- Sosialisasi PKM BSF FARM URBAN: Pengelolaan Sampah Dapur Jadi Solusi Protein Hewani untuk Pertanian Perkotaan - 06/07/2025
- Anggota DPRD Sulsel Yeni Rahman Dorong “BSF FARM URBAN” di Makassar - 05/07/2025
- Ancaman Kekeringan di Tengah Hujan Lokal: IPB dan BMKG Soroti Fenomena Kemarau Basah - 04/07/2025
Klikhijau.com – Puncak Tinambung, Desa Bissoloro, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Nama ini mungkin belum setenar destinasi wisata lain, namun pada 28-29 Juni 2025 lalu, suasana sejuk di puncaknya menjadi saksi bisu sebuah inisiatif mulia yang menancapkan asa di benak masyarakat pelosok.
Potret pedesaan yang kaya akan potensi alam sekaligus menyimpan segudang tantangan lingkungan. Lokasinya yang strategis, tak jauh dari gugusan pegunungan, membekali desa ini dengan anugerah alam yang melimpah, namun juga menuntut kearifan dalam pengelolaannya.
Bukan sekadar destinasi kunjungan liburan, Puncak Tinambung kali ini menjadi medan bakti bagi Relawan Gesit yang berkolaborasi apik dengan Masyarakat Hijrah Tanpa Nama (MAHTAN) dan Puskesmas Sapaya. SD Negeri Bissoloro, sebuah institusi pendidikan di tengah desa, bertransformasi menjadi “Volunteer Camp” yang tak hanya menyemai kesehatan melalui program sirkumsisi (sunat) massal gratis, tetapi juga menumbuhkan tunas-tunas kemandirian lewat pelatihan relawan kesehatan bagi warga lokal.
Misi Kemanusiaan Menembus Pelosok Desa: Membawa Asa ke Bissoloro
Inisiatif ini adalah perwujudan nyata dari kepedulian yang mendalam terhadap peningkatan akses layanan kesehatan di daerah pedesaan. Sejak mentari belum sepenuhnya menyapa, hiruk-pikuk persiapan telah dimulai.
Para relawan, dipimpin oleh Ishak (Ketua Relawan Gesit Makassar), Afriyani Kamaluddin (Ketua Panitia Sirkumsisi), dan Reski Ade Putra Bialangi (Tim Media MAHTAN), sibuk memastikan setiap detail terpenuhi. Dari pemasangan tenda, penataan logistik, hingga sterilisasi peralatan medis, semua dilakukan dengan penuh dedikasi.
“Kami bersyukur dapat berkontribusi langsung kepada masyarakat Desa Bissoloro. Semangat gotong royong di sini sungguh luar biasa,” tutur Ishak, dengan senyum merekah yang memancarkan kelegaan. Kalimatnya bukan isapan jempol belaka. Suasana Puncak Tinambung yang adem justru menghangatkan semangat kebersamaan.
Tim medis yang solid, terdiri dari dokter spesialis, perawat, dan tenaga kesehatan berpengalaman, dengan sigap mensterilkan setiap peralatan dan menyulap ruang kelas SD menjadi ruang operasi darurat yang layak.
Sementara itu, Muh. Nur Hidayat A & Zul Hadriyansa (Anggota Tim Program Relawan Gesit Makassar) yang tergabung dalam tim logistik, memastikan ketersediaan obat-obatan esensial dan perlengkapan medis lainnya, menjamin kelancaran setiap tindakan medis yang akan dilakukan.
Antusiasme warga Desa Bissoloro terhadap program ini sangat tinggi. Sebanyak 25 anak laki-laki berusia 7 hingga 13 tahun telah terdaftar untuk mengikuti program sirkumsisi gratis ini. Angka ini mencerminkan kebutuhan yang besar dan betapa berharganya kesempatan yang ditawarkan oleh para relawan.
“Ini adalah berkah bagi kami. Selama ini kami harus menempuh perjalanan jauh dan mengeluarkan biaya besar untuk layanan kesehatan seperti ini. Kehadiran para relawan benar-benar membantu kami,” ungkap Hj. Sayang, salah satu tokoh masyarakat setempat, suaranya sarat akan rasa terima kasih yang mendalam.
Senada dengan itu, ibu Nur Muhlisa, salah satu orang tua peserta, juga menyampaikan rasa syukurnya, melihat anak-anaknya mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak tanpa beban biaya.
“Melihat antusiasme anak-anak dan orang tua membuat kami semakin termotivasi. Semoga program ini membawa manfaat jangka panjang,” pungkas Reski Ade Putra Bialangi, optimis akan dampak positif yang akan berkesinambungan.
Semangat Gotong Royong Hadapi Tantangan: Harmoni di Balik Keterbatasan
Kegiatan dimulai tepat pukul 08.00 WITA dengan pembukaan resmi yang dihadiri oleh Kepala Desa Bissoloro dan perwakilan tim relawan. Suasana khidmat bercampur haru menyelimuti momen tersebut, menandai dimulainya sebuah babak baru dalam upaya peningkatan kesehatan di Bissoloro.
Afriyani Kamaluddin, Ketua Panitia Sirkumsisi, menjelaskan bahwa proses sirkumsisi berlangsung sangat tertib dengan sistem antrean yang teratur. Setiap anak didampingi oleh orang tua atau wali mereka, memastikan kenyamanan dan dukungan moral selama proses berlangsung.
“Tim medis bekerja dengan profesionalisme tinggi, memastikan setiap tindakan dilakukan sesuai standar medis yang ketat,” sambungnya, menegaskan kualitas layanan yang diberikan.
Yang patut diacungi jempol adalah semangat gotong royong masyarakat setempat yang begitu kuat. Para Ibu-ibu PKK secara bergantian menyiapkan makanan dan minuman lezat untuk para peserta dan relawan.
Mereka bahkan menamai kegiatan konsumsi ini dengan julukan hangat yang menggemaskan: “Operasi Ngenyangin Warga”. Para bapak-bapak tidak ketinggalan, mereka turut membantu mengatur lalu lintas dan menjaga keamanan area kegiatan, menciptakan lingkungan yang kondusif dan aman bagi semua.
Namun, seperti halnya perjalanan mulia lainnya, kegiatan ini tidak luput dari tantangan. Salah satu kendala utama adalah akses jalan menuju Desa Bissoloro yang masih berupa jalan berbatu dan berliku.
Kondisi ini menuntut kendaraan khusus untuk mengangkut peralatan medis yang sensitif dan logistik dalam jumlah besar. Keterbatasan fasilitas di lokasi dan cuaca pegunungan yang tak menentu – bisa tiba-tiba hujan atau berkabut – juga menjadi perhatian serius.
Meski demikian, berkat persiapan matang dan kerja sama solid antara relawan dan masyarakat lokal, termasuk Ismail dan Irfan (Anggota Tim SDM Relawan Gesit Makassar) yang gigih, semua kendala dapat diatasi dengan baik. Semangat pantang menyerah dan keinginan untuk saling membantu menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi setiap rintangan.
Membangun Kapasitas Lokal dan Dampak Jangka Panjang: Warisan untuk Bissoloro
Salah satu hasil penting dan paling signifikan dari “Volunteer Camp” ini adalah terbentuknya Tim Relawan Kesehatan Desa Bissoloro. Tim ini terdiri dari warga lokal yang telah mengikuti pelatihan intensif selama kamp berlangsung. Mereka kini siap menjadi garda terdepan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat di desa mereka sendiri.
Para relawan kesehatan desa ini tidak hanya dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga diberikan kit pertolongan pertama yang esensial.
Mereka akan berperan sebagai penghubung vital dengan puskesmas terdekat, memastikan bahwa program-program kesehatan selanjutnya dapat berjalan lancar dan informasi kesehatan dapat tersampaikan dengan efektif kepada seluruh warga.
Rencana tindak lanjut berupa kunjungan evaluasi berkala dan pelatihan lanjutan juga telah disusun, menunjukkan komitmen jangka panjang terhadap keberlanjutan program ini.
Dr. H. Syamsu Rizal Marzuki Ibrahim, Anggota DPR RI, Komisi I dan Ketua PMI Kota Makassar, turut mengapresiasi kegiatan ini.
“Program seperti ini sangat penting untuk daerah terpencil. Pemerintah dan masyarakat harus terus bersinergi untuk meningkatkan kualitas kesehatan,” ujarnya, menekankan pentingnya kolaborasi multisektoral.
“Volunteer Camp” sirkumsisi dan kelas relawan di Desa Bissoloro ini adalah bukti nyata bahwa kepedulian dan kerja sama dapat mewujudkan perubahan positif yang transformatif.
Program ini tidak hanya sekadar memberikan layanan kesehatan gratis yang sangat dibutuhkan, tetapi juga secara fundamental membangun kapasitas masyarakat lokal untuk mandiri dalam mengelola kesehatan komunitasnya. Ini adalah investasi jangka panjang dalam kesehatan dan kesejahteraan.
Keberhasilan program di Puncak Tinambung ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk direplikasi di desa-desa lain, terutama di daerah terpencil yang masih memiliki keterbatasan akses layanan kesehatan.
Semangat gotong royong dan kepedulian sesama yang ditunjukkan selama kegiatan ini bukan hanya sekadar cerita, melainkan modal sosial yang tak ternilai harganya untuk pembangunan desa yang berkelanjutan. Bissoloro kini memiliki harapan baru, sebuah harapan yang tumbuh dari benih kepedulian di kaki bukit Gowa.