,58 Hektare yang berada tepat di bawah Jembatan Barito ini merupakan habitat bekantan yang merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan dan fauna identitas Provinsi Kalimantan Selatan.

Wamenhut mempraktikan langsung pembayaran tarif masuk pengunjung TWA yang telah mengakomodir berbagai macam platform aplikasi dompet digital nasional.

KLIK INI:  Berkenalan dengan Burung Gosong Kaki Merah yang Tak Bisa Mengerami Telurnya Sendiri

Wamenhut juga menyusuri jalur jembatan kayu sepanjang 600 meter untuk melihat keberadaan Bekantan, selain itu ia juga melakukan simbolis penanaman pohon untuk mendorong budaya menanam pohon yang telah menjadi bisnis proses baru dalam pengelolaan sektor kehutanan.

“Meskipun berada di bawah Jembatan Barito, upaya perlindungan Bekantan di Pulau Bakut tetap terjaga. Ini menjadi bukti kesinambungan antara konservasi kehati dan pembangunan,” ujar Wamenhut.

Upaya konservasi TWA Pulau Bakut dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan (BKSDA Kalsel) bekerjasama dengan para pihak.

Kawasan TWA Pulau Bakut ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam yang berfungsi sebagai taman wisata alam melalui SK Menhut No.140/kpts-II/2003 tanggal 21 April 2003.

KLIK INI:  Melihat Upaya BBKSDA NTT dalam Melestarikan Komodo

Habitat bekantan masih dapat dijumpai di beberapa lokasi antara lain di Suaka Margasatwa (SM) Pleihari Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar Alam (CA) Pulau Kaget, CA Gunung Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang. Juga terdapat di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.

Sejak tahun 2000 oleh IUCN Redlist bekantan dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional).

KLIK INI:  Menanti Hasil Autopsi Gajah Sumatera yang Mati di Mukomuko, Bengkulu