Bagaimana Kondisi Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia Saat Ini?

oleh -3,523 kali dilihat
Bagaimana Kondisi Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia Saat ini?
Bagaimana Kondisi Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia/foto-ulasan.co
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Untuk menjawab pertanyaan tentang kondisi ekosistem pesisir dan laut Indonesia saat ini. Ada baiknya kita membuka data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pada tanggal 30 Juni 2020 lalu, LIPI merilis data tentang ekositem perairan Indonesia. Ekosistem itu  meliputi padang lamun, terumbu karang, dan mangrove.

Di antara ketiganya, padang lamun di perairan Indonesia masih dalam kategori kurang sehat atau moderat. Kesimpulan itu didapatkan berdasarkan data penelitian  tahun 2018-2019

Untuk terumbu karang, masih berada dalam kategori medium dengan tingkat biomasa tergolong rendah.

KLIK INI:  Kendalikan Sampah Plastik, Yayasan KEHATI Bentuk Toko Cura di Pulau Harapan

Sedangkan hutan bakau atau mangrove  rata-rata saat ini masih dikategorikan sedang berdasar Vegetation Health Index.

Khusus untuk mangrove, saat ini LIPI sedang mengembangkan sebuah aplikasi berbasis android MACADA (Mangrove Collection and Analysis of Data).

Aplikasi itu bertujuan untuk mempermudah para peneliti dalam melakukan monitoring terhadap hutan bakau secara akurat

Dikutip dari lama resmi LIPI, berdasarkan data 2019 dari 1153 lokasi terumbu karang, ada sekitar 390 terumbu karang (33,82%) masuk kategori buruk, 431 terumbu karang (37,38%) masuk kategori sedang, 258 terumbu karang (22,38%) masuk kategori baik dan 74 terumbu karang (6,42%) masuk kategori sangat baik.

Menurut Plt. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Agus Haryono bahwa menyampaikan informasi terkait status ekosistem pesisir Indonesia merupakan tanggung jawab LIPI.

Pemberian informasi itu sebagai walidata terumbu karang dan padang lamun. Tujuannya agar dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam menyusun kebijakan pengelolaan dan konservasi sumber daya laut.

KLIK INI:  Perihal Kasus Penimbunan Limbah Medis oleh PT JM di Karawang, Begini Kelanjutannya!

“Pemantauan terhadap ekosistem harus terus dilakukan supaya data terkait tren kondisi dari tiga ekosistem tersebut dapat dimonitor dengan metode ilmiah,” ungkapnya.

Program pemantauan padang lamun pada tahun 2018-2019  menyimpulkan, padang lamun di Indonesia umumnya memiliki komposisi multispesies, dengan tujuh hingga sembilan spesies lamun dan memiliki kelimpahan yang relatif sedang dengan tutupan anatar 30-40 persen.

Peran penting pada ekologi

Selain itu, hasil pemantauan juga menemukan bahwa padang lamun di bagian timur Indonesia umumnya lebih tinggi dalam persen tutupan dan kekayaan spesies daripada padang lamun di bagian barat Indonesia.

Sedangkan untuk ekosistem mangrove, hasil pemantauan hutan bakau selama 2015-2019. Hutan mangrove Indonesia menunjukkan  ada sedikit peningkatan pada rata-rata cakupan kanopinya.

Daerah barat menunjukkan tingkat kerapatan tinggi dengan dominasi spesies Rhizophora sp. Spesies ini memiliki tingkat toleransi kerapatan antarpohon yang cukup rapat.

Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian, Sri Yanti JS tahun 2019 lalu pernah mengungkapkan jika  wilayah laut Indonesia menjadi ekosistem pesisir yang menyimpan potensi beragam yang sangat besar.

Untuk potensi  lamun  mencapai luas 29.464 ha, terumbu karang dengan luasan mencapai 25 ribu km2, dan  potensi hutan bakau  atau mangrove, luasnya mencapai 3,3 juta hektare.

KLIK INI:  Polusi Cahaya, Ancam Eksistensi Terumbu Karang

Menurut Sri, seperti dilansir dari Mongabay, ketiga ekosistem tersebut memiliki peran penting secara ekologi dan sosial budaya. Selain itu, juga berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional.

Ketiga ekosistem tersebut, yakni mangrove, lamun, dan terumbu karang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lain.

Di balik potensi yang besar itu, bagaimana upaya agar  ekosistem tersebut tetap terjaga, tetap bagus sepanjang waktu.

Solusi yang ditawarkan Sri adalah harus ada upaya bersama dengan melibatkan banyak pihak. Salah satunya, adalah dengan melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) 14 yang menjadi bentuk komitmen Pemerintah Pusat untuk mengelola ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.

“Komitmen itu kemudian dituangkan dalam indikator pencapaian pada proporsi produksi perikanan tangkap yang lestari, dan luasan kawasan konservasi perairan yang ditetapkan,” terangnya.

KLIK INI:  Siswa SDN Borong Makassar Belajar Eco Enzyme di Komunitas MTS