- Merancang Transisi Teratur Dunia Nol Bersih 2050 - 19/08/2022
- Membangun Green Business Tanaman Pangan Vertikal di Perkotaan - 13/08/2022
- Tantangan Transisi Menuju Dunia Nol Bersih 2050 - 09/08/2022
Klikhijau.com – Industri fesyen merupakan salah satu industri yang ikut merusak keseimbangan alam dan boros air.
Menurut laporan Ellen MacArthur Foundation, industri fesyen menggunakan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lima juta orang dan penyumbang 10 persen emisi karbon global tahunan.
Beberapa data menunjukkan bahwa industri fesyen menghasilkan sekitar lima gigaton [emisi gas rumah kaca setiap tahun], setara dengan gabungan dari semua emisi yang dihasilkan penerbangan internasional dan pelayaran laut.
Salah satu upaya untuk mengurangi kontribusi industri fesyen dalam merusak keseimbangan alam, Edwin Keh, CEO Institut Penelitian Tekstil dan Pakaian Hong Kong melakukan eksperimen hebat berupa Sistem Daur Ulang Garmen ke Garmen (G2G) yang merupakan bisnis daur ulang ritel.
Toko pertama dibuka pada tahun 2019 dan masih beroperasi secara mandiri hingga saat ini.
Di konter G2G, konsumen dapat membawa pakaian lama, kemudian akan dipecah menjadi serat. Serta akan dibuat menjadi benang. Benang dari pakaian lama akan dirajut menjadi pakaian baru secara 3-D.
Saat ini, desain yang dihasilkan sistem rajut 3-D tersebut masih sederhana, baru bisa memprogram leher V dan leher kru.
Inspirasi dari G2G
Institut Penelitian Tekstil dan Pakaian Hong Kong masih membuka peluang kepada para desainer untuk membantu memprogram beberapa hal yang lebih baik ke dalam sistem rajut 3-D tersebut.
Hasilnya akan menjadi hak cipta desainer, G2G akan memberi label desainer di atasnya, dan desiner menjual desainnya.
Jadi G2G adalah solusi digital menjual layanan dalam industri fesyen. Dari analitik prediktif adalah bagaimana kita mendapatkan pakaian yang tepat dengan gaya yang tepat, dengan warna yang tepat, dalam ukuran yang tepat, di toko yang tepat, dengan harga yang bersedia dibayar konsumen sehingga pada akhirnya kita menghasilkan lebih sedikit tetapi menjual lebih banyak. Sehingga keberlanjutan industri fesyen daur ulang bisa menarik konsumen dan sekaligus bisa mengurangi dampak kerusakan keseimbangan alam.
Sementara itu, semakin sulit untuk menggunakan analisis regresi, yang merupakan sebagian besar sistem yang digunakan pembeli hari ini, yakni apa yang dijual musim lalu adalah apa yang ingin dibeli konsumen musim depan.
Pasar yang dinamis menghadapi keuntungan berasal dari pengurangan stok mati dan risiko inventaris menghadapi banyak merek yang menjadi pesaing industri fesyen.
Tantangan fesyen daur ulang
Menghadapi dan mengadvokasi konsumen untuk mau mengadopsi fesyen daur ulang agar ikut serta mengurangi dampak kerusakan keseimbangan alam juga bukan hal mudah.
Saat ini, juga sudah ada segelintir produk gaun dan T-shirt yang mengatakan, “secara ekologis” atau “berkelanjutan”. Namun, apakah konsumen cenderung untuk mencoba dan memilihnya serta menyukainya sehingga bisa mencapai titik kritis harus jauh lebih besar.
Saat ini sudah cukup banyak edukasi konsumen sehingga ada aspirasi konsumen untuk mengatakan, “Saya ingin menjadi lebih hijau dalam konsumsi saya, dalam pilihan yang saya buat”. Akan tetapi di sisi lain, ada beberapa inkonsistensi konsumen. Label dan harga masih mendorong perilaku konsumen.
Hal tersebut merupakan tantangan dan masalah bagaimana berkomunikasi dengan konsumen sehingga kita membantu mereka membuat keputusan yang pada akhirnya memberi mereka utilitas yang mereka cari dalam konsumsi mereka.
Pandemi Covid-19 juga membentuk banyak perilaku konsumen. Sebelum pandemi, cukup jelas bahwa estetika menjadi hal terpenting yang dicari konsumen.
Selama dan setelah pandemi ada pertanyaan tambahan konsumen saat memilih produk fesyen, selain “Apakah ini membuatku terlihat baik?” juga “Apakah ini membuat saya merasa aman?” menjadi pertanyaan tambahan.
Pertanyaan konsumen “Apakah ini membuat saya merasa baik?” dapat menjadi bahan komunikasi hal yang diinginkan konsumen adalah tidak salah atas konsumsinya yang menyebabkan rusaknya keseimbangan alam.
Transparansi dan pengungkapan yang baik akan membantu konsumen untuk merasa ikut serta menjaga keseimbangan dalam memilih produk fesyen. Konsumen akan menyadari bahwa utilitas juga ada di sekitar hubungan mereka dengan pakaian yang dikenakan terkait dengan beberapa fungsi, karakteristik kinerja tinggi, yang membuat mereka tetap aman atau membuat mereka lebih tenang dalam menggunakan produk fesyen yang tidak merusak keseimbangan alam.
Kesadaran konsumen untuk mendukung industri fesyen daur ulang terkait dengan permainan zero-sum. Akan sampai waktunya produsen fesyen tidak bisa lagi meningkatkan konsumsi dan volume, bahkan harus mengecilkan model konsumsi kita. Produsen telah menggunakan terlalu banyak sumber daya, menjual terlalu banyak pakaian, dan membuat konsumen membeli terlalu banyak pakaian.
Sudah saatnya, konsumen tidak hanya sensitif terhadap harga, tetapi juga harus sensitif terhadap nilai dengan menjawab beberapa pertanyaan saat memilih produk fesyen. Bagaimana ini membuat saya terlihat? Bagaimana ini membuat saya merasa? Utilitas apa yang saya dapatkan dari ini?