BW KEHATI Edukasi Masyarakat Melalui Sensus Burung

oleh -216 kali dilihat
Namanya Cerek-pasir besar, Burung Mungil yang Larinya Kencang
Burung Cerek-pasir besar - Foto: Akhmad David

Klikhijau.com –  Sensus penduduk mungkin tidak asing lagi di pendengaran. Namun, bagaimana dengan sensus burung. Pernah dengar? Kenapa pula burung harus disensus?

Belum lama ini Biodiversity Warriors (BW) KEHATI melakukan sensus burung air Asia (Asian Waterbird Census). Sensus itu dilakukan di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta 15 Januari 2023 lalu.

Sahabat hijau tidak perlu kaget dan mengira ini sensus dadakan. Tidak seperti itu kenyataanya. Sensus ini memang rutin dilaksanakan setiap tahun di bulan Januari pada minggu kedua sampai minggu ketiga.

Jika tahun-tahun sebelumnya, sensus burung biasanya dilakukan  BW KEHATI di Hutan Lindung Angke Kapuk. Tahun ini BW KEHATI memilih  Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk. Jarak 7 km dari Hutan Lindung Angke Kapuk.

KLIK INI:  Melawan Perubahan Iklim, Youtuber ini Berkolaborasi untuk Tanam 20 Juta Pohon

Kenapa pula harus ada sensus burung? Tujuan utamanya adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda tentang keberadaan burung, khsususnya air yang jadi sasaran sensus.

Burung air memiliki populasi  di lahan basah. Keberadaannya memiliki  peran penting bagi manusia dan alam sekitar.

Populasi burung air telah menjadi indikator lingkungan yang penting dalam pengelolaan lahan basah. Di beberapa daerah persawahan, burung air bermanfaat sebagai pengendali hama.

Sayangnya meski memiliki peran penting, perubahan iklim juga berdampak buruk bagi burung air.   Perubahan siklus musiman seperti curah hujan mempengaruhi berbagai hal yang mendukung kehidupan burung air.

Beberapa burung air seperti burung perancah, burung laut, juga burung pantai sangat bergantung terhadap keberadaan lahan basah untuk mencari makan serta tempat bersarang.

Dengan adanya perubahan ketinggian air laut dapat menyebabkan pergeseran garis pantai berpengaruh pada burung pantai. Karena tempat itu merupakan  tempat para burung pantai mencari makan.

KLIK INI:  Cuaca Panas Terik Akan Sampai Kapan? Ini Prediksi BMKG!

Akibatnya, jumlah burung yang dapat mencari makan dalam satu tempat semakin sedikit dan memaksa sebagian lainnya mencari tempat baru untuk mendapatkan makanannya. Pergeseran garis pantai yang terjadi juga memaksa para burung tersebut untuk mencari tempat bersarang yang lebih jauh dari wilayah pesisir ke arah daratan.

Nasib burung pantai atau air tidak hanya berada  dalam ancaman. Tetapi, perubahan cuaca yang semakin ekstrim mengganggu kemampuan sebagian besar burung laut untuk mencari makanan dan bermigrasi karena hanya sedikit jenis burung laut yang dapat bertahan pada cuaca ekstrim dan badai seperti burung cikalang dan petrel.

Cuaca buruk juga dapat mengurangi angka harapan hidup mereka. Terlebih lagi, jenis-jenis migrasi seperti bangau bluwok dan cikalang Christmas perlu mengubah kompas dan waktu mereka dalam melakukan migrasi tahunan.

Burung air harus berjuang untuk mencari tempat tinggal yang semakin tidak menentu. Rawa dan danau yang mengering, perubahan bentuk lahan basah, serta perubahan musim yang tidak menentu mengharuskan burung air harus beradaptasi dan mengubah pola hidup.

KLIK INI:  Opab Gempa Makassar Siap Terima Anggota Baru Tahun Ini

Mereka terpaksa harus lebih sering berpindah untuk bisa tetap mendapatkan makanan dan tempat untuk membesarkan anak-anaknya. Hal ini memberikan gambaran bagaimana perjuangan para burung air dan keturunannya untuk mempertahankan hidup dalam tekanan perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Peran lahan basah dan hasil sensus

Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini, ekosistem lahan basah memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengatur tata air, penyedia berbagai sumber daya bagi masyarakat, serta habitat bagi beragam spesies.

“BW KEHATI berharap kegiatan sensus burung air dapat membangun penyadartahuan dan keperdulian generasi muda terhadap keberadaan burung air di Indonesia. Selain keragaman jenis, peserta akan dijelaskan tentang peran dari burung air dan habitatnya di lahan basah,” ujarnya.

Selain itu, kegiatan sensus burung bertujuan untuk memperbarui data burung air dan migrasi dari data tahun sebelumnya. Pembaruan data pemantauan ini diharapkan dapat mendukung upaya konservasi yang efektif.

KLIK INI:  Karena Alasan Cuaca, Jalur Pendakian Bulusaraung Tutup Sementara Waktu

Pada pengamatan sebelumnya tahun 2021 di Hutan Lindung Angke Kapuk. Terdapat 8 jenis burung air yang berhasil dicatatkan, yaitu pecukular asia, bambangan kuning, blekok sawah, kokokan laut, kuntul kecil, bangau bluwok, itik benjut, dan kareo padi.

Hasil sensus burung air 2023 kali ini berhasil mendata 14 jenis burung air, yaitu pecuk-ular asia, kuntul kecil, pecuk-padi hitam, pecuk-padi kecil, blekok sawah, trinil pantai, kowak-malam abu, itik benjut, cangak besar, cangak merah, cangak abu, kokokan laut, kuntul karang, kareo padi, bangau bluwok, dan bambangan hitam.

Kegiatan kali ini diikuti oleh beberapa perwakilan mahasiswa dari Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Nasional, IPB University, Uhamka, LP3I, Universitas Nusa Bangsa, Komunitas Konervasi Satwa Liar ASTA, wadah komunitas aparatur sipil negara (ASN), Jakarta Birdwatchers Society, dan perwakilan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

KLIK INI:  10 Bahan Berkelanjutan untuk Pakaian yang Mesti Diterapkan