Agar Libur Akhir Tahun Lebih Aman, Cek Informasi Cuaca Sebelum Bepergian!

oleh -38 kali dilihat
Waspada, BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Esktrem di Beberapa Wilayah di Sulsel
Kondisi cuaca buruk sesuai prakiraan BMKG. Foto: BMKG

Klikhijau.com – Musim hujan tiba. Tantangan perjalanan akan semakin berat, khususnya saat  musim libur natal dan tahun baru (Nataru) 2024/2025. Libur biasanya diisi dengan bepergian ke luar daerah, entah berwisata atau sekadar mengunjungi sanak famili.

Agar perjalanan saat ingin liburan lebih aman, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk selalu memperbaharui informasi prakiraan cuaca sebelum berpergian pada libur Nataru tahun ini.

Mengetahui cuaca sebelum bebergian sangat penting, sebab  hal tersebut sebagai langkah antisipatif terhadap potensi cuaca ekstrem yang melanda di sejumlah wilayah Indonesia. Cuaca ekstrem berpotensi menganggu kelancaran arus transportasi seluruh moda.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, berdasarkan survey yang dilakukan Kementerian Perhubungan, menurut Dwikorita diprediksi akan ada 110,67 juta orang yang akan melakukan perjalanan musim libur Nataru 2024/2025.

KLIK INI:  Menanam Jasoke, Cara Antisipasi Krisis Pangan di Manggarai Timur

Mayoritas pelaku perjalanan tersebut menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan motor sehingga sangat rentan menghadapi cuaca ekstrem dalam perjalanannya.

“Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan, maka dari itu kami meminta masyarakat untuk terus memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG yang selalu diperbarui secara berkala. Peringatan dini cuaca akan disampaikan, sepekan dan diulang tiga hari sebelum kejadian, bahkan hingga tiga jam sebelum kejadian cuaca ekstrem,” ungkap Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (4/12/2024) dikutip dari laman BMGK.

Dwikorita menjelaskan bahwa cuaca ekstrem diperkirakan berpotensi terjadi hingga Maret-April 2025, dipengaruhi oleh fenomena La Nina Lemah yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen. Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode  Nataru.

KLIK INI:  Studi: Cuaca Ekstrem Memicu Peningkatan Pernikahan Anak

Kedua fenomena ini memiliki potensi untuk meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, meskipun skala dan dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut. BMKG terus memantau kondisi ini secara cermat dan menyampaikan informasi terkini untuk mendukung langkah antisipatif serta mengurangi risiko di lapangan.

“Update informasi cuaca berkala diperlukan sebagai bentuk preventif guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan keluar kota maupun saat mengunjungi berbagai destinasi wisata. Di musim penghujan seperti sekarang ini sangat rawan terjadi bencana hidrometeorologi,” tuturnya.

Ada fitur DWT

Disampaikan Dwikorita, dalam aplikasi besutan BMKG, tersedia fitur ‘Digital Weather for Traffic (DWT)’. Layanan tersebut dapat digunakan pelaku perjalanan untuk mengecek informasi cuaca di jalur mudik.

KLIK INI:  Ke Manakah Burung Saat Hujan, Bisakah Mereka Terbang?

Pengguna, tambah dia, dapat mengakses informasi peringatan dini, cuaca jalur darat, cuaca rute perjalanan, cuaca bandar udara, cuaca pelabuhan, cuaca penyeberangan, hingga informasi penerbangan dan gelombang.

Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto menerangkan, dalam sepekan ke depan, sejumlah fenomena atmosfer diprediksi akan memengaruhi pola cuaca di Indonesia, meningkatkan potensi hujan lebat, terutama karena beberapa wilayah tengah memasuki masa puncak musim hujan.

Sirkulasi siklonik yang terdeteksi di Laut Natuna, di Samudra Hindia barat daya Banten, di Perairan Barat Aceh dan di Laut Arafuru turut memperkuat kondisi ini, dengan memicu peningkatan pengangkatan massa udara yang mempermudah terbentuknya awan hujan dengan intensitas tinggi di wilayah sekitarnya.

KLIK INI:  Rangkaian Inkonsistensi PT. Lonsum di Kajang Versi FMN Makassar yang Tak Kunjung Selesai

Selain itu, kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan dan tengah Indonesia memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah.

Seiring dengan periode puncak musim hujan, lanjut Guswanto, beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi memiliki risiko lebih besar terhadap curah hujan yang tinggi, yang dapat menyebabkan banjir, genangan air, atau tanah longsor di daerah rawan.

Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah, potensi hujan lebat yang terjadi pada daerah-daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang saat ini sedang aktif, karena potensi banjir lahar hujan yang dapat ditimbulkan.

“Waspada terhadap potensi risiko bencana hidrometeorologi, pantau terus informasi cuaca dan sebisa mungkin menghindari aktivitas di wilayah rawan bencana,” pungkasnya. (*)

KLIK INI:  5 Resep Minuman Khas Desa Kunyi Penangkal Penyakit di Musim Hujan

Dari laman BMGK