4 Prinsip Penggunaan Pestisida Agar Aman dan Berpihak pada Lingkungan

oleh -774 kali dilihat
4 Prinsip Penggunaan Pestisida Agar Aman dan Berpihak pada Lingkungan
Petani melakukan penyemprotan-/foto-agroindonesia

Klikhijau.com – Penggunaan pestisida kimia semakian sulit dihindari. Dunia pertanian seolah tak terpisahkan darinya.

Meski telah banyak peneliti yang mengungkapkan bahaya penggunaannya. Namun, petani tetap saja menggunakannya dan produsen tak jeda memproduksinya.

Pestisida memang sangat berbahaya jika tubuh terpapar secara langsung. Bisa mematikan dengan cepat. Dan jika tubuh tak terpapar langsung, dapat mematikan secara perlaha-lahan.

Setidaknya hal itu diungkapkan oleh Ain Yuanita Insan, dkk (2018) bahwa pestisida kimia mengandung  bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Karena pestisida memiliki sifat polutan dan menyebarkan radikal bebas. Hal inilah yang dapat menyebabkan kerusakan bagian organ tubuh, misalnya mutasi gen dan gangguan syaraf pusat.

Selain itu, residu kimia yang beracun, yang tertinggal pada produk pertanian dapat memicu penuaan dini, kerusakan sel, dan munculnya penyakit degeneratif. Tidak hanya itu, pestisida juga dapat mengakibatkan stress oksidatif.

Ain Yuanita Insan, dkk melakukan studi kasus di Desa Dawuhan, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso. Pada studi itu, ditemukan bahwa intensitas penyemprotan pestisida di desa tersebut sangat tinggi.

Hal itu disebabkan karena  di Desa Dawuhan mengalami  tingkat serangan hama dan penyakit paling tinggi di Kabupaten Bondowoso.

Dengan serangan hama penyakit yang tinggi, menjadikan desa ini memasukkan banyak formulator pestisida, yang membuat masyarakat terpengaruh menggunakannya.

Dan kasus yang ditemukan, banyak  petani setelah melakukan penyemprotan merasa  pusing dan mual. Lebih parahnya lagi, ada yang sampai tak sadarkan diri di lahan mereka. Hal itu diduga kuat karena sering melakukan penyemprotan pestisida.

Hama jadi masalah utama

Hama memang menjadi masalah yang pelik yang dihadapi petani. Serangan hama ini seringkali menggagalkan panen sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar.

Untuk mengatasi hal itu, jalan yang ditempuh petani adalah menggunakan pestisida kimia untuk membasminya. Apalagi pestisida kimia masih dianggap sangat efektif dalam membasmi hama dan mudah ditemukan karena banyak dijual di pasaran.

Namun, seperti kebanyakan petani, mereka tak mengerti jika akibat yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia sangat berbahaya. Apalagi jika digunakan pada jangka waktu yang lama dan terus-menerus.

Itu karena pestisida kimia cukup bebal, bisa menempel pada produk pertanian seperti sayuran, dan tidak dapat terurai di alam sehingga residunya akan terakumulasi dalam tanah.

Jika senyawa ini ikut, misalnya sayuran terkonsumsi lalu kita makan,  hal itu kan sangat berbahaya karena sifatnya yang toksik dan dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker.

Sedangkan yang terakumulasi dalam tanah dapat menyebabkan resistensi pada hama selain kerusakan tanah itu sendiri, yang tentu akan merugikan petani.

Dampak baik pestisida

Tak bisa dipungkiri, meski menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Pestisida juga membawa dampak baik, karena dapat mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya, termasuk gulma.

Selain itu, penggunaannya dapat meningkatkan peningkatan produk pertanian. Namun, itu tadi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.

Organisani Kesehatan Dunia (WHO) membeberkan bahwa pestisida merupakan suatu zat yang dapat bersifat racun.

Namun, meski begitu, ia tetap dibutuhkan oleh petani. Apalagi menurut pendapat Maria G. Catur Yuantar, dkk dalam Koleva  (2015), terjadinya perubahan iklim yang terjadi saat ini dapat meningkatkan penggunaan bahan aktif pada pestisida hingga 60%.

Peningkatan itu juga akan terjadi di Indonesia. Data  Kementerian Pertanian 2011 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah pestisida dari tahun ke tahun. Jumlah yang paling banyak yang digunakan adalah insektisida.

Sayangnya, penggunaan pestisida yang tak tepat dapat membahayakan kesehatan petani dan konsumen, berdampak pada pencemaran lingkungan baik itu tanah dan air serta pada mikroorganisme non target.

Namun, dampak buruk itu dapat diminimalisir dengan menerapkan 4 prinsip penggunaan pestisida seperti yang disarankan Kementerian Pertanian RI melalui akun Instagramnya @kementerianpertanian, yaitu:

  • Pestisida yang digunakan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mendapat izin dari pemerintah
  • Penggunaan pestisida harus sesuai dengan rekomendasi
  • Penggunaan pestisida harus memperhatikan dampaknya terhadap pengguna, tanaman dan lingkungan
  • Harus sesuai dengan konsepe pengendalian hama terpadu

Prinsip tersebut bisa diterapkan oleh petani, namun harus ada kontrol dari pemerintah itu sendiri. Selain itu, penggunaan pestisida kimia sebaiknya dihindari dan diganti dengan penggunaan pestisida organik yang lebih ramah lingkungan dan lebih aman terhadap kesehatan.

KLIK INI:  Embung Pertanian, Solusi Petani Desa Kanreapia Hadapi Kemarau