Musim Hujan Tiba, Begini Penampakan Tire di Kindang!

oleh -711 kali dilihat
musim hujan tiba, begini penampakan tire di kindang
Tire yang sedang bertumbuh di sebuah kebun warga di Kindang
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Beberapa bulan lalu, ada artikel di Klikhijau berjudul “Tire, Idola Baru Masyarakat Kindang”. Yah, suatu waktu tetiba banyak petani di Kindang Bulukumba dan di sejumlah desa di Sinjai sedang gandrung menanam tire alias porang.

Lalu, informasi soal tire sebagai tanaman alternatif bernilai ekonomi tinggi jadi harapan baru petani di Kindang. Di sosial media, kabar-kabar tentang harga tire yang menjanjikan berkelabat setiap harinya.

Entah siapa yang memulai merespon kabar baik ini. Sebagai daerah yang memang sejak ratusan tahun ditumbuhi tumbuhan liar bernama tire, ini tentu kabar baik yang menjanjikan.

Kindang, sebuah kecamatan yang terletak di pegunungan, tepatnya di lereng gunung Lompobattang. Desa-desa di wilayah ini memang subur bersahaja. Tempat bertumbuhnya segala rupa rempah dan tanaman seperti cengkih, merica, petes, jeruk, durian dan sejumlah tanaman favorit lainnya.

KLIK INI:  Belasan Pelajar Belanda Belajar Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Di antara pepohonan itu, tire juga tumbuh di kebun-kebun warga.

Kisah kemunculan tire awalnya lebih dikenali warga sebagai tumbuhan tanpa guna. Bahkan, mungkin lebih berarti ketimbang rerumputan yang bermanfaat untuk makanan ternak.

Potensi ekonomi yang menjanjikan

Kini, tire jadi tumbuhan harapan. Informasi berkembang cepat dan semua orang akhirnya paham potensi ekonominya. Kindang akhirnya jadi satu daerah yang menjanjikan budidaya tire ke depannya.

Itu nampak jelas di akhir Desember ini, persis saat musim hujan tiba. Pada sebuah sore di hari Minggu 22 Desember 2019, Tim Klikhijau mendatangi langsung jejak tumbuhan unik ini di sejumlah titik di Desa Benteng Malewang. Di sana, kami menjumpai penampakan tire yang masih mungil mulai bercokol di sela rerumputan hijau.

“Yah, ini memang musimnya. Porang akan tumbuh subur di musim hujan tanpa perlu dirawat apalagi dipupuk seperti tanaman lainnya. Benar-benar berkah dari langit,” kata Suardi, pemuda Kindang yang mendampingi kami saat ekspedisi tire kali ini.

Dalam setahun, tire dapat dipanen sebanyak dua kali. Kalau dulu bertumbuh begitu saja, kini para petani dengan sengaja menanamnya. Bijinya dihambur serampangan, lalu saat hujan turun, tire bermunculan di sana-sini.

KLIK INI:  Paperless Culture Sebagai Upaya Merawat Lingkungan Berkelanjutan

Sore itu, hujan memang sedang rintik, tire yang nampak hijau menggemaskan itu seolah tamu yang datang bergerombol. Petani di Kindang bahagia menyambutnya. Saat ini harganya memang sudah tak seperti sebelum-sebelumnya. Pengakuan Suardi, harga porang saat ini hanya di kisaran 5.000 hingga 10.000 per kilogram-nya.

Walau tergolong murah, petani di Kindang tetap saja antusias. Terlebih, tanaman ini bisa dipanen tanpa modal perawatan sama sekali. Sepohon porang dengan umbi yang besar juga bisa naik hingga 5 kilogram. Jadi, memang menjanjikan bukan?

Apalagi bila harganya bisa meningkat ke depannya. Semua tentu memungkinkan, mengingat potensi pemanfaatan porang yang sangat besar antara lain sebagai bahan pangan dan kosmetik.

Dilansir di laman resmi Kementerian Pertanian, umbi porang mengandung glucomannan berbentuk tepung. Sebuah serat alami yang larut dalam air dan bisa digunakan sebagai pengental makanan. Bahkan, cocok digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang.

Jadi, wajar bila tanaman dengan nama ilesiles dari spesies Amorphophallus muelleri ini begitu potensial ke depannya. Ayo, terus maju petani Kindang!

KLIK INI:  Hari Ini, DKI Jakarta Resmi Larang Kantong Plastik, Ini 7 Fakta di Baliknya!